Masuk bab 20 juga akhirnya. Tapi udah segini, ternyata Azkilla masih stuck aja ya hubungannya?
Jadi khawatir ini cerita bakal panjang banget :D
Hepi reding dan awas typo(s) :*
"Lo tunggu di sini. Gak usah belagak pengen kabur lagi. Gue lagi males main kejar-kejaran." Azka berujar datar. Dia segera memindahkan Kiel kembali di pangkuan Syakilla. Anak mereka sudah diam.
Jauh dalam mata si gadis, tampak keresahan yang terlalu sukar baginya ditutup-tutupi. Azka menyipit tajam. Dia menoleh sejenak ke lapangan untuk melihat pertandingan mulai berjalan lagi dengan Adam menggantikannya sementara.
Berbalik kembali ke si gadis. Tangannya mencari jalan untuk bertengger kokoh di pundak mungil. Mata hitam bulat segera menemukannya tanpa sadar. Kegelisahan terus berputar di baliknya.
Pada momen itu, keduanya tak sadar terus bertatapan.
Azka menunduk sedikit. Sorotannya masih fokus. Dia mendesis.
"Kali ini... lo bisa gue percaya, kan?"
Di tempatnya, Syakilla hanya diam tak bergerak. Sulit untuknya menemukan celah agar dapat menarik napas. Setidaknya sampai cowok itu akhirnya melepaskan cengkramannya, mundur dan mulai melangkah menjauh.
Cewek tersebut tersedak ludah sendiri. Dia menemukan tangannya bergetar pelan, sebelum membentuk kepalan kecil. Desahan halus mengalir begitu saja. Mencoba menenangkan pikirannya yang bisa sekacau kapal pecah tiap Kakak kelas itu menekannya secara intens. Degup jantung masih bertalu-talu.
Azka benar-benar kembali bertanding. Dia melesat seketika di tengah sana tanpa hambatan. Yang Syakilla ingat, Kakak kelas itu hanya mengikuti ekskul futsal. Tapi nyatanya dia juga mahir di bidang olahraga lain. Wajar saja dengan tubuh setinggi itu.
Seseorang kini duduk di sampingnya. Segera jalur udara Killa macet begitu dia menoleh ke samping. Pada dasarnya dia memang 'dipaksa' duduk di sekitar anak-anak XII IPA 1. Itu sudah buruk. Tapi jujur saja, bersinggungan secara langsung di momen seperti ini dengan orang di sebelahnya, itu yang terburuk.
"Hai, Syakilla."
Syakilla balik menyapa disela kegugupannya. "Hai, Kak..."
Gadis tersebut terkekeh kecil. Dia menusuk-nusuk pipi tembam si bayi. "Hai juga, Kiel. Kangen gak sama Tante Farah?"
Wajah imut menoleh halus. Mata bulat coklatnya berkedip-kedip beberapa kali. Dia menatap bergantian wajah dari pemilik jari lembut yang masih menoel pipi. Ekspresinya seperti terkesima sesaat, lalu tertawa lebar.
"Wah, Kiel sekarang jadi gampang banget keta—auh!"
Lagi-lagi bayi itu menggigit jari orang.
"Kiel!" Jelas saja Syakilla juga kaget. Dia sampai berdiri dari kursi tribun dengan mulut menganga. Matanya segera memindai jari Kakak tingkatnya. Melotot begitu didapatinya setitik darah dari kulit yang terkelupas.
Panik. Killa hanya terdiam mematung. Dia menahan napas ketat saat satu per satu teman sekelas Farah yang lain mendekat. Menanyakan kondisi gadis tersebut.
Dari ekor mata dapat dilihatnya Azka melirik pelan di lapangan sana. Syakilla menunduk seketika, lalu berusaha mengumpulkan keberanian untuk berucap.
"Ma-maaf, Kak!" Alisnya mengeryit. "Kiel baru tumbuh gigi. Jadi dia suka gigit-gigit sekarang."
Tumpahan tawa seorang bayi mengalir. Kiel tak merasa berdosa—tentu saja.
Anaknya ini, benar-benar...
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days, Education Of Being Parents
Teen Fiction"Aku dan Kamu, punya seorang bayi untuk 90 hari ke depan." *** Syakilla Rahayu si siswi SMA sederhana, seketika berubah kelimpungan saat mendapati alat aneh di kamarnya. Sebuah benda asing yang ternyata menghubungkannya dengan seorang Kakak kelas me...