Hattrick gak seh? Wahahaha~
Mayan lo ini, 1800-an kata. Ntaps.
Cuss ah met baca :*
Typos
Syakilla menimang ponselnya. Sekali lagi kalut meledak di balik tulang rusuknya setelah panggilan panjang tak kunjung mendapat respon. Sudah lebih dari dua puluh empat jam dan masih tak ada kabar.
Azka tidak bisa dihubungi. Seberapa pun Syakilla mencoba memanggil, nada tersambung saja yang menyambut.
Jam dinding kelas sudah lewat pukul sepuluh pagi ketika bel istirahat akhirnya berdering. Gadis berbalut seragam sekolahnya berlari keluar kelas begitu saja bahkan saat guru belum benar-benar pergi. Dia resah. Segera menuju ke sebuah ruangan di area kelas dua belas.
Bahkan ketika dia menerobos pintu, mendapatkan seluruh atensi kakak kelas, dia lupa rasa malunya.
Manik kelam tersebut tertuju pada bangku di barisan kedua. Tempat di mana biasanya sepasang kekasih duduk di sana.
Kosong.
Syakilla membolakan mata.
Dia meremas tangannya dan maju ke arah seorang kakak kelas. Bertanya pelan.
"Permisi, kak. Maaf kakak tau kak Azka atau kak Farah ada di mana nggak?"
Kakak kelas yang tadi sedang menjepit rambut tergerainya terdiam. Menatap penuh perhitungan. "Emh, kurang tau sih. Soalnya mereka emang nggak masuk hari ini."
Pundak Syakilla melemas.
"Ada keterangan izinnya kak?"
Lawan bicara Syakilla menggeleng pelan. "Nggak ada. Tanpa ketetangan." Lalu si cewek mengeryit. "Sorry, tapi bukannya lo ibu anaknya Azka ya? Azka sama sekali nggak ngabarin lo gitu?"
Kali ini giliran Killa yang menggelengkan kepalanya lemah. Bibirnya terkulum penuh khawatir. Dia tersenyum sopan kemudian. "Makasih kak."
Ketika kakak kelas di hadapan memberikan tatapan prihatin, gadis berpipi gembil itu sudah lebih dulu berbalik arah keluar dari kelas 12 IPA 1. Menggigiti kukunya bingung harus apa.
Dia tidak terlalu mempedulikan ketiadaan Azka atau pun Farah yang entah bagaimana terasa mencurigakan. Tapi...
Dia rindu Kiel.
Sejak kemarin diambil ayahnya, Azka belum juga mengirimkan kabar. Dihubungipun tidak bisa. Syakilla sudah kehabisan cara.
Tapi si gadis mengingat satu hal.
Itu, adalah harapan terakhirnya.
***
Sore itu selepas sekolah, dia menipu Radit dengan mengatakan ada tugas mendadak dengan teman. Akal-akalan agar Syakilla bisa pergi ke sebuah tempat tanpa diketahui orang tuanya. Bagaimanapun, yang ibu dan ayahnya tahu sebelumnya anaknya pergi ke rumah Azka yang penuh dengan pekerja rumah. Bukan apartemen kosong yang hanya diisi mereka saja.
Gadis tersebut langsung naik ke lantai 34. Dia mengingat jalan ke tempat ini ketika Azka mengantarnya pulang hari itu. Segera membunyikan bel berharap seseorang membukakan pintu. Kakinya bergerak gelisah. Belum juga ada respon dari dalam.
Kalut, Syakilla sampai membunyikan bel berkali-kali. Matanya telah berair, entah karena putus asa, atau panik.
Tapi masih belum ada juga balasan.
Mata telah tertutup. Ada air yang ditahan di pelupuk. Syakilla menutup wajahnya dengan tangan, lelah. Azka juga tak ada di sini. Jadi di mana cowok itu sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days, Education Of Being Parents
Dla nastolatków"Aku dan Kamu, punya seorang bayi untuk 90 hari ke depan." *** Syakilla Rahayu si siswi SMA sederhana, seketika berubah kelimpungan saat mendapati alat aneh di kamarnya. Sebuah benda asing yang ternyata menghubungkannya dengan seorang Kakak kelas me...