Malam semua...
Hehe
Monggo lah langsung ae
Typo(s)
Jika mau, bisa saja dia mendapatkan teman bicara detik ini juga. Berbagi keluh kesah—ah, tidak. Bahkan jika ini mengganggunya, membuatnya gelisah setengah mati, rasanya tidak patut bagi Syakilla untuk mengeluh.
Di titik ini, dia adalah tersangka.
Tak tepat dia merasa sebagai pihak yang terluka saat fakta menampilkan bahwa dialah yang telah berperilaku tak pantas. Syakilla meremas ponselnya. Ragu menggulung-gulung dalam jantung, mencekat rongga napas. Ada rantai di tiap otot yang membuat tiap langkah terasa kian berat.
Dia begitu rendahan.
"Coba nih, kan elu calon bininya. Gak salah dong kalau berusaha pendekatan sama calon laki sendiri."
Ucapan itu tiba-tiba terlintas. Entah dari memorinya, atau dari bisikan iblis di neraka yang sedang menggoda. Sebuah kalimat yang memupuk sedikit ego dalam hati Syakilla Rahayu, untuk membenarkan tindakannya.
Killa mengulum bibir.
Pada akhirnya, Azka memang bersamanya, bukan?
"Itungannya tuh gini. Lo calon istrinya, Farah calon mantannya. Nah lo lebih tinggi kan?"
Calon...
Satu kenyataan menghantamnya.
Bahwa masa sekarang... bukanlah masa depan.
Ada perbedaan antara Azka di zaman ini dan kelak. Pada akhirnya, Syakilla tidak di masa itu. Di masa ketika dia bisa mengklaim Azka sebagai pasangannya. Saat dia dan Azka, bersama sebagai keluarga.
Bukan Syakilla pasangan Azka. Tetapi gadis lain bernama Farah Noviana.
Juga, bukankah sejak awal mereka tahu, bahwa akan ada masalah dalam pernikahan itu?
Maka,
Semakin tidak ada yang bisa dibanggakan.
Syakilla menggeleng cepat.
"Mmhh.. Mama..?"
Si gadis menoleh.
Dalam box bayi, sesuatu menggeliat gelisah. Menggerutu sesaat lalu menangis tersedu. Killa menghampiri. Mengangkat anaknya lalu ditimang dalam pelukan. Biar saja tubuh kecil itu menempel nyaman dalam rengkuhan Ibunya.
"Ssh..." Berusaha menenangkan, raga si gadis berjalan pelan. Mengelus lembut punggung dia yang sedang merengut.
"Eung~!"
"Cup.. cup..."
Kiel di pagi hari, selalu membutuhkan makanan dengan cepat. Syakilla menepuk dahinya begitu ingat dia belum juga menghangatkan susu. Sedikit tergesa, kaki kecil menyusuri lantai menuju dapur. Masih sambil membisiki kalimat bening untuk si manis.
Baru keluar dari pintu kamar, badannya menengang.
Hanya berjarak beberapa meter dari tempat, daun pintu lain yang berdiri angkuh bergerak. Di waktu bersamaan dengan keluarnya sepasang muda-mudi yang berjarak begitu dekat. Syakilla memeluk Kiel lebih erat.
Itu lagi. Satu rima kencang di balik tulang rusuk yang menyiksa. Terus mengulangkan melodi cepat monoton tanpa lelah. Denyutannya, sakit. Syakilla menggigit bibir.
Degup tersebut sungguh ngilu kali ini.
Dia akan pergi saja. Itu lebih baik dari pada berdiri seperti orang bodoh di sini. Mungkin belum banyak, tapi dia yakin ada perubahan yang terjalin dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days, Education Of Being Parents
Teen Fiction"Aku dan Kamu, punya seorang bayi untuk 90 hari ke depan." *** Syakilla Rahayu si siswi SMA sederhana, seketika berubah kelimpungan saat mendapati alat aneh di kamarnya. Sebuah benda asing yang ternyata menghubungkannya dengan seorang Kakak kelas me...