Malam semua, hehe.
Azkiella balik di malam minggu kali ini. Buat yang belum tau, sebenernya aku udah kasih info di profilku kalau bab baru akan update setelah bab sebelumnya dapet 1k vote. Bahkan ini harusnya ada 3000 words lebih. Tapi kupotong dan ku update sebelum vote nyentuh 1k. Meski words nya tetep 2700+
Banyak yang minta up, seolah-olah belum tau info itu.
Sekalian mau ngasih tau, cerita ini super slow up. Aku berusaha mentingin kualitas ketimbang kuantitas. Dari awal aku buat cerita di wattpad, bahkan saat buku pertama aku 4 chapter awalnya sama sekali nggak ada vote, aku nggak terlalu peduli. Aku nggak pernah maksa pembaca untuk stay. No. Aku bahkan nggak pernah promosi, 'hei, baca ceritaku yuk~'
Jadi kalau kamu nggak nyaman dengan proses slow up, feel free to leave.
Happy reading~
Ada satu bintang kecil di sana. Sendirian menatap dalam tenang di lautan alam semesta. Diam mendengarkan secuil curhatan manusia yang menggenggam secangkir susu mengepul. Samar-samar tersenyum mendapati cercah cinta di balik kelopak.
Tahukah kamu bintang dapat menyimpan rahasiamu seumur hidup?
Lembut, bibirnya berucap sendu. Soal gemuruh petir di balik tulang rusuk. Soal butiran halus pasir yang mencekat kerongkongan. Atau soal gelombang pasang mengaduk ganas isi kepalanya.
Gemericing dream catcher di ujung langit-langit mengalun. Mentari telah pulang ke rumah, sedang gadis berambut sepunggung duduk termenung di kursi balkon kamar.
Menatap lekat pada pemegang sejuta rahasia.
Sejauh yang mampu ditangkap retinanya, hijau alam yang diculik gelap malam jadi satu-satunya penyambut, selain si kilau cantik di langit.
Dunia remaja. Penuh pergolakan kuat bercabang rumit. Semakin menggila menjelang transmigrasi menuju kedewasaan. Biarkan seorang gadis berusaha menemukan perasaan dan jati dirinya.
"Mmm~~"
"Ya sayang?"
"Mam nana."
Syakilla terdiam sejenak. "Ah, dedek mau banana?"
"Nana~" seketika senyum lebar menggemaskan terbit. Disambut gelak tawa Ibunya
"Oke, ayo kita cari di dapur."
Melangkah menyusuri lantai kayu aesthetic. Meski tidak sebesar rumah Azka di Renon, tempat ini punya kesan jauh lebih hangat. Pekerjanya juga lebih sedikit. Syakilla tak bisa memastikan apakah ini salah satu aset dari para kating kaya raya itu, atau mereka hanya menyewa tempat ini.
Yah, itu sama sekali bukan urusannya.
"Nana manyak-manyak mama."
"Iya," gelak manis menguat. "Nanti Kiel Mama kasih banana yang banyak."
"Yel mamam manyak."
"Nanti kamu jadi makin bulet." Syakilla menuruni tangga dengan santai. Dapur ada di lantai dasar bagian agak le belakang. Namun ketika dia sampai, sekian pasang mata menyorotnya.
Killa membatu.
Sejak kapan villa ini jadi seramai sekarang?
Dia berusaha menunduk sopan. Sesekali melempar senyum santun ke beberapa orang di sana. Tapi semakin berjalan, kerumunan itu kian padat.
Ada apa ini?
Semua praduganya, satu per satu menjumpai jawaban saat satu tangan besar mengalung begitu saja di pundak. Si gadis, mulai hapal bau parfumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days, Education Of Being Parents
Fiksi Remaja"Aku dan Kamu, punya seorang bayi untuk 90 hari ke depan." *** Syakilla Rahayu si siswi SMA sederhana, seketika berubah kelimpungan saat mendapati alat aneh di kamarnya. Sebuah benda asing yang ternyata menghubungkannya dengan seorang Kakak kelas me...