Bab 67 | Cemas

14.6K 1.3K 293
                                    

Eyyyy malmingan bareng kita????

Hepi reding :3

Melodi rendah mengalun di ruangan minim cahaya. Tak semua lampu menyala. Paparan sinar dari layar elektronik yang memperlihatkan siluet wajah pria yang termenung, lalu dagu menumpu di tangan. Dengan kata lain dia mulai bosan.

Ada beberapa buku yang masih perlu goresan tambahan agar predikat selesai bisa diambil. Tugas sekolah yang mulai memuakkan, dengan terus menguras habis nalarnya. Azka mengalihkan fokusnya sebentar pada layar laptop.

Sejak beberapa bulan lalu, dia belajar melakukan trading. Karena itu dia lebih banyak gagal ketimbang berhasil. Tapi tidak masalah, niat utamanya memang ingin belajar.

Azka juga belajar trading emas. Karena menurutnya itu lebih mudah. Azka sudah dapat keuntungan walau masih sedikit. Dia baru membeli beberapa gram emas saat melihat harganya jatuh lumayan jauh.

Dia juga berniat membeli beberapa lembar saham perusahaan asing. Beberapa hari lalu 1 lot saham di sebuah perusahaan berhasil dia dapat. Belum terlalu banyak tapi awal yang baik.

Bisa dibilang, itu juga akan jadi modalnya di masa depan. Dia tak berniat menggantungkan diri selamanya pada orang tua. Juga, dia sudah bersumpah. Tidak peduli seberapa keras ayah atau kakeknya meminta---

---dia tidak akan pernah memasuki dunia politik.

Terserah ayahnya akan memilih siapa untuk menjadi ketua partai kelak ketika dia pensiun.

Karena nanti, Azka lebih memilih membentuk tanggung jawabnya sendiri. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dan tanggung jawab terhadap orang-orang terdekatnya.

Termasuk istri dan anak.

Azka tertawa saat sekelebat kelakuan kacau anaknya lewat di benak. Dipikir-pikir, Kiel adalah deskripsi sempurna dari keseimbangan antara kecerdasan dan kehancuran. Bocah itu akan menjadi bom nuklir berjalan.

Lalu ada Syakilla.

Pendiam yang kelihatannya tak bisa melakukan apapun, tapi Azka masih bisa merasakan panasnya tamparan Syakilla saat cewek itu mulai marah.

Kira-kira, dinamika seperti apa yang akan dibentuk mereka bertiga di masa depan?

Apa segila sekarang?

Apa Kiel akan seberisik ini?

Apa akan ada anggota lain?

Apa mereka bahagia?

Jawaban dari pertanyaan terakhir terasa sepah. Azka memijit pelipisnya heran dengan alasan kenapa Kiel bisa sampai dikembalikkan kemari, apapun itu.

Ponselnya berdering.

"Halo?"

"Hai, zee..."

Azka memklih mengubah posisi duduknya dengan menaikkan kaki ke atas meja. "Kenapa Far?"

"Eum... nggak... aku cuma... penasaran kamu lagi ngapain..."

Alis Azka bertaut. Ada yang salah dengan nada bicara Farah. Melirik jam, waktu larut seperti ini juga sebenarnya jarang bagi Farah menghubunginya.

Kecuali jika cewek itu punya masalah.

"Ada apa?"

"Ng-nggak... nggak apa-apa..."

"Far, coba jawab kamu kenapa?"

"Nggak apa-apa hehehe..."

Si cowok diam sejenak. "Kamu gak akan nelpon aku tanpa alasan."

90 Days, Education Of Being ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang