Malam semua~
Oke oke, saya harus minta maap sabtu kemaren cuma numpang lewat. Jadi ceritanya beberapa jam setelah saya post bab 23, ada kejadian nggak terduga *uhuk
Intinya, gara-gara itu saya harus rela hati pisah sementara sama belahan jiwa saya (read:hp) hampir dua minggu. Ini baru beberapa hari loh saya berduaan lagi sama dia.
Well sebagai kompensasi, ini bab pecah telor jadi chapter terpanjang. 2,5k loh.
Hehe, met baca~
Typo(s) :*
Masih pagi dan jalanan Denpasar sudah ramai lancar. Syakilla mengamati deretan bangunan dari balik kaca. Beberapa dari rumah warga sudah berkonsep modern, beberapa sisanya masih tradisional.
Dia mengagumi dalam bisu ragam arsitektur tersebut. Jika saja urat malunya sudah putus, ingin sekali dia meminta Azka berhenti untuk memotret beberapa spot keren di pinggir jalan itu.
Azka terlihat santai mengendarai mobil sambil mendengarkan musik. Akhirnya jadwal itu tiba. Mereka akan menghadiri kelas parenting di salah satu hotel dekat rumah Azka. Sayangnya Azka tak bilang apa-apa saja yang harus disiapkan. Jadilah gadis mungil itu hanya membawa badan.
Dia berharap hari ini akan berjalan lancar.
***
Ruangannya mulai terisi penuh. Mutiara hitam berkeliaran menilai lingkungannya. Didominasi remaja dan orang dewasa, tapi lebih riuh suara jeritan bayi-bayi manis.
Azka menyeretnya ke sebuah kursi. Duduk dengan tenang sambil memangku Kiel. Di depan sana, Syakilla membaca tulisan besar.
Healthy Family For Children's Future
Syakilla sedikit membulatkan bibir. Dengan peserta sebanyak ini, sepertinya kelas parenting sekarang masuk kategori skala besar.
"Mamamamamama~~~"
Menoleh pelan, wajah mungil Kiel terlihat penasaran dengan sekitarnya. Bayi itu melongok kanan dan kiri mendapati ada banyak manusia sebayanya. Duduk di pangkuan orang tua masing-masing. Matanya fokus, tapi mulutnya belepotan berucap kata.
Syakilla tersenyum simpul. Meski ramai, harus diakui kalau atmosfer di tempat ini cukup santai. Jika dilihat-lihat, ada banyak 'Ayah' yang kerepotan mengurus bayinya.
Tanpa sadar mata arang melirik Kakak kelasnya.
Berbeda dengan para Ayah itu, Azka justru cuek bermain ponsel sambil menyilangkan kaki. Omong-omong jika bicara soal perlengkapan, sepertinya cowok itu juga sudah menyiapkan segalanya.
Lagi, seorang Killa sedikit lebih memahami soal Papanya Kiel itu. Azka ini... tipikal cowok dingin dan tampak cuek, namun punya sentuhan jin ajaib yang bisa menyelesaikan segalanya dalam kedipan mata. Diingat kembali keberangkatan mereka ke Bali. Syakilla mengangguk setuju dengan pemikirannya. Bahwa Azka, memang tipikal cowok seperti itu.
"Halo para Bunda dan Ayah..."
Seketika hawa dingin menjalar sepanjang tulang belakangnya. Syakilla mengigil mendengar sambutan dari seseorang yang berdiri di podium. Dicuri-curi pandang ke sebelah.
Ah, tatapan mereka bertemu.
Segera dia membuang muka ke arah lain sedetik matanya bersinggungan dengan manik cokelat Azka. Keduanya lalu bergerak gelisah di bangku masing-masing. Killa juga mendengar Azka berdehem berat.
Sialnya, Kiel justru tertawa lebar. Entah apa maksudnya. Padahal tatapan bayi tersebut tertuju ke depan.
Saat matanya tak fokus akibat lirikan maut itu, Syakilla menggigit jari bersamaan debuman lembut di balik tulang rusuk. Dia mengalaminya lagi. Sebuah indikasi serius bahwa mungkin dirinya terkena serangan jantung di usia muda. Betapa menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days, Education Of Being Parents
Fiksi Remaja"Aku dan Kamu, punya seorang bayi untuk 90 hari ke depan." *** Syakilla Rahayu si siswi SMA sederhana, seketika berubah kelimpungan saat mendapati alat aneh di kamarnya. Sebuah benda asing yang ternyata menghubungkannya dengan seorang Kakak kelas me...