Ey... selamat baca ^,^
Cuma sedikit dan masih lanjutan peristiwa di bab kemarin hehe.
Sekalian keluar, mereka mampir sejenak ke mini market. Membeli beberapa keperluan Kiel dan sepertinya Azka juga ingin cemilan. Karena tak ada troli, bayi gemuk jadi diletakkan di dalam keranjang merah. Lalu dibawa-bawa oleh ayahnya seperti membawa tas jinjing.
Memang kalau belanja di sini barang yang dibeli biasanya tak sebanyak kalau mereka ke super market. Tapi untuk menambal keperluan untuk sementara waktu rasanya tak masalah. Syakilla mengambil bungkusan terbesar popok langganan sementara Azka melempar snack satu per satu ke dalam keranjang.
Killa mendesah pasrah. "Kak, Kiel kelelep."
"Gak. Masih keliatan itu."
Sebenarnya sebagian badan si bayi memang sudah tenggelam.
Ya sudahlah. Toh bayinya anteng. Itu pikir si gadis hingga dia memilih pergi ke rak makanan instan dan mengambil beberapa cemilan serta bubur bayi instan. Tapi begitu balik, hampir dia terjerembab oleh keterkejutannya sendiri.
Keranjang yang Azka bawa, yang ada Kiel di dalamnya, dipanggul di bahu hingga jadi sangat tinggi.
"Kak nanti Kiel jatuh!"
"Nggak. Lagian dia suka kok."
"Jangan 'nggak-nggak' aja!" Hal yang nyaris mustahil baginya untuk meraih posisi anaknya dengan perbandingan tinggi tubuh sedemikian rupa. Walau kaki itu sudah menjinjit dengan maksimal, tetap saja ujung tangan tak sanggup meraih si gembil di atas.
Azka mengangkat sebelah alis.
"Kak, turunin Kiel." Titah sang gadis tapi diabaikan oleh lawan bicaranya.
Padahal malam mulai larut dan dua cowok beda generasi masih tak kehabisan ide untuk melakukan banyak adegan berbahaya. Seolah kegiatan mereka sejak pagi di weekend indah ini tak ada apa-apanya. Syakilla membuntuti dari belakang dengan rasa was-was.
Mereka lewat daerah freezer.
"Papa!" Di puncak sana, Kiel berseru riang. Menunjuk sesuatu. "Ngkim!"
"Oh? Mau es krim?"
"Hu um. Ngkim iyel papa."
"Iya Kiel mau es krim." Ini yang menyahut adalah sang mama. "Jadi sini turun dulu terus pilih es krimnya."
Akhirnya setelah dibujuk sedemikian rupa, cowok-cowok itu menyerah dan menghentikan permainan uji nyali mereka. Kiel memilih es krim untuknya. Rupanya hanya satu bungkus kecil es krim berbentuk salah satu karakter kartun. Di tambah juga satu box besar es krim stroberi pilihan Azka. Killa diam sejenak untuk memilih kesukaannya. Hanya satu es krim cone rasa cokelat dan kacang.
Jadi entah bagaimana ceritanya lebih dari lima box raksasa tiba-tiba sudah ada di dalam keranjang. Azka meletakkan keranjang tersebut ke kasir sementara dia mengambil yang baru.
Syakilla mengurut pangkal hidung. Mereka harus mulai membicarakan tentang isu gaya hidup Azka.
Dan, si bayi ternyata hilang.
Makin pusing Syakilla. Buru-buru dia cek tiap rak dan untungnya ini hanya mini market. Begitu mudah menemukan si bayi yang berjalan santai sambil menyeret tiga bungkusan panjang marsmellow.
"Heh, anak, masuk sini ke keranjang."
Teguran yang membuat Kiel berpaling muka ke ayahnya. Tiga detik saling tatap antara dua pasang manik sewarna tapi beda bentuk, kemudian Kiel melengos dan balik jalan lagi. Cukup membuat mata Azka membulat dan Syakilla berujar pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days, Education Of Being Parents
Teen Fiction"Aku dan Kamu, punya seorang bayi untuk 90 hari ke depan." *** Syakilla Rahayu si siswi SMA sederhana, seketika berubah kelimpungan saat mendapati alat aneh di kamarnya. Sebuah benda asing yang ternyata menghubungkannya dengan seorang Kakak kelas me...