Bab 27 | Info Sesat

13K 1.7K 250
                                    

Ekhem. Ekhem.

HAI SEMUAHHH!!!

Hehe...

Wah, berdebu nih cerita. Lama bet ditinggalnya. Hahaha~

Gimana kabar kalian? Saya sih lagi nggak enak badan, semoga kalian juga sama~ *manusiajahanam.

Si wind gak tau diri emang. Ngomongnya tiap malem minggu up lah malah ngilang gitu aja.

Eiiiiit, sebenernya saya nggak ngilang gitu aja. Saya sempet loh ngasih info kalau saya mau rehat sejenak dari wattpad buat ngurusin real life saya.

Chit-chat dulu kuy~

Saya pernah bikin info itu pas malem minggu waktu saya harusnya up bab baru. Cuma belum lima menit setelah saya posting, udah saya hapus.

Kenapa dihapus? Yang lain kan belum baca?

Welllll~ saya bukan tipikal orang yang seneng bikin note begituan yang sebenernya nggak ada kaitannya dengan isi cerita. Itu lebih ke info real life saya. Makanya langsung saya hapus setelah saya tau udah ada yang baca.

Ya udinlah yang penting ada yang baca *nggak tau diri.

Saya baca kok beberapa komentar yang nanya saya terbang ke mana? Kok ngilang? Wahaha, saya bacanya dari email doang jadi tak terbalas *monmaap. Tapi waktu saya mau balas beberapa komentar termasuk dari DM atau wall, entah kenapa gagal terus. Kayaknya gara-gara versi wattpad saya udah terlalu tua. Ngahaha, wp saya nggak pernah diupdate. Masih versi keluaran 2016/2017.

Wokeh, kuy lah baca.

Entah saat ini batinnya sedang bersemangat atau justru bersumpah serapah ria. Adrenalin terpacu dalam nadinya, mungkin karena emosi. Tapi emosi itu sendiri sulit untuk dipastikan. Kedua kaki menyilangnya terus bergerak-gerak, gelisah. Sepertinya dia memang kurang menyukai momen ini.

Masalahnya adalah dia tiba-tiba disuruh bermain kartu dengan Azka dan sepasang muda mudi lain. Mereka semua jelas peserta parenting kali ini. Jika dilihat-lihat dari kisaran usia, sepertinya keempatnya merupakan siswa SMA.

Pasangan yang sempat berkenalan sebentar dengan Azka dan Killa, nampak memiliki hubungan yang tak berbeda jauh. Kekakuan masih mengikat. Permainan game terus berlanjut dalam gaya super awkward. Satu kondisi yang masih menjerat hingga beberapa menit berikutnya. Mata legam bulat melirik ke satu arah tempat anaknya. Duduk di salah satu sofa bayi harimau sambil melongo ke depan. Mungkin berusaha mencerna cerita yang tengah dibacakan seorang storyteller.

Mereka berempat terpekur dengan kartu masing-masing. Azka tampak ingin membuka mulut, namun tertahan keraguan dari pemikiran sendiri. Mereka hanya perlu menebak nama kegiatan dari masing-masing topik. Tapi, ini berkaitan dengan anak. Skor seluruhnya masih nol besar.

"Orang tua demokratis." Azka bicara. "Anak bahagia dan ceria"

Syakilla menggeleng pelan. Dia tidak punya kartu itu. Segera si cowok mengusap belakang leher dan mendesah pasrah.

Permainan berlanjut. Gadis lain yang bernama Sandra berhasil menebak satu kartu dengan benar. Membuat Killa menggigit bibir ragu ketika gilirannya tiba lagi.

"Eum, agar anak percaya diri, Beri kasih sayang." Mata bulatnya terangkat. Bersitubruk dengan si tajam cokelat.

Dengan sebelah alis terangkat, Azka melempar kartu yang dimaksud. Memancing sinar baru di wajah Syakilla.

Setidaknya ada proses yang berjalan.

Cowok pasangan Sandra berucap. "Cara berkomunikasi dengan anak."

90 Days, Education Of Being ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang