Bab 34 | New People

13K 1.9K 196
                                    

Pagi semua, berapa lama kita ldr-an? Hehe, Happy Eid Mubarak bagi yang merayakan. Ini bab THR dari wind kampret yang udah nggak upload lama bet. Semoga masih ingat alur ceritanya.

Happy reading ^^

Typo(s)

Ada banyak hal terjadi belakangan. Sukar disebutkan satu persatu, beberapa di antaranya mulai bisa dihadapi sang gadis. Sulit memang di awal. Namun perlahan jiwa dan raganya bisa menyesuaikan.

Siang itu, di dalam kamar sementaranya, Syakilla merenung di balkon. Menatap lurus ke langit biru siang hari dalam diam. Mulutnya terkunci, hatinya bicara.

Sejuta tanya berputar di otak.

Ingatan lalu melaju ke beberapa waktu lalu. Dua cowok asing tiba, tak lama setelah kedatangan Farah. Sebenarnya bukan hanya mereka. Syakilla juga melihat seorang gadis lain di belakang keduanya tadi. Hanya saja mereka sudah melipir lebih dulu ke arah lain setelah melempar senyum kecil untuknya.

Waktu itu ketika Azka datang ke rumahnya dan makan malam bersama, dia jelas mengatakan akan membawa teman sekalian berlibur bersama di Bali.

Syakilla mulai terbiasa dengan aura Azka dan Farah yang mengagumkan. Cara mereka berjalan, atau bahkan melakukan sesuatu yang kasual terasa berbeda. Mereka punya cara untuk membuat hal sederhana tampak elegan. Itu seperti, keduanya berasal dari kasta yang berbeda dengannya.

Sekarang KIlla tak hanya akan melihat kedua orang itu saja. Namun juga circle mereka yang tengah berkumpul bersama. Perasaan terhimpit tak bisa dielak. Dia, seperti si asing di negeri orang.

Kendati demikian, tidak satu pun dari mereka memberinya tatapan bermusuhan. Bahkan Farah yang jelas kekasih Azka saja sejak awal tidak pernah menghakiminya.

Mungkin, ini lagi-lagi berpusat pada karakter pesimisnya. Syakilla terlalu berpikir berlebihan hingga banyak membuat asumsi. Khawatir eksistensinya tak bisa diterima hingga memutuskan untuk menghindar sejak awal. Dia sudah melewati banyak hal. Waktunya Syakilla belajar menyikapi sesuatu dengan lebih santai dan positif.

Tubuh mungil itu berbalik ketika satu suara yang dikenalnya muncul.

Berjalan masuk ke kamar, Syakilla menghampiri nakas dan mengambil ponselnya yang menyala. Nama keramat yang amat dirindukan tertera. Bersamaan dengan foto profil dahsyat menguasai layar ponselnya. Syakilla menggeser tombol hijau. Menunggu sejenak sampai satu wajah sengak muncul.

"CHACHAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA~"

Si gadis berambut sepunggung mendelik kecil. Sambutan pembuka yang sangat tak manusiawi. Tetapi Syakilla tertawa kemudian. Hal gila ini begitu dirindukannya.

"Hai, Mia..." balasnya kalem.

"YA AMPUN KANGENNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN~"

Tawa kecil menyahut. "Kangen Mia juga..."

"Aww, Mama Kiel lagi apa?"

"Nggak ngapa-ngapain Mi... lagi santai aja habis boboin Kiel."

Wajah Mia mendekat ke layar. Seolah itu adalah jendela dan dirinya ingin mengintip ke luar. "Mana dedek?"

Killa bangun. Menuju tempat tidur Kiel dengan mengarahkan kamera depan ponselnya. Panggilan video itu menjadi perantara Mia melepas rindu dengan ponakan sultannya. Walau si gembul kesayangan masih terlelap nyenyak.

"Jadi, Mama Kiel... udah ngapain aja sama Papa Kiel?"

Tengkuk Syakilla merinding mendadak. "M-maksudnya?"

90 Days, Education Of Being ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang