Cie Azkiella tahun baruan~ Hahaha~ pada bakar-bakar nggak? Apa yang dibakar nih? Ayam? Jagung? Daging sapi? Foto mantan? Paling penting, sama siapa nih? Plis jangan bilang sendirian. Sedih banget itu hidup. Bakar rumah aja biar rame.
Yez, di menit-menit pertama tahun 2022 ini, saya ingin melakukan sebuah kebaikan dengan post bab baru di cerita berdebu yang kita semua cintai ini. Tapi abis ini saya buat dosa ghosting kalian lagi ya.
Happy reading :)
Ada jadwal parenting tadi pagi dan kini Syakilla kegerahan sambil meluruskan kaki di lantai kamarnya. Siang ini matahari tampil garang di langit Bali. Bahkan ketika Killa hanya berjalan di bawah terik matahari sejauh beberapa meter, namun suhu itu luar biasa menyengat.
Kiel tampak sama, kegerahan sampai bayi itu menggeliat marah di atas karpet. Ibunya menghampiri. Melepas dengan telaten baju anaknya sampai menyisakan popok saja. Setelah dipastikan popok tersebut tak ada masalah, Killa lalu menaburkan bedak bayi di sekujur tubuh sang Putra dan memakaikan baju tipis tanpa lengan. Sekarang Kiel tampak lebih nyaman.
Sejenak, Syakilla memperhatikan kedua tangannya. Hanya perasaannya saja atau Azka memang seketika jadi dingin? Ah, tidak juga. Cowok itu memang selalu dingin. Hanya saja, kali ini memang terasa lebih ekstra.
Biasanya Azka akan membantu menyiapkan Kiel saat mereka akan bepergian. Tapi tadi pagi Azka begitu cuek dan tak peduli. Syakilla cukup kaget Azka tidak membawa persiapan sama sekali. Tidak seperti biasanya.
Gadis tersebut harus menyiapkan semuanya sendiri. Kuwalahan tentu saja sejak dia selama ini selalu mendapat bantuan.
Namun di satu sisi, dia juga menyadari perubahan dalam dirinya. Dia semakin mandiri. Dia bisa mengurus Kiel sendiri. Ditatapinya lagi dua belah tangan kecilnya, lalu kembali menoleh ke Kiel. Sudah anteng bergulingan di tumpukan boneka besar.
Ah, dari mana boneka itu?
Entahlah.
Syakilla bergegas ingin mengambil sebotol air mineral dingin. Tak lupa memboyong badan gembul anaknya.
***
Rasanya dia pernah melihat hal seperti ini. Entah di mana. Atau sekedar dari bacaan novel? Mungkin saja. Mengalaminya langsung di dunia nyata cukup membuat takjub. Bahkan netranya tak berhenti berkedip-kedip bingung.
Ada kulkas tak terlalu besar dan demi apapun, dia bersumpah tidak melihatnya di sini kemarin. Perlahan kakinya mendekat, lalu tangan terjulur membuka pintu. Sinar lampu keemasan menyambutnya dan Syakilla termangu.
Itu kulkas khusus untuk susu Kiel. Sejak kapan?
Dia baru saja memberitahu Azka beberapa jam lalu dan abracadabra—benda kotak itu sudah nongkrong di sini.
Syakilla menggeleng pelan. Sistem kerja dompet orang kaya sulit diproses logikanya.
Karena sudah sekalian di dapur dan mulai masuk jam tidur siang Kiel, sekalian saja dia siapkan susu untuk bayinya. Syakilla dengan tenang menunggu ketika sebotol ASI sedang dihangatkannya. Kiel dipangkuan menarik-narik kancing bajunya.
"Hm?"
Manik bundar Kiel mengedip. "Mimik, Mama..."
Air muka si gadis menyendu. Dielus perlahan pipi bulat. "Tunggu ya, lagi Mama panasin."
Ya, setelah beberapa kali kelas parenting, Syakilla benar-benar menyebut dirinya sendiri 'Mama' di depan Kiel. Sesekalinya bibirnya akan bergetar begitu kata itu keluar. Tapi dia mencoba terbiasa.
Jangan menunggu sampai perempuan lain lebih dulu menyebut dirinya sebagai 'Mamanya Kiel'.
"Heummm..." bayi itu menyender di lengan Syakilla. Lalu mencengkram kerah baju Ibunya. Rautnya berubah sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days, Education Of Being Parents
Подростковая литература"Aku dan Kamu, punya seorang bayi untuk 90 hari ke depan." *** Syakilla Rahayu si siswi SMA sederhana, seketika berubah kelimpungan saat mendapati alat aneh di kamarnya. Sebuah benda asing yang ternyata menghubungkannya dengan seorang Kakak kelas me...