[5]34: Kabar

218 50 16
                                    

"Bapak kalau begini terus saya tidak akan setuju!"

"Tidak ada cara lain lagi!"

Klek

"Astaga!"

Ayah Yujin terpaku diam begitu melihat senjata api itu. Berkas yang dia pegang langsung terjatuh ke lantai.

"Bapak sudah berjanji akan memberi kami kompensasi terhadap hal ini."

"Maka dari itu saya pasti-"

"Tidak usah banyak alasan! Sudah bosan saya dengarnya!"

"Serahkan sekarang juga atau isi rumah ini jadi pertumpahan darah."

Ucapan orang itu tak main-main. Hyewon yang mengintip langsung bersiap-siap apabila jari orang itu menarik pelatuknya. Tangannya sudah gemetar hebat.



















"Yujin!"

Terdengar panggilan dari luar.

"Hah?!"

.
.
.

Hari Sabtu, hari terakhir ujian. Saat itu sudah pukul setengah dua belas. Wonyoung membenahi tasnya untuk bersiap-siap pulang. Ningning yang masih ada di kelas mendekatinya.

"Gak pulang sama Yujin?" tanyanya.

"Nggak."

"Kok akhir-akhir ini kalian kayak menjauh gitu?"

"Soalnya dia bukan Yujin."

Wonyoung pergi lebih dulu dari kelas. Ningning yang memerhatikannya kebingungan mendengar jawaban Wonyoung.

Di lorong, Wonyoung memegang perutnya sebentar.

"Laper," Gumamnya.

Wonyoung merubah arahnya jalannya menuju kantin. Karena saat itu ia sudah dekat dengan halaman depan sekolah, jadi jalan ke kantin berbeda dengan yang biasanya.

Di pertigaan jalan sempit...

"Hngg, mampus saya!" batin Wonyoung dalam hati. "Mana orang-orangnya lengkap lagi!"

Bagaimana tidak, saat itu ada segerombolan murid yang ternyata juga melewati jalan itu. Wajah mereka langsung menaruh minat ketika melihat Wonyoung.

Belum sempat berbicara, Wonyoung sudah kabur duluan ke depan.

"Tunggu!" seru salah satu anak.

Wonyoung terus berlari. Ia sedang tidak mood menghadapi geng abal-abalan itu. Paling-paling ia akan dipukul, dijambak, didorong dan sebagainya. Sakit tahu nggak? Apalagi waktu seminggu yang lalu. Ia digampar dengan keras sampai bibirnya berdarah. Double kill, pipinya sudah sakit ditambah bibirnya.

"Huwa!" Wonyoung hampir saja menabrak seseorang di depannya.

"Wonyoung?" Yuna kebingungan. Di sampingnya juga ada Gaeul.

Para anak-anak yang tadi mengejar Wonyoung langsung berhenti lantaran melihat dua anak yang 'berkuasa' itu. Mereka perlahan mundur.

"Yahh lhoooo giliran ngadepin ni berdua, takut kelian!" cemoh Ningning. Entah dari mana anak itu datang.

"Aku laporin yaa! Buk, Buk BK!!" serunya lambe.

"Ssst udah-udah!" Yuna menyergahnya. Dibiarkannya anak-anak itu pergi.

"Makasih," ujar Wonyoung lega.

"Yoi," balas Yuna.

Wonyoung memandangi wajah mereka satu-satu. "Kalian mau ke mana?"

My Protector \\ IZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang