[1]6: Cerita Mereka (2)

724 105 0
                                    

PRAKK!

"ASTAGA!!" Wonyoung terloncat kaget. Tiba-tiba ada yang menepuk keras meja belajarnya dari belakang. Matanya pun tertuju pada cokelat yang ada dibawah tangannya. Wonyoung menoleh kebelakang.

Rupanya si wanita iblis-Hyewon. Ini pertama kalinya Wonyoung melihat jelas wajah Hyewon.

"Maaf aku telat ngembaliinnya," ujar Hyewon.

"Iya gapapa," Wonyoung menjawab sambil membenarkan ekspresinya. "Dari mana kamu?"

"Cuma sekitaran sini."

Wonyoung mengerinyitkan alis. "Aku gak pernah lihat kamu."

"Aku menyembunyikan keberadaanku. Aku sedang diincar."

"Kenapa? Oleh siapa?"

"Aku mengkhianati kawananku."

"Maksudmu kawanan iblis?" tanya Wonyoung dengan perasaan aneh.

"Iya," Hyewon mengangguk.

"Seharusnya aku menjaga dirimu tapi masalah muncul," ucapnya lagi.

"Apa Sakura dan Minju tahu?"

"Hanya Sakura saja, Minju tidak."

"Boleh kamu cerita kenapa kamu berkhianat?" tanya Wonyoung ingin tahu.

"Boleh..." Hyewon duduk di pinggir kasur.

"Kawananku bermusuhan dengan kelompok dewi. Sudah dari dulu layaknya hukum alam, dewi dan iblis tak akan pernah damai. Saling membunuh satu sama lain. Akhirnya kedua pihak masing-masing memutuskan untuk perang. Ada beberapa temanku yang memutuskan untuk damai, tapi tetap saja ada yang menentang. Diam-diam aku dan Sakura kabur, turun ke dunia manusia. Kami bersembunyi dari kawananku yang sempat mengejar. Dan kami pun bertemu dengan Minju. Karena tidak tahu mau kemana, kami bertiga mendapat tugas untuk melindungimu."

"Apa itu artinya Sakura juga berkhianat?"

"Ya."

"Kenapa tidak dikejar?"

"Kelompok dewi tidak bisa pergi ke bumi. Mereka harus terus berada di langit. Bagi kekuatan suci mereka, bumi bukanlah tempat yang pantas. Mereka hanya bisa menyalurkan pesan melalui kekuatannya. Berbeda dengan iblis yang lebih bebas untuk berinteraksi dengan manusia."

"Kenapa Sakura bisa ada di sini?"

"Dia menghilangkan kekuatannya."

Wonyoung terkejut. "Berarti saat ini dia gak ada bedanya dengan roh biasa?"

"Tepat sekali. Namun tetap saja posisi dan perintahnya lebih tinggi dari roh-roh yang berkeliaran di sini."

Wonyoung terdiam. Hyewon memerhatikan raut muka Wonyoung.

"Kamu gak perlu terlalu mikirin. Duniamu dan dunia kami berbeda. Masih ada detakan dan kehangatan di tubuhmu," ucap Hyewon.

Wonyoung mengangguk pelan.

"Baiklah."

.
.

Wonyoung berbaring dengan mulut yang penuh dengan cokelat. Pikirannya tetap terbayang dengan cerita Hyewon.

"Kenapa mukamu serius gitu?"

Wonyoung menoleh dengan malas. Pikirannya pecah mendegar suara yang sedikit menyebalkan. Dilihatnya Minju yang ikut tidur di sampingnya.

"Ini kasurku," ucap Wonyoung ketus.

"Numpang."

Wonyoung kembali ke posisi semula. Lama kelamaan bosan. Akhirnya dia lebih memilih untuk jalan-jalan diluar. Wonyoung bangun diikuti Minju. Diambilnya jaket lalu meminta ijin ke ibunya.

"Wony keluar dulu ya."

"Iya, sendiri aja?"

"Nggak tante, sama saya" Minju nyelonong mendekati Wonyoung. Sementara itu Wonyoung hanya tercengang melihatnya.

"Eh temannya Wony, ya? Kapan ada disini?"

"Baru aja."

"Siapa namanya?"

"Minju tante."

"Oh Minju, kau sangat manis."

"Makasih tante," balas Minju senang. Wonyoung meliriknya dengan tatapan sirik. Cepat-cepat dia menarik lengan Minju keluar.

"Pamit ya bu!"

"Hati-hati."

Wonyoung berlari kecil keluar rumahnya sambil menarik Minju. Kemudian berhenti di depan pagar rumahnya.

"Kenapa tiba-tiba muncul?" tanyanya.

"Ya gapapa, sesekali aku pingin ngomong sama manusia yang lain juga. Ngomong-ngomong kamu manggil ibumu dengan sebutan 'ibu' ya," ujar Minju.

"Memangnya kenapa?" tanya Wonyoung. Matanya tertegun melihat pakaian yang dipakai Minju.

"Wah, bajunya cocok banget buat kamu."

"Makasih. Aku bosen pake set olahraga."

"Baguslah."

"Apa?!"

"Ah gak, yuk jalan."

.
.
.

"Kamu cerita pada Wonyoung kalau kita berdua bertemu dengan Minju. Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Kalau aku ceritakan yang sesungguhnya nanti dia malah kepikiran."

"Ngomong-ngomong aku sendiri belum paham apa hubunganmu dengan Minju. Dari mana kamu tahu dia di sekitar sini?"

"Dulu sebelum aku bertemu denganmu, aku masih menjadi bawahan ratu iblis. Waktu itu..."

.
.
.

"Hei gak sekalian shopping?" tanya Minju.

"Gak usah. Jugaan aku bukan tipe orang yang bisa shopping," balas Wonyoung.

Mereka menuju ke kota, pusat perbelanjaan. Di sana tempatnya sangat enak untuk dipakai bersantai. Ketika melewati taman di dekat gang rumah Wonyoung, Minju memelankan langkah. Wonyoung menyadarinya.

"Kenapa?" tanya Wonyoung.

"Enggak," Minju menggeleng.

Mereka pun mulai memasuki wilayah perkotaan. Minju benar-benar terpukau melihatnya.

"Gak kusangka bangunannya bener-bener tinggi," ucapnya senang.

"Kamu gak pernah kesini?" tanya Wonyoung.

"Enggak. Selama ini jiwaku tersangkut. Jadi aku gak bisa kemana-mana," kata-kata itu terlontar begitu saja, walau begitu Minju tidak memedulikannya.

"Tersangkut?"

"Nyemil disana yuk. Aku pingin ngerasain rasanya," ajak Minju ke salah satu kedai makanan.

Wonyoung mengangguk. Mereka berdua berjalan di trotoar yang banyak sekali orang lalu lalang. Lebih jelas kalau dikatakan orang kantoran.

...

"AWAS!!!"

Wonyoung menoleh kebelakang.

.
.
.

Bersambung

My Protector \\ IZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang