[3]22: Jalan Pulang

356 54 7
                                    

"Minju?" panggil Hyewon. Minju mengejap-ngejapkan matanya. Akhirnya pandangannya jelas.

"Hyewon...?" Minju melihat wajah Hyewon yang khawatir.
"Kenapa?" Kepala Minju sangat pusing. Tangannya memegang kepala belakangnya.

"Kamu..." Hyewon yang sedikit terkejut melihat tingkah Minju. "Kamu pingsan seharian."

"Iya...?" Minju merasakan sesuatu yang aneh. Tangannya terasa basah. Dia menarik tangannya. Dipenuhi oleh darah. Minju segera melihat ke bawah. Baju dan tanahnya juga dipenuhi darah.

"Ini-ini darahku?!" tanya Minju tak percaya.

"Iya," jawab Hyewon. "Tenang, lukamu sudah tertutup jadi kamu baik-baik saja!"

Minju berusaha tenang. Dia berdiri pelan-pelan.

Mereka berdua berada di hutan pinggir kota. Tentunya bukan hutan yang lebat. Minju memerhatikan bajunya. Sangat kotor. Ia tidak punya baju lagi. Dia ingat baju sekolah yang ia curi- ah lupakan saja. Lengan Hyewon pun luka, seperti teriris.

"Kamu memakai tekniknya?" tanya Minju dengan rasa bersalah. "Sakit kan? Maaf."

"Sudah kewajibanku," jawab Hyewon pendek. Diajaknya Minju ke tempat air terjun di dekat mereka.

"Keren! Aku belum pernah lihat air terjun selama ini!" ucap Minju riang. Sepertinya ia sudah lupa dengan lukanya.

"Masuk ke airnya!" ujar Hyewon.

"Buat apa? Mandi? Tapi aku malu kalau ada orang-"

BYUR

Hyewon mendorong keras Minju ke dalam air. Ia juga masuk.

"Puah-puahhah- dasar!" Minju menyibak-nyibakkan tangannya. Bajunya menjadi bersih. Bekas darahnya pun tidak terlihat di air.

"Sudah lama aku gak berada di air begini," Minju menyender pada batu di dekatnya.

Ckrek

Minju menoleh ke Hyewon. Perempuan itu sedang mem-foto dirinya. Sepertinya memakai kamera anti air. Entah dari mana iblis itu mendapatkannya.

"Kelihatan?" Minju berenang ke sebelah Hyewon. Dilihatnya hasil foto itu. Benar-benar bagus. Cahaya bulan yang terpantul di air benar-benar indah.

"Mau kufoto juga?" tanya Minju.

"Nggak, nggak suka," tolak Hyewon. Tapi Minju sudah merebut kameranya. Dia langsung menyiapkan posisinya.

"Senyum dong, aku gak pernah lihat kamu senyum" ucap Minju. Hyewon ragu. Tapi karena Minju terus memaksanya ia pun mengalah.

Ckrek

.
.

Hyewon dan Minju mengeringkan diri mereka dengan api unggun. Hyewon membalut lukanya. Dia mengiris lengannya sendiri untuk menumpahkan darahnya pada luka Minju. Dengan begitu luka Minju akan cepat sembuh.

Berdua dengan Minju membuatnya teringat masa lalu, waktu ia belum berteman dengan Sakura. Mengingat nama Sakura membuat Hyewon teringat juga dengan Wonyoung. Sayangnya ia tidak tahu di mana Wonyoung berada. Ia tidak bisa mendeteksinya. Seharusnya bisa dihubungi dengan hp...

"Hap-"

"Hape kita di mana ya?!" tanya Minju bersamaan dengan Hyewon.

"Jangan bilang kesasar juga," Hyewon menghembus kasar napasnya.

"Harusnya gak jauh dari sini jatuhnya."

"Besok pagi kita cari," ujar Hyewon.

"Tapi kameramu aman-aman aja."

"Karena ini benda kesayanganku."

.
.

Keesokan paginya ketika berkeliling, mereka menemukan tempat wilayah camping. Terdapat segerombol orang di sana.

"Itu dia!" tunjuk Hyewon pada meja di dekat sana.

Hp milik mereka ada di atas meja itu.

Sudah pasti orang-orang di sana mengira ada yang meninggalkan hp di sana. Mereka semua tidak bisa melihat Hyewon dan Minju, jadi kalau diambil sekarang, nanti mereka akan kaget melihat hpnya melayang sendiri: Begitu isi pikiran Minju!

"Tunggu sepi, baru di ambil," ujarnya. Hyewon mengangguk setuju.

.

"Lama sekali," keluh Minju. Ia bersandar di pohon besar, tidak peduli ada orang yang lewat di depannya. Lagi pula tidak ada yang bisa melihatnya.

Matahari sudah ada di puncaknya. Sepertinya kelompok camping itu memutuskan untuk berenang di air terjun kemarin. Dan akhirnya mereka semua bersiap-siap untuk pergi dari tempat itu. Selagi penjagaannya lemah, Hyewon langsung berlari, meraih kedua hp itu, dan kembali ke tempat Minju. Tidak peduli apa yang akan terjadi ketika kelompok itu menyadari bahwa kedua benda di atas meja itu lenyap. Mereka berdua pun meninggalkan tempat itu dan kembali ke kota.

Hyewon dan Minju mencari tempat sepi, kemudian menelepon Sakura. Namun tidak bisa terhubung.

"Aku juga nggak bisa," ucap Minju.

"Kalau gitu coba Wonyoung aja."

Tut...tut...

"Halo?" telepon sudah diangkat.

"Kamu di sekolah ya, sepertinya dia menjagamu dengan baik," Hyewon mendengar suara orang mengobrol dari kejauhan.

"...?"

"Ini aku, aku baik-baik saja, jangan terlalu dipikirkan!" ucap Minju. Dia sudah tahu bahwa anak itu pasti menanyakannya.

"Ah... iya..."

Tut

Hyewon langsung mematikan teleponnya. Bahaya kalau ada temannya yang sadar. Contohnya saja seperti kemarin ketika Haruto sempat menyimak Wonyoung.

"Yuk langsung aja balik," Hyewon ditahan oleh Minju.

"Pelan-pelan aja gak usah buru-buru," Minju menggenggam erat lengan Hyewon.

"Baiklah... lagi pula Wonyoung belum bisa melihat kita"

"Hah? Apa maksudmu?" Minju kebingungan.

"Nanti aku cerita sambil jalan!" ucap Hyewon dan mulai menarik Minju yang hanya cemberut.

.
.
.

Bersambung

My Protector \\ IZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang