[3]26++: Ingatan Lainnya

345 45 2
                                    

"Oh mungkinkah, dirinya ada di depan mataku... Bila mungkin terjadi, pasti itu hanya mimpi..."

"Mungkinkah jadi milikku... , oohh..."

"Semakin ku kejar, semakin kau jauh... Tak pernah letih tuk dapatkanmu... Terus berlari- Shopi cod, shopi cod... Bayar langsung ditempat... Shopi cod, shopi cod..."

"Woi woi woi itu depan woi mobilnya udah berasep!"

"Arrghh," Tzuyu menjeda lagunya. Teriakan Ryujin yang sedang mabar itu benar-benar menganggu ketenangannya. Belum lagi jeda iklan dari yutupnya karena belum premium.

Kali ini Tzuyu memakai earphonenya agar tidak terganggu. Ia memejamkan matanya kembali.

Beberapa menit kemudian, ada seseorang yang mencoba membangunkannya.

"Apa sih?" Tzuyu sedikit kesal melihat Ryujin membangunkannya.

"Dipanggil Kak Sana tuh."

Tzuyu langsung merubah raut mukanya. "Oh gitu."

"Kenapa?" tanya Tzuyu sesampainya di tempat Sana.

"Ambil paket lo."

"Oh."

Tzuyu melihat ke pintu depan dekatnya. Ada Chaeyeon juga di sana. Sebelum menghampirinya, Tzuyu mengambil paket miliknya dan menandatangani surat bukti yang dipegang Sana.

"Chaeyeon udah?" tanya Sana. Chaeyeon masih terlihat sibuk dengan paketnya.

"Belom. Tunggu bentar."

"Lo mesen apa?" Tzuyu ikut melihat isi paket Chaeyeon.

"Cuma obat sama vitamin doang-"

Sigh

"Chaeyeon?" Tzuyu menatap heran gadis itu.

"Chaeyeon"

"Hm? Iya?"

"Kenapa? Tiba-tiba diem gitu?"

"Hh?" Chaeyeon mengejap-ngejapkan matanya.

...

"Sakit lo?" Sana yang melihatnya jadi ikut heran.

"Chaeyeon??" panggil Tzuyu lagi.

"Ah, sori- tiba-tiba aja gue pusing bentar," Chaeyeon meraih kembali kesadarannya. Dilihatnya Tzuyu dan Sana yang mulai khawatir.

"Udah-udah, dibilangin gue cuma pusing, udah berhenti juga," ujarnya menenangkan kedua temannya itu.

.
.
.

"Aku ngerasa aneh ya?"

"Kayak deja vu."

"Eh bukan bukan."

"Gimana jelasinnya ya?"

"Tuh kan malah ngomong sendiri aku."

Yena diam sejenak. Entah kenapa tadi tiba-tiba pikirannya menjadi kosong-serasa ada yang berlalu.

Daripada bingung sendiri Yena pun membiarkannya saja. Ia masuk ke kamarnya. Dilihatnya Yuri yang sedang duduk di depan laptop, saat itu adiknya memang ada rapat.

"Untuk yang bernama Yuri dipersilahkan memulai laporannya."

"Sekali lagi untuk Yuri kelas A silahkan dimulai."

"Yuri? Apa dia hadir?"

"Hadir Kak, dia udah absen tadi."

"Untuk Yuri, apakah suara Kakak bisa terdengar?"

"WEH YURI!"

Yuri terlonjak kaget mendengar teriakan Yena. Ia langsung sadar maksud dari teriakan kakaknya itu.

"Entar SKPmu nyosor!" celoteh Yena. Yuri pun langsung menyalakan mic-nya.

"Hadir kak, maaf tadi sempet ada gangguan jaringan," ucap Yuri kemudian mematikan micnya kembali. Untung saja tadi micnya tidak nyala ketika Yena teriak.

"Kenapa ngelamun gitu?" tanya Yena. Walaupun tadi ia sendiri juga melamun.

"Gak tau."

"Apa jangan-jangan sama kayak aku?" tanya Yena dalam hati. Dia ingin bertanya namun Yuri sudah terlanjur sibuk dengan rapatnya itu. Yena tidak mau menganggunya.

.
.
.

Bersambung

My Protector \\ IZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang