"Apa katamu...?"
Bukan berarti pertanyaan itu Jeonghan ajukan karena tidak mendengar jelas ucapan Seungcheol. Dia hanya menginginkan kepastian apakah pria itu sungguh-sungguh atau sekadar bergurau. Dan senyum menyebalkan yang Seungcheol ukir kemudian menjawab pertanyaannya. "Apa maksudnya kurang jelas?"
Tentu saja jelas. Sangat jelas. Choi Seungcheol menginginkan tubuhnya.
"Anggap saja kau memenuhi syarat ketigaku. Kau serahkan tubuhmu, dan kau peroleh imbalannya."
Jeonghan menelan ludah. Dia peras otaknya untuk mencari cara menghindar. "Kau...tidak adakah hal lain yang kau inginkan? Apapun. Selain itu."
Senyum Seungcheol mengembang lebar. "Ada. Hatimu."
Saat itulah dia menyadari bahwa tidak ada gunanya melakukan penawaran. "Jangan bercanda..."
"Kau tinggal memilih menyerahkan hati atau tubuhmu. Mana yang lebih mudah?"
'Mana yang lebih mudah', katanya? Apa baginya hal ini sama seperti memecahkan soal ujian? "Kau--tidak kasihan padaku? Ayahku jatuh sakit, dan aku butuh membantu pekerjaannya. Tapi kau malah memanfaatkan hal ini untuk bisa tidur denganku?"
"Justru karena aku kasihan padamu, makanya aku beri kau kesempatan untuk menghindari konsekuensi syaratku dengan memenangkan penghargaan itu. Jujur saja, aku berharap banyak dari proyek yang ayahmu kerjakan. Aku yakin jika proyek itu berhasil, kalian bisa memenangkan penghargaan tahun ini. Tapi jika gagal..." Seungcheol menyilangkan kedua lengannya di depan dada. "Setidaknya kau harus membayar penyesalanku karena telah mengirimmu dan bukan orang lain."
Meski pada awalnya Jeonghan ragu menyetujui syarat itu, Seungcheol lagi-lagi berhasil membuatnya merasa tertantang. Apa dia pikir Jeonghan tidak akan mampu mengubah apapun? "Perusahaan ayahku akan mendapatkan penghargaan itu. Lihat saja nanti," geramnya.
Kekesalan Jeonghan semakin memuncak ketika melihat pria di dekatnya tersenyum penuh arti. "Aku menantikannya."
===========
Meski harus memenuhi syarat yang Seungcheol ajukan, Jeonghan sama sekali tak mengurungkan niat untuk membantu perusahaan keluarganya. Pada hari terakhirnya bekerja di kantor itu, dia datang lebih awal untuk membereskan semua barangnya. Kim Mingyu menjadi orang pertama yang mendengar kabar kepindahan Jeonghan. Dia perhatikan dengan heran kegiatan sang atasan merapikan ruangannya.
"Kau sungguh mau pindah ke kantor lamamu?"
"Ya, jadi mulai minggu depan semuanya kau yang tanggung. Ini proposalnya." Jeonghan menyodorkan map berisi berkas proposal, yang diterima Mingyu dengan ragu.
"Kau sudah memperbaikinya?"
"Sudah. Tenang saja, proposal itu sudah dibaca Seungcheol. Kau hanya perlu mempresentasikannya di meeting nanti."
Mingyu mengalihkan tatapannya dari kertas ke arah Jeonghan. "Aku akan merindukanmu," gumamnya sedih.
Jeonghan tersenyum tipis. "Lain kali kita bisa bertemu untuk makan bersama."
"Apa aku boleh ikut makan bersama kalian?"
Suara familiar itu menggalang perhatian mereka. Siapa lagi kalau bukan Seungcheol melangkah memasuki ruangan sembari membenamkan kedua tangannya di dalam saku celana.
"Hei, bapak CEO. Kau benar-benar akan mengizinkan suamimu pindah?"
Seungcheol melirik Jeonghan sebelum menjawab pertanyan Mingyu, "Ini keputusannya. Aku tidak bisa berbuat banyak jika Jeonghan menghendakinya."
Yang dibicarakan diam saja dan memilih fokus mengepak tasnya. Dia baru bereaksi ketika Seungcheol berkata, "Tapi sepertinya...kita akan segera menjadi rival."
![](https://img.wattpad.com/cover/233938136-288-k314859.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Long Time Admirer
RomanceKekalahan dalam persaingan bisnis membuat Yoon Jeonghan harus menikahi Choi Seungcheol, pria yang sepuluh tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya, yang juga ditolaknya dengan keji. Dendam yang lama bersarang dalam hati Seungcheol menjadikan perni...