Choi Seungcheol sudah gila.
Jeonghan yakin, pria itu sebenarnya adalah iblis yang menjelma menjadi manusia.Pertama, dia telah memaksa Jeonghan menikahinya. Kedua, dia merenggut pekerjaan Jeonghan dan segala hak miliknya. Lalu sekarang, dia bernyali untuk menjadikannya sekretaris?
Walau sebenarnya dia bersyukur karena tidak diminta menjadi 'budak' atau 'pembantu' pria itu, namun melihat karakteristik Choi Seungcheol, dia tak yakin pekerjaan yang akan dilakoninya benar-benar akan menyerupai pekerjaan profesional sekretaris pada umumnya. Pria mesum itu pasti sudah merencanakan sesuatu!
Ketakutannya semakin bertambah ketika dia bertanya mengapa peran sekretaris harus dilimpahkan padanya, mengingat sang CEO pasti memiliki lebih dari satu orang sekretaris.
Namun jawaban yang dia dapatkan sungguh membuat bulu kuduknya merinding."Memangnya aku menyuruhmu menjadi sekretaris kantor? Aku memintamu untuk menjadi 'sekretaris' pribadiku."
Tamatlah sudah. Dia benar-benar akan dijadikan budak pria itu selama tiga hari.
Namun akhirnya Jeonghan mengerahkan keberaniannya ketika mendengar bahwa Seungcheol tetap akan membayarnya dengan setimpal. Iming-iming setengah dari gaji bulanannya di perusahaan lama mendorongnya menyanggupi peran itu.
"Saya akan pergi ke Jeju selama tiga hari, jadi Pak Seungcheol membutuhkan sekretaris," kata Eunjung yang sudah bersiap berangkat dengan membawa sebuah koper pagi itu.
"Kalau bisa, kembalilah lebih cepat," pesan Jeonghan padanya. Singkat, namun mengandung banyak makna tersembunyi.
"Oh iya," Eunjung tiba-tiba mengeluarkan secarik kertas dari tasnya. "Ini untuk anda. Ini adalah catatan tentang apa saja yang dibutuhkan Pak Seungcheol selama bekerja. Ini akan sangat membantu."
Oh, aku kira ini berisi mantera untuk mengutuk pria itu menjadi kera, batin Jeonghan kecewa.
Ketika akhirnya Eunjung berpamitan dan pergi meninggalkan kantor, Jeonghan mulai membaca agenda berisi jadwal padat sang CEO selama tiga hari ke depan. Dia juga membuka kertas yang sang sekretaris berikan padanya. Namun betapa dia terperangah karena ternyata isi kertas itu berkisar tentang segala hal detail berkaitan dengan Choi Seungcheol.
"Dia suka minum kopi sebelum meeting...dia gemar makanan manis...dia tidak boleh telat makan..."
Gadis ini...apa dia benar-benar seorang sekretaris biasa?
Ketika note itu masih menyita perhatiannya, mendadak pintu ruangan terbuka. Panik melihat kedatangan Seungcheol, Jeonghan buru-buru menyembunyikan kertas itu ke dalam agenda.
"Eunjung sudah berangkat?" tanya Seungcheol saat menyadari hanya ada Jeonghan di dalam ruangannya.
"Ya, barusan..."
Sang bos membuka jas yang dikenakannya dan melampirkannya di atas kursi. "Kalau begitu, tolong buatkan aku kopi."
Mendengar permintaan bernada memerintah itu, Jeonghan terperangah. "Kau...menyuruhku apa?"
"Membuatkan kopi."
"Aku??" ulangnya tak percaya.
"Tentu saja, siapa lagi yang ada di sini?"
"Kau segitu inginnya menjadikanku pembantumu dengan menyuruh-nyuruhku?"
Seungcheol mendengus sinis. "Membuatkan kopi adalah pekerjaan pembantu? Jadi begitu caramu berpikir?"
Amarah Jeonghan kembali tersulut. Namun mengingat tidak etis jika seorang pekerja melawan atasannya (walau semua itu omong kosong jika berbicara tentang Choi Seungcheol), dia segera berlalu menuju pantry. Di tengah aktivitasnya menyeduh kopi dengan asal, mendadak tercetus sebuah ide licik di benaknya. Mulailah dengan sengaja dia memasukkan banyak sekali gula ke dalam kopi tersebut, melebihi kadar normal yang biasa orang masukkan ke dalam minuman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Long Time Admirer
RomansaKekalahan dalam persaingan bisnis membuat Yoon Jeonghan harus menikahi Choi Seungcheol, pria yang sepuluh tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya, yang juga ditolaknya dengan keji. Dendam yang lama bersarang dalam hati Seungcheol menjadikan perni...