"Selamat ulang tahun, Seungcheol!"
Seungcheol mengerjap polos menyaksikan Lee Eunjung. Gadis itu berdiri di seberang meja kerjanya sambil menyodorkan sebuah kotak hadiah bersampul biru. Hari itu memang bukan hari biasa, melainkan hari kelahiran Seungcheol. Dengan ucapan yang diberikan Eunjung, maka dia sudah memperoleh lima buah ucapan selamat ulang tahun hari itu.
"Terima kasih Eunjung. Apa ini?" Seungcheol menerima hadiah sang sahabat dan mengamatinya dengan raut wajah penasaran.
"Bukalah nanti. Aku yakin kau pasti menyukainya."
Meski masih terdorong keinginan untuk menerka, Seungcheol menyampingkan rasa penasarannya dan berkata, "Aku selalu merepotkanmu setiap tahunnya. Terima kasih."
Eunjung tersenyum lebar. "Merepotkan apa? Ini tidak seberapa."
Kedua sahabat lama itu tersenyum satu sama lain.
"Hari ini aku akan mentraktirmu dan yang lain. Kau ingin makan apa?"
Eunjung melirik ke atas seakan memikirkan pertanyaan itu, lalu menjawab ceria, "Apa saja boleh. Ngomong-ngomong apa malam ini kau ada waktu? Mau keluar minum dengan Mingyu? Belakangan dia merajuk karena kita jarang keluar bersamanya."
"Oh, maaf...malam ini aku akan merayakan ulang tahunku dengan keluarga."
Guratan kekecewaan langsung mencuat di wajah gadis itu. "Oh, benar juga. Kau pasti akan merayakannya dengan Jeonghan, bukan?"
Dugaan itu tidak langsung dibenarkan. Seungcheol menarik kecil kedua sudut bibirnya dan memandang sendu meja kerjanya. "Sepertinya dia tidak tahu hari ini ulang tahunku."
Eunjung membelalak, tampak tidak percaya. "Oh ya? Bagaimana bisa?"
Hela nafas yang Seungcheol keluarkan kemudian menjadi penanda akhir percakapan itu. "Haha, begitulah. Tolong kau pesankan makanan, ya. Apapun boleh, asal lezat."
Namun perintah itu tidak langsung dituruti. Bukannya menjawab, Eunjung malah bergeming di tempat dan berwajah gusar. Pernyataan yang tadi didengarnya kembali memicu ingatannya akan ucapan Mingyu tempo hari. Kenyataan yang begitu mengguncangnya sampai membuatnya sulit tidur. Bagaimana tidak, kebenaran akhirnya terungkap setelah bertahun-tahun dan mengubah keyakinannya selama ini. Keyakinan bahwa Seungcheol mengakhiri hubungan mereka karena lebih nyaman bersahabat.
Maka disertai keraguan, kedua bibir Eunjung membuka. "Seungcheol...apa kau..."
Karena ucapannya tidak kunjung berlanjut, Seungcheol mengangkat kedua alis tebalnya. "Hm? Kenapa?"
Kedua bibir Eunjung menggantung. Suaranya tersendat. Dia ternyata tidak punya cukup keberanian untuk mengutarakannya. Sehingga pada akhirnya, dia membatalkan niat untuk menumpahkan isi kepalanya itu. "Tidak, tidak apa-apa. Kalau begitu, aku akan memesan makanan sekarang."
Eunjung buru-buru beranjak keluar dari ruangan. Setelah menutup pintu, dia menghela nafas panjang dan membasahi bibirnya.
Lee Eunjung, dia sudah bersuami. Sadarlah!
Lalu teringatlah dia akan ucapan Mingyu, dan suara hatinya mendadak
menciut.Tapi jika dia akan menceraikan Jeonghan...
Apa itu berarti aku masih memiliki kesempatan?
==========
Ada yang aneh dengan Jeonghan.
Wonwoo menatap kakak sepupunya itu dari seberang meja kafe. Siang itu mereka sedang makan bersama setelah Jeonghan beberapa hari mengambil cuti dan baru kembali masuk kerja. Entah mengapa setelah kembali dari cuti, pria itu tampak lebih berseri, lebih cerah, dan lebih murah senyum. Ya, pria itu dulu jarang tersenyum. Namun hari itu Wonwoo memergokinya bercanda dengan karyawan lain di depan lift kantor, sebuah pemandangan yang luar biasa langka. Dulu bahkan tidak satupun karyawan kantor berani berdiri di dekatnya. Ini seperti salah satu keajaiban dunia bagi Wonwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Long Time Admirer
RomansaKekalahan dalam persaingan bisnis membuat Yoon Jeonghan harus menikahi Choi Seungcheol, pria yang sepuluh tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya, yang juga ditolaknya dengan keji. Dendam yang lama bersarang dalam hati Seungcheol menjadikan perni...