Bab 6: Benci

4.9K 495 37
                                    

Reuni.

Biasanya kata itu akan membangkitkan semangat bernostalgia ketika membayangkan perjumpaan dengan kawan-kawan lama. Menyenangkan bukan, melihat wajah-wajah masa lalu dan bertukar cerita tentang banyak kenangan indah bersama mereka?

Namun tidak untuk Jeonghan. Membayangkan dirinya dan Choi Seungcheol akan datang sebagai pasangan menikah membuatnya bergidik ngeri. Bagaimana reaksi teman-temannya ketika tahu nanti? Bagaimana pandangan orang-orang terhadap mereka? Jeonghan tidak berani memikirkannya lebih jauh. Kecemasan itu pada akhirnya membawanya memilih satu keputusan: bahwa dia tidak akan memberitahu Choi Seungcheol tentang reuni itu.

Setelah meeting pria itu berakhir pukul 6 sore, Jeonghan segera mengajaknya pulang. Meski berkali-kali Seungcheol mencoba membujuknya untuk pergi makan malam di luar, dia tetap gigih memberi penolakan.

"Kau tidak lapar?" tanya Seungcheol ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

"Tidak," dusta Jeonghan, meski perutnya telah diam-diam bergemuruh.

"Kau bisa masak?"

Layangan pertanyaan itu membangkitkan rasa awas dalam diri Jeonghan. "Memangnya kenapa?"

"Aku sedang ingin sekali makan nasi kare."

"Ya sudah, beli saja take out."

"Aku ingin kau yang masak."

Sudah dia duga, pria itu pasti masih ingin memperbudaknya. "Kau mau bayar berapa?" tanyanya sinis.

Namun tampaknya Yoon Jeonghan terlalu meremehkan pria itu. Seungcheol mengeluarkan sebuah kartu hitam dari kantong celananya dan memamerkannya. "Akan kuberikan lebih cepat dari yang seharusnya."

Dan lagi-lagi, Yoon Jeonghan takluk oleh kenikmatan duniawi yang kartu itu tawarkan untuknya.

Sebenarnya Jeonghan cukup percaya diri dengan kemampuan memasaknya. Dia terbiasa memasak untuk dirinya sendiri. Dia bahkan sempat mengikuti kursus masak di sela waktu luangnya. Biasanya pria-pria seusianya lebih memilih menghabiskan waktu untuk membentuk rupa tubuh idaman di gym. Namun Jeonghan berbeda. Ternyata menghidangkan sepiring makanan di atas meja dan melihat orang lain menikmatinya adalah hal yang membuatnya lebih gembira dari sekadar mendapat pujian atas fisik sempurna. Tapi tentu saja dia malas memberitahu Seungcheol soal hobinya itu. Sayangnya, dia terpaksa menerima tawaran menggiurkan sang CEO dan tak punya pilihan selain mengerahkan kemampuan memasaknya di dapur untuk menyajikan katsu curry rice yang pria itu minta.

"Wah, sepertinya sedap," itulah komentar pertama yang Seungcheol lontarkan ketika menyaksikan tampilan curry rice buatan Jeonghan yang terhidang di meja makan.
Jeonghan yang duduk di seberangnya bersikap tidak acuh. Namun meski dia berlagak cuek, diam-diam dia berjanji dalam hati bahwa dia akan mengutuk Choi Seungcheol jika berani menghina rasa masakannya itu.

Selama beberapa detik Seungcheol fokus mengunyah suapan pertamanya. Tak lama kemudian kepalanya berangguk-angguk pelan. "Enak."

Senyum bangga langsung saja mengembang di bibir Jeonghan.

"Tapi masih lebih enak buatan Eunjung."

Hanya dalam tiga detik senyum itu mampu bertahan. Jeonghan seketika menghentikan gerakan sendoknya dan menatap Seungcheol sengit.

"Dia juga memasak untukmu?"

"Ya, kadang dia suka membuatkanku bekal atau membawa sample makanan untuk kucicipi. Dia memang hobi masak."

Jeonghan memutar kedua bola matanya. Ah, pria brengsek. Dia bahkan menjadikan sekretarisnya seperti asisten rumah tangga. "Ya sudah, sana minta dia masak untukmu. Kenapa kau tidak mempekerjakannya sebagai tukang masak pribadimu saja sekalian?"

My Long Time AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang