"Kak Jeonghan, bisa kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" desak Wonwoo. Dia melayangkan tatapan tajamnya, membuat Jeonghan spontan beringsut mundur.
"C-ceritakan apa?"
"Tanda di lehermu. Bukankah itu kiss mark?" Wonwoo menunjuk leher Jeonghan dengan tatapan menyelidik.
Pemilik tanda itu sendiri dilanda kebingungan. Tanda misterius yang tidak menyerupai gigitan nyamuk atau garukan? Rasanya kemarin bekas itu belum ada...
"Tunggu, jangan-jangan kau tidak sadar kalau semalam kau dan Kak Seungcheol..." Wonwoo bergumam penuh prasangka.
"Kalau semalam apa?!" sahut Jeonghan galak melihat reaksi itu.
Wonwoo kini menyerangnya dengan tatapan sangsi. "Kau yakin tidak melakukan apapun dengannya?"
"Tidak!"
"Yakin? Mau kita tanya orangnya langsung?"
"Kau--" Jeonghan hampir saja menghardik sepupunya itu, kalau saja ponsel genggamnya tidak mendadak berbunyi. Dia segera mengangkatnya sambil menggerutu. "Halo?"
"Jeonghan, kau di mana? Kapan datang ke rumah?" suara nyaring sang ibu seketika memenuhi pendengarannya.
"Ibu? Ada apa?"
"Bukankah kau mau makan malam bersama kami? Tadi pagi ibu sudah menelepon Seungcheol dan dia bilang dia akan datang berkunjung nanti malam. Memangnya dia tidak memberitahu kamu?"
"Apa? Makan malam bersama?"
Merasa penasaran dengan percakapan itu, Wonwoo menepuk pundak Jeonghan, "Itu siapa?"
Jeonghan menjauhkan ponselnya dan menjawab lirih, "Ibuku. Dia menyuruhku datang ke rumah bersama Seungcheol untuk makan malam bersama..."
Mendengar nama Seungcheol disebut, Wonwoo tidak melewatkan kesempatan itu dan segera berteriak. "Tante! Aku juga ingin ikut makan malam!"
Jeonghan terperanjat dan mendorong sepupunya menjauh, namun sayang sang ibu sudah terlanjur mendengarnya. "Loh, itu suara Wonwoo? Kau di rumah Wonwoo, Jeonghan?"
"Iya..."
"Ya sudah, ajak saja Wonwoo sekalian ke sini. Sampai jumpa pukul 7 nanti ya, sayang."
Hal pertama yang Jeonghan lakukan setelah memutus sambungan telepon itu adalah menatap sepupunya nyalang. "Untuk apa kau ikut segala??"
"Kebetulan aku sedang rindu masakan Tante."
Kebohongan Jeon Wonwoo terlihat dari caranya menyungging senyum. Jeonghan sudah hafal betul dengan gelagat sang sepupu. "Awas kalau kau bicara macam-macam di depan orang tuaku."
Ancaman itu sayangnya hanya dibalas dengan anggukan asal Wonwoo.
Pukul 6 sore, berangkatlah mereka menuju kediaman orang tua Jeonghan. Nyonya Yoon menyambut para tamunya dengan hangat dan membawa mereka menuju ruang makan. Tampak meja persegi berukuran besar itu sudah terisi penuh berbagai macam hidangan lezat.
Sekitar lima menit kemudian, suara bel pintu masuk berkumandang.
"Itu pasti Seungcheol. Jeonghan, tolong bukakan pintu," perintah Nyonya Yoon yang tengah sibuk mengatur piring dan gelas di meja makan.
Dengan malas, Jeonghan menyeret kakinya menuju pintu diikuti Wonwoo yang belum juga menyurutkan rasa penasarannya. Ketika pintu dibuka, tampak Seungcheol yang hadir masih dalam busana kerjanya.
"Selamat malam. Maaf aku telat," ucapnya sambil menyungging senyum.
Jeonghan membiarkan pintu terbuka lebar dan hanya membalas singkat, "Masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Long Time Admirer
RomanceKekalahan dalam persaingan bisnis membuat Yoon Jeonghan harus menikahi Choi Seungcheol, pria yang sepuluh tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya, yang juga ditolaknya dengan keji. Dendam yang lama bersarang dalam hati Seungcheol menjadikan perni...