Jeonghan tak menyangka akan menemukan kehadiran Minseok, teman pianis Eunjung, di hotel tempat mereka menginap. Pria berwajah tirus itu tersenyum ramah dan mengulurkan tangan. "Apa kabar? Kita pernah bertemu sebelumnya."Jeonghan membalas jabatan tangan itu dengan guratan kebingungan di wajahnya. "Kenapa kau..."
"Aku yang mengundangnya datang. Dia akan bermain piano untuk kita," tutur Seungcheol menjawab keheranan Jeonghan.
Minseok tak menunda-nunda pekerjaannya. Dia segera menghampiri grand piano yang letaknya tak jauh dari meja mereka. Setelah siap, mulailah dia mengalunkan melodi indah yang bergaung ke sepenjuru ruangan.
"Kenapa kau mengundangnya?" tanya Jeonghan yang masih belum sepenuhnya mengerti.
"Setelah menonton konser waktu itu, aku terpukau dengan bakatnya bermain piano, jadi aku membayarnya untuk bermain di acara makan malam kita."
"Lee Eunjung tahu soal ini?"
"Tahu. Aku yang memintanya menghubungi Minseok."
Jeonghan menggigit bibir. Kekhawatiran mendadak menyelimuti pikirannya. "Dia tidak akan menyebar gosip ke seluruh kantor kalau kita sedang berbulan madu, kan?"
"Memangnya kenapa? Kita sudah menikah, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi."
Jeonghan mengerang kesal. Mungkin bagi Seungcheol itu bukan masalah besar, tapi hal itu membuatnya malu. Dia tidak ingin orang lain, terutama para rekan kerja, menganggap mereka pasangan mesra yang gemar menghabiskan waktu berduaan. Bagaimana dia akan memasang tampang di depan semua orang nanti?
"Lagipula dia bukan gadis yang suka bergosip seperti itu," tandas Seungcheol.
Pembelaan itu hanya Jeonghan balas dengan decakan kesal, lalu mereka mulai menyantap hidangan yang telah tersedia di atas meja.
Setelah hampir satu jam berlalu, Minseok mengakhiri permainannya dan menghampiri meja mereka. "Terima kasih sudah mengundang saya. Selamat menikmati bulan madu kalian."
"Ya, terima kasih juga untuk permainan indahnya," balas Seungcheol ramah.
Minseok memandang mereka berdua bergantian dan tersenyum menggoda. "Ternyata setelah dilihat-lihat, kalian lebih serasi."
Jeonghan tahu bahwa pria itu merujuk pada ucapannya tempo hari, ketika dia sempat memuji Seungcheol dan Eunjung serasi. Maka setelah pria itu pergi, Jeonghan bergumam, "Serasi apanya..."
Gumaman itu terdengar oleh Seungcheol. Dia lantas menimpali, "Dia tahu kau sempat cemburu, makanya dia mengatakannya."
"Siapa yang cemburu?" bantah Jeonghan tak terima.
Seungcheol terkekeh, lalu menopang kedua lengannya pada meja. "Hei, bagaimana kalau kita berjalan-jalan di luar setelah ini?"
==========
Tampaknya keputusan untuk pergi keluar di saat cuaca sedang sangat bergairah adalah sebuah kesalahan. Jeonghan sampai menghalangi wajahnya dengan topi selama mereka berjalan di bawah cahaya terik matahari. Temperatur tiga puluh dua derajat rasanya tidak pernah begitu memanggang tubuhnya. Setelah tersiksa dengan cuaca terik, mereka akhirnya tiba di kedai es krim yang terletak lima ratus meter dari hotel. Mereka memesan beberapa menu es krim, lalu mengambil posisi duduk yang berdekatan dengan jendela untuk memperoleh hawa dingin AC di bawahnya. Rasanya seperti surga ketika merasakan dinginnya udara ruangan serta sensasi es yang meleleh di lidah secara bersamaan.
"Es krim ini enak sekali," pungkas Seungcheol yang baru saja mencicipi es krim pandannya. "Kau mau coba?"
Melihat Seungcheol mengulurkan sendok berisi es krim padanya, Jeonghan bergeming ragu. Sejujurnya dia penasaran dengan rasa es krim itu, namun memikirkan harus makan dari satu sendok yang sama mendorongnya segera menggeleng. "Tidak usah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Long Time Admirer
RomanceKekalahan dalam persaingan bisnis membuat Yoon Jeonghan harus menikahi Choi Seungcheol, pria yang sepuluh tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya, yang juga ditolaknya dengan keji. Dendam yang lama bersarang dalam hati Seungcheol menjadikan perni...