Bab 8: Alasan yang Tersembunyi

4.6K 500 57
                                    

Mereka bilang cinta bisa bertumbuh setelah saling mengenal satu sama lain.
Mereka bilang kita bisa belajar cara mencintai seseorang.

Tapi bagi Jeonghan, pernikahannya dengan Seungcheol tidak mungkin bisa membuahkan cinta.

Sama sekali tidak ada rasa cinta di antara mereka. Hanya dendam dan ego yang menjebak mereka dalam pernikahan bisnis penuh paksaan itu.
Dan setelah mengetahui bahwa Choi Seungcheol kemungkinan masih menyimpan rasa pada sang mantan kekasih, dia semakin yakin bahwa pria itu benar-benar hanya ingin mempermainkannya.

Jeonghan melangkah lambat menuju ruang kerjanya. Setelah menutup pintu, dia menjatuhkan tubuhnya pada kursi. Menumpu kedua sikunya pada meja dan membenamkan wajah pada telapak tangannya. Entah mengapa setelah mendengar pembicaraan di antara Seungcheol dengan Eunjung, perasaan kalut memenuhi hatinya. 

Mendadak dering ponsel yang keras membuatnya terperanjat. Dia buru-buru mengangkatnya tanpa repot melihat nama sang pemanggil yang tertera di layar. "Halo?"

"Jeonghan? Ini ayah. Bagaimana kabarmu?"

Mendengar suara familiar itu, perasaan gusar Jeonghan sedikit mereda. "Baik. Bagaimana kabar ayah sendiri?"

"Ayah juga baik. Kamu betah bekerja di perusahaan Seungcheol sekarang?"

Jeonghan mengusap keningnya sambil menjawab pelan, "Begitulah."

"Bekerjalah dengan baik di sana. Jangan kecewakan Seungcheol. Dia sangat baik hati karena mau mengabulkan permintaan ayah untuk mentransfermu ke perusahaan itu."

Detik itu, perasaan gusar yang tadi sempat lenyap kembali mengisi hatinya. Bahkan sampai membuat nafasnya tersendat.

"Ayah...yang memintaku agar dipindah ke perusahaan ini?"

Dan jawaban dari seberang sana semakin menambah luka di hatinya. "Benar."

Jeonghan mendengus tak percaya. Jadi selama ini, orang tuanya sendiri yang ingin menendangnya dari perusahaan keluarga mereka? "Mengapa? Ayah tidak suka aku bekerja di perusahaan keluarga kita?" tanyanya kecewa.

Cukup lama tidak terdengar jawaban dari pihak seberang, sampai Jeonghan kehilangan kesabarannya dan menyahut kencang.

"Apa karena aku tidak berguna? Apa karena aku tidak bisa memenangkan tender yang ayah harapkan? Apa karena para karyawan di sana membenciku? Apa aku benar-benar setidak berguna itu di mata ayah?!!" 

"Tidak, Jeonghan. Ayah--"

Jeonghan mematikan sambungan itu sebelum sang ayah selesai bicara. Dia terlanjur sakit hati. Dia tidak menyangka orang tuanya sendiri yang telah menendangnya dari kantor itu.

Rasa benci di hatinya kembali tersulut. Seharusnya dia menjauhi segala hal yang berhubungan dengan Choi Seungcheol. Seharusnya dia tetap memaksa bekerja di perusahaan keluarganya. Seharusnya dia punya cukup harga diri untuk bisa menolak tawaran bekerja di perusahaan pria itu. Seharusnya dia tidak harus mendengar ujaran penghinaan itu. Seharusnya...

Seharusnya dia tidak menikahi Choi Seungcheol sejak awal.

Tapi apa dia rela menghancurkan harapan kedua orang tuanya? Cukup sekali saja dia mengecewakan mereka. Berbagai penyesalan dan kebimbangan yang muncul di benaknya secara serentak membuat kepalanya berdenyut hebat. Merasa tidak sanggup lagi menjalani sisa hari itu, dia membereskan semua barang-barangnya ke dalam tas dan bersiap pulang.

Ketika membuka pintu, Mingyu kebetulan sedang melintas. Mendapati Jeonghan menenteng tas, pria itu seketika berhenti melangkah. "Loh, Jeonghan? Kau mau ke mana?"

"Maaf, aku izin pulang cepat. Kepalaku sakit."

Mingyu belum sempat menanggapi ucapan itu karena Jeonghan mendahuluinya berbicara. "Dan sepertinya aku tidak akan datang lagi ke perusahaan ini untuk seterusnya."

My Long Time AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang