Bab 37: Jawaban

5K 522 58
                                    

Dongguk menutup ritsleting celananya dengan kesal. Dia rapikan pakaiannya sebelum membuka pintu, meninggalkan Jeonghan yang bersimpuh di pojok ruangan.

Dari dalam kamar, Jeonghan bisa mendengar percakapan di antara Dongguk dan bawahannya. "Pak, ada ledakan dari gudang kosong di halaman belakang."

Pemberitahuan itu membuat Dongguk mengeluarkan erangan frustasi. "Bisa-bisanya ada ledakan di saat seperti ini..."

"Sebaiknya anda mengungsi, pak. Apinya sangat besar dan bisa merambat. Sulit untuk memadamkanya dengan cepat. Lagipula bisa gawat jika penduduk sekitar mendatangi tempat ini."

Mendengar ucapan itu, Dongguk berdecak kesal. Merasa tak punya pilihan, dia kembali masuk ke dalam kamar dan menarik lengan Jeonghan. "Ayo kita pergi dari sini."

Penyeretan paksa pun terjadi. Jeonghan berusaha memberontak, namun tenaga Dongguk tetap jauh lebih besar darinya. Dia mulai menyesali gaya hidupnya yang tak akrab dengan olahraga dan gym. Namun menyesal pun percuma, karena itu tak menghentikan Dongguk membawanya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu.

"Apa sebaiknya kita pergi ke hotel saja? Kita bisa melanjutkan apa yang hendak kita lakukan di sana," tanya Dongguk padanya di tengah perjalanan, membuat Jeonghan bergidik ketika mendengar suara bernada mesra itu.

"Bagaimana kalau kita pergi ke kantor polisi saja dan menjebloskanmu ke penjara?" balas Jeonghan sinis.

Ucapan itu disusul sunyi yang mencekam, hingga Dongguk mendadak tergelak. "Penjara? Hah! Lucu sekali." Kemudian dia mencondongkan tubuhnya dan berbisik, "Sebelum masuk penjara, kau akan lebih dulu menjadi milikku."

Jeonghan tidak bersuara lagi. Melihat sang lawan bicara tak menggubrisnya, tawa Dongguk lambat laun mereda. Demi menarik perhatian Jeonghan, sebuah ide tercetus di kepalanya. "Omong-omong, apa kau tahu bahwa Seungcheol dan sekretarisnya sering bertemu diam-diam?"

Benar saja, tak sampai tiga detik ucapan itu berhasil mengeraskan sekujur tubuh Jeonghan. Dia memutar wajahnya penuh cekatan.

"Lihat." Dongguk mengeluarkan ponselnya, lalu sibuk menggerakkan jemarinya di atas layar sebelum memamerkan sebuah foto. Foto itu menangkap momen di mana Seungcheol sedang memeluk sekretarisnya, Eunjung, di dalam mobil. Meski foto tersebut menyerupai foto candid, Jeonghan bisa mengenali sosok keduanya, bahkan mobil yang Seungcheol kemudikan setiap harinya untuk bekerja.

"Benar-benar brengsek. Bagaimana bisa pria tukang selingkuh ini menikahimu? Dia bersikap baik di depanmu, padahal selalu bertemu kekasih simpanannya diam-diam," ujar Dongguk dengan nada mengejek.

Sementara Jeonghan tak bisa berkomentar. Dadanya berdenyut kuat. Dia tak mampu menyangkal bahwa yang tampak dalam foto itu adalah kebenaran. Mungkin foto itu adalah cara kotor Dongguk untuk menjatuhkan Seungcheol, namun tak dapat dipungkiri juga memberinya keraguan. Kini kenyataan mana yang harus diyakininya? Seungcheol yang tadi menyatakan cinta padanya dengan penuh percaya diri, atau Seungcheol dalam foto yang memeluk mantan kekasihnya?

Tiba-tiba dering musik melantun kencang dari ponsel Dongguk. Selama beberapa saat sang pemilik hanya terdiam menatap layarnya. Sepertinya dia tampak ragu mengangkat panggilan itu. Terbukti dari wajahnya yang seketika memucat.

Pada akhirnya Dongguk dengan hati-hati mengangkat panggilan itu. Lalu suaranya terdengar melembut ketika menyapa sang pemanggil. "Ayah...ada apa?"

Berani-beraninya kau tanya ada apa?! Anak kurang ajar! Tidak tahu diri!

Samar-samar Jeonghan mendengar suara makian itu dari panggilan seberang. Meski Dongguk tidak memasang loud speaker, suara pria itu berdengung sangat keras sampai dia bisa mendengarnya.

My Long Time AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang