Bab 33: Penyesalan

4.8K 458 41
                                    

All my life i've waited to see your smile again.

In my mind i've hated not able to let go

Come back to me, i'm begging you please

Darah Jeonghan berdesir mendengar lantunan lirik yang disenandungkan. Dia duduk dalam bungkam, mencengkeram kedua pahanya untuk meredam rasa gusar. Dia rasakan sepasang mata dari kejauhan mengawasinya lekat. Sepanjang lagu mengalun, tatapan mata itu tak sekalipun lepas darinya, seakan menanti Jeonghan mendengarkan isi hatinya melalui lagu itu.

Sudah berapa kali Jeonghan hendak bertolak dari sana. Namun kedua sahabatnya yang berkomplot dengan Seungcheol terus menahannya untuk tetap duduk. Mereka bahkan memegangi kursi dan tangannya agar tidak bisa memberontak, sampai Jeonghan merasa dirinya seperti tahanan.

Sambil mendengarkan lagu itu dinyanyikan, Jeonghan terus menunduk. Pikirannya bercampur aduk dengan apa yang terjadi. Seungcheol ternyata sangat gigih. Dia tak menyangka pria itu sampai meminta bantuan kedua temannya. Namun bukannya tersentuh, Jeonghan justru merasa gondok. Dia pikir Jeonghan akan tersentuh dengan pertunjukkan 'romantis' semacam ini?

Maka ketika lagu berakhir, Jeonghan menyeret kedua kakinya pergi. Dia menggunakan hampir seluruh kekuatannya untuk bangkit berdiri, hingga Seungkwan dan Hansol tak mampu lagi mencegahnya. Dia berjalan keluar dari dalam kafe menuju parkiran, ketika tiba-tiba lengannya dicengkeram dari belakang.

Siapa yang akan menahannya kalau bukan Seungcheol, suaminya itu? Jeonghan tak perlu berbalik badan untuk melihatnya. Dia tahu hanya dengan mencium aroma khas parfum pria itu dan merasakan sentuhan tangannya.

"Aku butuh bicara denganmu."

Ternyata mendengar suara berat Seungcheol masih saja menyulut amarah Jeonghan. Dia pun membalas ketus, "Kurasa tidak ada yang perlu dibicarakan."

Seungcheol mempererat genggaman tangannya, mengantisipasi jika Jeonghan hendak memberontak. "Banyak yang harus kita bicarakan."

Jeonghan sadar percakapan itu akan berlangsung lama. Seungcheol tidak akan begitu mudah menyerah.

"Aku tahu kau sulit memaafkanku. Tapi kumohon, beri aku kesempatan."

Jeonghan akhirnya berbalik dan tersenyum sarkas. "Kesempatan apa? Untuk menipuku lagi?"

"Untuk membuktikan bahwa aku benar-benar menyukaimu."

Betapa serius ekspresi Seungcheol saat mengucapkannya. Jeonghan sampai tertegun. Namun dia segera mengukir senyum kecut, berpikir bahwa pria itu hendak mengelabuinya lagi dengan kata-kata manis seperti dulu. "Apa gunanya kau meyakinkanku? Kau pikir aku akan membalas perasaanmu?"

Pertanyaan itu bermaksud untuk menyurutkan kepercayaan diri Seungcheol, namun jawaban pria itu kemudian menggagalkan upayanya. "Ya."

Jeonghan sampai tergamang selama beberapa saat. Dia mendengus sinis. "Aku tidak tahu kau ternyata terlalu percaya diri."

"Setidaknya, aku tahu kau sudah mulai menerimaku sebagai suamimu."

Jeonghan menajamkan tatapannya. "Dengar, aku hanya tidak bisa berbuat apa-apa dalam pernikahan ini. Aku tidak punya cara lain selain menerima nasib!"

"Lalu mengapa kau bersedia tidur denganku?"

Jeonghan membelalak.

"Mengapa belakangan kau tidak keberatan bersentuhan denganku? Membiarkanku memanggilmu sayang? Memasak untukku?"

"Aku...aku bilang aku terpaksa!"

"Bercinta denganku juga karena terpaksa?"

"Jangan menyudutkanku! Kau yang salah, bukan aku!" sahut Jeonghan dengan intonasi tinggi. Pipinya sampai memerah karena rasa panik bercampur malu.

My Long Time AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang