Bab 31: Janji

4.9K 477 49
                                    

1 tahun lalu

"Seungcheol! Ponselmu ketinggalan!"

Suara khas itu berhasil memutar tubuh Seungcheol yang sedang melintasi koridor kantor. Jauh di belakangnya, Eunjung berlari-lari kecil sembari mengacungkan ponsel miliknya. Gadis itu tampak kesulitan berlari mengenakan sepatu hak tinggi, sehingga langkah kikuknya membuat senyum Seungcheol tersungging.

"Terima kasih, Eunjung."

Sang sekretaris menghela nafas dan menyeka peluh di wajahnya. "Kau ini pikun sekali. Untung saja aku menemukannya sebelum kau pergi terlalu jauh!"

"Karena aku tahu kau akan menemukannya, makanya aku tidak pernah khawatir," canda Seungcheol sembari memasukkan ponsel genggamnya ke dalam saku celana.

"Dasar kau ini... lihat, kerah bajumu bahkan tidak terlipat rapi! Kau kan akan pergi menemui client, jadi harus tampil dengan baik!" Eunjung meraih kerah baju Seungcheol dan membenarkannya sambil mengomel.

Seungcheol terkekeh. "Baik, nyonya. Maafkan aku."

Setelah Eunjung beranjak pergi, Mingyu yang sedari tadi mengamati kejadian itu di dekatnya berkata, "Kenapa kalian tidak menikah saja? Dia sudah seperti istrimu."

Seungcheol mendengus. "Kau bicara apa sih? Dia lebih seperti ibuku."

Mereka tertawa bersama. Mingyu melanjutkan, "Kurasa sudah saatnya kau mencari pendamping hidup yang bisa mengurusmu."

"Hei, kau mengatakannya seakan aku anak kecil yang tidak bisa mengurus diri sendiri," Seungcheol melayangkan protes.

Setelah mencapai ujung koridor, kedua pria itu berpisah jalan. Seungcheol menaiki lift menuju lantai lima di mana ruang kerja ayahnya berada. Setibanya di ruangan itu, didapatinya kedua tamu sang ayah telah tiba dan mereka sedang sibuk berbincang satu sama lain.

"Ayah, maaf aku sedikit terlambat," ujar Seungcheol ketika memasuki ruangan.

Menyadari kehadiran Seungcheol, wajah Tuan Choi seketika berseri. Dia melambaikan tangan, memintanya mendekat. "Seungcheol, kenalkan. Ini presdir Jung dan putranya, Jung Dongguk."

Bagai melihat penampakan, Seungcheol terkejut bukan main dengan keberadaan pemuda yang duduk di sana. Bayang-bayang kelam masa lalu akan pria itu kembali merasuki pikirannya, hingga melenyapkan seluruh sinar keramahan di wajahnya. Sama seperti Seungcheol, Jung Dongguk juga mengenalinya. Air wajah lelaki itu berubah pucat. Mereka terjebak dalam situasi yang sangat canggung, bahkan saat bersalaman pun tangan mereka hanya sekadar bersinggungan tanpa saling meremas. Diam lebih banyak bernaung di antara mereka sepanjang pertemuan berlangsung.

Satu jam kemudian meeting terkutuk itu akhirnya berakhir. Para tamu pun bersiap-siap pulang. "Saya harap kerja sama ini akan berjalan dengan baik. Kalau begitu, kami pamit dulu, Presdir Choi," ujar Presdir Jung dengan sopan. Pria itu sungguh berlawanan dengan anaknya yang bedebah, batin Seungcheol.

Keempatnya berjalan keluar ruangan menuju lift. Seungcheol dan ayahnya berniat mengantar tamu mereka menuju lobby. Namun di tengah jalan, mendadak Jung Dongguk berkata, "Aku perlu ke toilet sebentar. Silakan ayah turun duluan."

Seungcheol mengamati pria itu bergegas menuju toilet terdekat, sementara kedua presdir di dekatnya masih asyik berbincang. Ketika pintu lift terbuka, Jung Dongguk belum kunjung kembali. Sang ayah mulai mencari keberadaannya dengan gusar, "Anak itu lama sekali. Apa dia belum selesai juga?"

Melihat pria paruh baya itu tampak gelisah, Seungcheol segera mengambil inisiatif. "Biar saya yang tunggu. Silakan bapak dan ayah turun duluan."

Setelah kedua orang tua itu masuk ke dalam lift, beranjaklah Seungcheol menuju toilet. Sesungguhnya dia malas harus berhadapan dengan Jung Dongguk. Namun ayahnya adalah client penting, sehingga dia terpaksa memperlakukan anaknya dengan baik selayaknya tamu.

My Long Time AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang