Mengapa pasangan menikah harus berbulan madu? Untuk merayakan resminya kedua orang menjadi partner seumur hidup? Secara sesaat menjadikan dunia milik berdua agar bisa bermesraan tanpa terusik rutinitas sehari-hari?
Jeonghan memiliki tiga alasan mengapa dia tidak harus melakukannya bersama Seungcheol. Pertama, mereka bukanlan pasangan yang menikah atas dasar cinta. Kedua, mereka sama-sama sibuk dengan pekerjaan kantor. Ketiga? Kemungkinan Choi Seungcheol akan berbuat mesum padanya amat-sangat merisaukan.
"...Pak Jeonghan...?
Dia tidak sembarangan berpendapat. Berdasarkan fakta, Seungcheol sudah sangat sering menyentuhnya tanpa izin. Masih untung Jeonghan tidak menghitung semua tindakan kelewatannya. Seandainya Jeonghan tidak memberi kompromi, dia sudah mengajukan cerai sejak jauh-jauh hari.
"Jeonghan."
Ketika suara itu memanggil namanya untuk kedua kali, Jeonghan tersentak dan otomatis menegakkan posisi duduknya. "Ya?"
Dari seberang meja, Choi Seungcheol yang duduk sambil bertopang dagu menyuguhkan senyum khasnya. "Proposalmu untuk bulan ini?"
Menyadari tatapan semua orang kini terlimpah padanya, Jeonghan buru-buru bangkit berdiri dari kursinya. "Oh, baik. Sebentar."
Selama mempersiapkan presentasi di depan ruangan, Jeonghan mulai diserang perasaan gugup. Bisa-bisanya tadi dia melamun di tengah meeting penting yang dihadiri para petinggi perusahaan. Salahkan Choi Seungcheol yang mengusulkan ide bulan madu padanya tempo hari, membuatnya terus memikirkan hal itu setiap kali mereka berjumpa.
Setelah persiapannya selesai, Jeonghan dengan sebaik mungkin mempresentasikan laporan dan proposalnya. Sudah beberapa hari dia habiskan dengan begadang hanya untuk menyelesaikan presentasi tersebut, mengingat itu kali pertama dia menjadi perwakilan divisi dalam mengikuti meeting bulanan bersama sang CEO.
"Jadi sesuai dengan respon customer yang telah dikumpulkan, maka strategi ini---"
"Kurang efisien."
Ucapan menyelang itu membuat Jeonghan sampai mematung selama beberapa detik lamanya. "Ya?"
Seungcheol yang duduk di seberangnya kini berubah pose. Kedua tangannya bersilang. Wajahnya tampak serius. "Cara seperti itu tidak akan mengubah sales secara signifikan. Sudah pernah diterapkan cara seperti itu sebelumnya, dan berujung gagal."
Jeonghan mengencangkan kepalan tangannya. Oh Tuhan, dari semua orang yang hadir, mengapa sampai sang CEO yang pertama kali berkomentar negatif? "Tapi--"
"Dan presentasimu bisa dikemas dengan lebih menarik. Bagaimana kau akan menggaet client jika penyampaian presentasimu saja membosankan?"
Kata terakhir itu membuat Jeonghan tercengang. Dia tidak percaya sang CEO baru saja dengan gamblang mengklaim presentasinya membosankan di depan para petinggi perusahaan. Benar-benar sebuah rekor baru Choi Seungcheol dalam menyulut amarahnya.
"Apa membosankan juga untuk yang lain?" tanya Jeonghan menyajikan senyum memaksa kepada seisi ruangan. Namun reaksi yang didapatnya hanyalah keheningan yang menyakitkan.
Melihat tidak adanya tanggapan, Seungcheol menghela nafas. "Apa begini caramu berpresentasi di perusahaanmu sebelumnya, Pak Jeonghan?"
Entah sudah berapa lama tangan Jeonghan mengepal kuat, berusaha menahan emosi dan rasa malunya. Kepalanya serasa ingin meledak, terlebih ketika Seungcheol menandaskan, "Tolong perbaiki proposalmu dan kumpulkan paling lambat minggu depan."
Hingga meeting berakhir, Jeonghan tak henti-hentinya mengutuk Seungcheol dalam hati. Dia bahkan tak sudi menatap pria itu dan secepat mungkin membereskan seluruh berkasnya. Namun sebelum beranjak keluar ruangan, lagi-lagi dia harus menyaksikan sebuah pemandangan yang menyakitkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Long Time Admirer
RomanceKekalahan dalam persaingan bisnis membuat Yoon Jeonghan harus menikahi Choi Seungcheol, pria yang sepuluh tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya, yang juga ditolaknya dengan keji. Dendam yang lama bersarang dalam hati Seungcheol menjadikan perni...