Bab 34: Pilihan

4.4K 493 101
                                    

Pukul dua belas siang, jalan raya kota dipadati para pekerja yang mencari makan. Hampir seluruh restoran penuh, kecuali salah satu kafe yang berada di persimpangan tak jauh dari lokasi hotel Jeonghan menginap. Kafe sederhana bergaya minimalis itu hanya didatangi beberapa pengunjung yang mencari kesibukan dengan dunianya sendiri. Tak ada yang peduli ketika bel pintu berbunyi mengantarkan tamu yag baru datang. Seperti siang itu, ketika Jeonghan masuk ke dalam kafe dan mencari keberadaan gadis yang hendak dia temui. Tak ada seorang pun yang menyadari kedatangannya kecuali pelayan di meja counter.

Jeonghan memesan segelas caramel latte sebelum mendatangi meja di mana gadis yang sedang menunggunya berada. Eunjung menyadari kehadirannya dari kejauhan dan langsung bangkit berdiri. Ekspresinya tegang dan kalut seraya dia membungkuk. "Maaf mendadak mengajak bertemu, Pak Jeonghan."

Seakan tak acuh dengan sapaan itu, Jeonghan duduk di seberang Lee Eunjung dan menaruh minumannya di atas meja. "Urusanmu di Daegu sudah selesai?"

Perlahan Eunjung kembali duduk di kursinya. "Ya, saya baru bisa kembali ke Seoul kemarin malam."

Jeonghan tak lagi bersuara. Dia menanti gadis di hadapannya memulai pembicaraan, namun ternyata malah tercipta keheningan canggung di antara mereka. Jeonghan tahu gadis itu sedang berusaha menyusun kata-kata, tampak dari sorot mata cemas dan kedua bahunya yang bergerak gelisah.

"Waktu bapak pergi ke Daegu, bapak pasti salah paham melihat saya dan Seungcheol berpelukan."

Kalimat pembuka itu membenarkan dugaan Jeonghan, bahwa Eunjung ingin membicarakan apa yang dilihatnya di Daegu tempo hari. Alasan apa lagi yang akan mendesak gadis itu untuk mengajaknya bertemu? Mereka tidaklah dekat sampai harus berjumpa empat mata jika tidak ada urusan penting.

"Saya hanya ingin meluruskan bahwa Seungcheol dan saya tidak memiliki hubungan spesial apapun. Kami hanya sahabat lama. Karena itu... tolong jangan salah paham."

Jeonghan menatap datar sekretaris suaminya itu. Penjelasan yang terlontar tidak memberinya ketenangan, malah semakin membangkitkan perasaan curiga dalam dirinya. "Kau disuruh Seungcheol mengatakan ini?"

Eunjung terkesiap dan segera menggeleng. "Tidak, saya tidak disuruh siapapun."

"Kau menyukai Seungcheol, kan?"

Tebakan itu berhasil menciptakan sunyi. Eunjung memaku bibirnya rapat-rapat, tak mampu menjawab.

Jeonghan menyilangkan kakinya. "Kau sengaja bekerja untuk Seungcheol karena kau masih menyimpan perasaan padanya," tuturnya lagi, bersikeras bahwa tuduhannya itu benar.

Lee Eunjung menunduk diam. Dia mainkan jemarinya dengan gusar, lalu menjawab dalam gumaman. "Jujur, memang pada awalnya seperti itu. Saya masih menyukainya."

Jeonghan tersenyum sinis, namun Eunjung buru-buru menambahkan, "Tapi saya tidak punya niat sedikitpun untuk merusak hubungan rumah tangga orang lain. Sama sekali tidak."

"Kalau begitu, tinggalkan kantor itu."

Betapa Lee Eunjung diserang keterkejutan hebat. Kedua mata dan mulutnya sampai membuka lebar.

"Keberadaanmu bersamanya akan terus membuatku ragu. Jika kau tidak ingin kesalahpahaman ini berlanjut, jangan bekerja lagi untuknya," tandas Jeonghan tanpa keraguan sedikitpun.

Eunjung beranjak gusar. Tidak pernah menyangka Jeonghan akan memintanya berhenti bekerja. "Sa-saya..."

"Kau takut akan kehilangan pekerjaan? Kurasa gadis yang handal dalam bekerja sepertimu tidak akan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru."

Tadinya meja mereka adalah meja yang paling banyak diisi pembicaraan. Namun sekarang meja itu menjadi sama seperti meja para tamu lainnya yang tak menimbulkan suara. Jeonghan tahu permintaannya begitu mengejutkan. Namun dia tak menyesal telah menyatakannya, dan dia tak berniat menariknya kembali.

My Long Time AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang