Angin malam bertiup pelan seiring hiruk pikuk kota menipis. Lupa bahwa musim dingin sudah hampir tiba, Eunjung merapatkan mantelnya. Dia mengedar pandangannya ke sekitar di tengah dinginnya cuaca hari itu.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil melintas dan berhenti di dekatnya. Eunjung yang duduk di bangku taman segera berdiri memasang ekspresi lega. Dari dalam mobil itu, Seungcheol keluar dan menutup pintu, lalu berjalan menghampirinya.
"Seungcheol, maaf mengganggumu tengah malam," ujar Eunjung dengan suara parau.
Seungcheol memberinya tatapan khawatir. "Apa benar para rentenir mendatangi rumahmu barusan? Lalu di mana mereka?"
Eunjung tertunduk sendu. "Mereka sudah pergi dan akan kembali besok pagi..."
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Dengan matanya yang berkaca-kaca, Eunjung menjelaslan, "Ayahku berutang, dan dia belum membayar selama dua bulan sejak masa jatuh tempo. Aku harus segera membayarnya sebelum mereka menyita rumah keluargaku di Daegu..."
"Rumah? Memang berapa yang kau butuhkan?"
Eunjung awalnya terdiam ragu, namun dengan terpaksa menjawab, "Lima puluh juta won..."
Seungcheol terdiam sejenak, lalu menghela nafas. "Baiklah, aku akan segera mentransfernya. Besok pagi segeralah pergi ke bank, atau jika kau mau aku akan menyuruh Ga Eul menemanimu."
Kedua mata Eunjung yang tadinya berkaca-kaca kini tampak memerah, dan dia segera menyeka air matanya sebelum berhasil tumpah. "Seungcheol, maaf. Aku sangat terdesak sampai tidak tahu harus minta tolong pada siapa. Aku terpaksa minta bertemu karena tidak enak jika membicarakan hal ini hanya lewat telepon. Aku juga sungkan datang ke rumahmu selarut ini. Apa Jeonghan tidak marah?"
"Jeonghan sedang tidur jadi tidak apa-apa. Aku kan sudah bilang jangan merasa sungkan jika butuh bantuanku."
"Tapi aku sudah banyak merepotkanmu. Kau dulu membayar biaya pengobatan ibuku yang jumlahnya sangat besar, dan sekarang aku harus berutang padamu lagi..."
Seungcheol tersenyum dan menepuk pundak Eunjung untuk menenangkannya. "Jangan ungkit soal itu lagi. Kau juga sudah melunasinya dengan bekerja untukku. Aku menolongmu karena kau sahabatku, dan aku ikhlas."
Perlahan senyum mengembang di bibir tipis Eunjung. "Terima kasih, Seungcheol. Aku pasti akan membayarnya. Aku janji."
Senyum yang serupa Seungcheol ukir pula di bibirnya. "Sudah jangan pikirkan soal itu. Sekarang masuklah, hari sudah sangat larut. Jangan lupa kunci pintu sebelum tidur."
Pertemuan itu berakhir singkat. Setelah Seungcheol pamit dan pergi, Eunjung terus menatap kepergiannya hingga penampakan mobil Seungcheol menghilang dari jarak pandangnya. Hawa dingin yang sejak tadi terasa menusuk entah mengapa mulai pudar digantikan kehangatan. Kehangatan yang timbul akibat kebaikan hati seseorang. Dan dirinya tak bisa tak tersentuh karenanya.
Jika kau terus bersikap baik seperti ini...
Sampai kapan aku bisa menghapus sosok dirimu dari hatiku, Seungcheol?
========
Jeonghan membuka mata, menyadari bahwa pagi telah tiba akibat cahaya mentari yang merayap masuk ke dalam kamarnya. Ya, kamarnya. Ruangan itu jelas adalah kamar yang dia tempati sejak menikah dengan Choi Seungcheol, namun ada yang aneh di pagi hari itu.
Seorang pria berbaring di sampingnya! Siapa lagi kalau bukan si pemilik rumah sekaligus suaminya yang seharusnya tidak berbaring di sana. Dengan perasaan bingung bercampur gelisah, Jeonghan bangkit terduduk dan mengguncang tubuh pria itu. "Seungcheol! Bangun!"
![](https://img.wattpad.com/cover/233938136-288-k314859.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Long Time Admirer
RomanceKekalahan dalam persaingan bisnis membuat Yoon Jeonghan harus menikahi Choi Seungcheol, pria yang sepuluh tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya, yang juga ditolaknya dengan keji. Dendam yang lama bersarang dalam hati Seungcheol menjadikan perni...