Ketika Jeonghan menawarkan pilihan, sebagian kecil hatinya meyakini bahwa Seungcheol akan memilihnya.
Mungkin Jeonghan terlalu percaya diri mengira pilihan akan jatuh padanya.
Namun jawaban yang Seungcheol berikan seakan menamparnya dengan realita. Menyatakan bahwa dugaannya itu salah."Kau tidak bisa meminta Eunjung berhenti begitu saja."
Ucapan itu mengalirkan kekecewaan yang besar. Dadanya sampai berdenyut dan kerongkongannya terasa panas. "Kau tidak ingin kehilangan mantan kekasihmu?" ucapnya getir.
"Bukan begitu, Jeonghan. Eunjung butuh biaya untuk merawat ayahnya. Dia juga masih harus mengurus keperluan lain. Dia membutuhkan pekerjaan."
"Dia bisa mendapatkannya di perusahaan lain."
"Apa semudah itu? Selama ini aku memberinya kelonggaran untuk kembali ke Daegu sebulan sekali, bahkan lebih. Apa dia bisa mendapatkan kesempatan yang sama di perusahaan lain?"
Jeonghan tidak mampu membalas lagi. Kedua matanya belum sekalipun mengerjap. Dia bahkan hampir lupa bernafas saking kuatnya menahan rasa kecewa. "Kenapa kau masih saja memikirkannya...?"
Meski pelan, gumaman itu masih dapat didengar Seungcheol. "Karena dia sahabatku."
Jeonghan tertawa datar, menganggap pernyataan itu lelucon. "Dia bukan sekadar sahabat. Dia mantan kekasihmu."
Suara Jeonghan saat itu terdengar bergetar. Dia nyaris tak bisa menahan emosinya untuk meledak. Ketika pernikahan mereka berada di ambang kehancuran, Seungcheol masih saja memikirkan gadis itu. Gadis yang diakuinya sebagai sahabat, namun juga pernah mengisi hatinya di masa lalu.
Di sisi lain, Seungcheol tampak pasrah menerima tuduhan itu. "Aku tidak tahu lagi bagaimana harus meyakinkanmu bahwa dia hanya sahabat."
Jeonghan sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa menalar kenyataan sekarang. Bagaimana dia benci Lee Eunjung selalu menempati bagian di dalam pikiran pria itu. Omong kosong dengan predikat sahabat. Jelas pernah terjalin hubungan romantis di antara mereka, dan kenyataan itu membuatnya tak tenang.
"Jika kau mau meyakinkanku, maka singkirkan sosok Lee Eunjung dari sisimu."
Namun Jeonghan tahu, Seungcheol tidak akan mengabulkan permintaannya. Hanya dengan melihat sorot mata pria itu saja, dia sudah tahu.
"Eunjung adalah sahabat yang selalu mendengarkan keluh kesahku."
Seungcheol berbicara pelan sembari melekatkan pandangannya ke lantai. "Ketika aku terpuruk, dia yang menghiburku. Sejak dulu dia selalu ada untukku."Tak tampak lagi guratan senyum di wajah Seungcheol. Tak ada lagi pancaran keramahan yang biasa melekat di sana. Yang didapatinya hanyalah gambaran kekecewaan.
"Kau tidak bisa bersikap seperti itu pada sahabatku. Walaupun aku sangat menginginkanmu kembali, aku tidak bisa merusak hubungan persahabatan kami."
Kekesalan Jeonghan memuncak. Kepalanya berkedut seperti ingin pecah. Terlebih ketika Seungcheol menambahkan, "Apa jika situasi kita dibalik, kau mau memutus persahabatan dengan sahabatmu? Dengan Seungkwan atau Jun?"
Jeonghan tak terima. Dia menyahut, "Aku dan kau berbeda! Aku tidak pernah menjadikan mantan kekasihku sahabat! Kau bahkan menjadikannya sekretaris!"
Jeonghan tanpa sadar sudah menunjuk-nunjuk Seungcheol dengan gaya menantang. Nafasnya pun tersengal. Menyadari tidak sepantasnya mereka bertengķar di area publik, dia memutuskan untuk beranjak pergi.
Seungcheol tentu saja mengejar. Dia menarik lengan Jeonghan untuk mencegah langkahnya. "Kita masih perlu bicara."
Jeonghan menepis tangan Seungcheol dan kembali melangkah cepat. Kali ini Seungcheol menarik pundaknya. "Tolong jangan bersikap egois seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Long Time Admirer
RomanceKekalahan dalam persaingan bisnis membuat Yoon Jeonghan harus menikahi Choi Seungcheol, pria yang sepuluh tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya, yang juga ditolaknya dengan keji. Dendam yang lama bersarang dalam hati Seungcheol menjadikan perni...