Jeonghan sadar benar dia tak suka kalah, apalagi diremehkan. Apapun akan dia lakukan untuk membuktikan kemampuannya dan mematahkan anggapan merendahkan itu. Tapi kali ini dia sudah terlalu gila. Termakan oleh omongan Seungcheol, dia sampai mengabaikan harga diri dan prinsipnya dengan menyentuh pria itu. Kini, mereka berdua sedang menggeluti sesi make out yang panas di atas ranjang. Sudah beberapa menit mereka berkutat dalam aktivitas itu, dan tentu saja, Jeonghan mendominasi.
Seungcheol membiarkan pria di atasnya memimpin. Dia hanya menikmati bagaimana Yoon Jeonghan yang selama ini begitu anti pada sentuhannya mengambil inisiatif untuk pertama kalinya. Meski dia tahu hal itu Jeonghan lakukan karena terpancing ucapannya, dia tak peduli dan tetap meladeni 'pembuktian diri' itu.
Namun gerakan Jeonghan terhenti ketika tangannya memegang ritsleting celana Seungcheol. Kesadarannya seperti datang menggiringnya kembali pada akal sehat. Benarkah dia mau melakukan hal ini hanya karena termakan emosi? Bukankah dia membenci Seungcheol? Mengapa hanya karena dibandingkan dengan Eunjung dirinya sampai melewati batas? Segala pertanyaan itu berputar di benaknya selama beberapa saat dan menciptakan jeda.
"Kalau kau takut, sebaiknya berhenti."
Suara Seungcheol membuyarkan lamunannya. Dia seperti bisa membaca pikiran Jeonghan hanya dengan melihat guratan bimbang di wajahnya. Jeonghan sendiri tak bisa menyangkal bahwa dia merasa takut untuk melanjutkan karena detik itu tangannya sudah mulai terasa gemetar. Tapi dia tak sudi mengakuinya. "Diam..."
"Kenapa kau melakukan ini? Bukankah kau tidak suka bersentuhan denganku?"
Pertanyaan itu semakin menambah keraguan Jeonghan. Kini dia rasakan nafasnya terhela berat. Dia terus mengunci mulutnya karena tidak mampu menjawab.
Mendadak Seungcheol membalik posisi tubuh mereka dengan cepat, sampai Jeonghan tersentak kaget. Tubuh besar Seungcheol menangkup tubuhnya hingga dia benar-benar tak punya celah untuk menghindar. Lebih parahnya lagi, tubuhnya mengejang ketika jemari Seungcheol menyapu permukaan bagian tubuh ter-sensitifnya.
"Kau tampaknya tidak memiliki pengalaman di bagian ini?"
Rabaan tangan itu seakan mengalirkan percikan listrik ke seluruh sudut tubuhnya. "J--jangan sentuh!"
Seungcheol tersenyum dan berbisik. "Perhatikan baik-baik bagaimana cara melakukannya."
Jeonghan menelan ludah. Apa yang...?
Dia tak sempat berbicara karena Seungcheol kembali menyegel bibirnya. Dia juga rasakan ritsleting celananya terbuka, dan tangan itu mulai bermain pada area intimnya. Serangan mendadak itu memberi Jeonghan perasaan panik yang hebat. Tadi dia berani bersikap agresif, tapi sekarang...
"Lepas!!!" Dicobanya mendorong tubuh Seungcheol menjauh, tapi badan pria itu seperti tembok. Bergeming keras dan kokoh.
"Sst...tenanglah. Diam dan nikmati."
Jeonghan masih memberontak. "Aku tidak mengizinkanmu menyentuhku?!"
Gerakan tangan Seungcheol terhenti. Dia mendengus. "Bukankah kau yang tadi menciumku duluan? Kau menginginkan ini terjadi, jadi ada masalah siapa yang menyentuh siapa?"
Jeonghan menelan ludah. Ucapan itu ada benarnya. Tindakan agresifnya tadi seakan menjadi lampu hijau yang mengisyaratkan bahwa dia ingin mereka bercinta. Dia memang terlalu terbawa emosi, dan dia akui itu kesalahannya. Tapi seharusnya dia yang 'menyentuh', bukan sebaliknya!
Namun protes yang ingin Jeonghan layangkan harus tertunda karena jemari di bawah sana sudah menjelajah semakin jauh, menyelinap ke antara helai pakaian. Tubuhnya seketika bergetar karena tangan Seungcheol menyentuh bagian tubuh privatnya itu dan mulai memainkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Long Time Admirer
Roman d'amourKekalahan dalam persaingan bisnis membuat Yoon Jeonghan harus menikahi Choi Seungcheol, pria yang sepuluh tahun lalu pernah menyatakan cinta padanya, yang juga ditolaknya dengan keji. Dendam yang lama bersarang dalam hati Seungcheol menjadikan perni...