Bab 22: Rumor

4.1K 453 46
                                    

"Jadi kapan kau akan mulai mentraktirku?"

Gerakan sumpit Jeonghan sontak terhenti. Bahkan nasi yang siap memasuki mulutnya sampai terjatuh ke mangkok. Dia menatap nyalang Wonwoo, sang penanya, yang duduk di meja pantry berseberangan dengannya.

"Apa maksudmu?"

"Kau kan janji akan mentraktirku kalau sudah jatuh cinta pada Kak Seungcheol. Jadi, kapan?"

Selera makan Jeonghan sampai lenyap karena pertanyaan itu. Dia menghindari tatapan Wonwoo, mengencangkan genggaman pada sumpitnya yang sempat mengendur. "Aku tidak mencintainya."

"Hei, sudahlah jangan berdusta lagi. Belakangan kau sering membicarakannya. Mengaku sajalah." Wonwoo semakin mendesaknya.

"Sudah kubilang aku tidak jatuh cinta padanya!"

"Jadi kau membencinya?"

Kali ini ucapan Wonwoo tidak memperoleh balasan. Jeonghan memilih fokus menyantap makan siangnya meski harus menerima godaan diiringi tawa dari sepupunya itu.

Di tengah kekesalannya, muncul sebuah notifikasi pesan pada layar ponsel yang dia letakkan di atas meja. Jeonghan membukanya hanya untuk dikejutkan oleh isi yang tertulis di pesan itu.

Aku merindukanmu. Kau sedang apa?

Tubuhnya membeku membaca dua kalimat pertama yang Seungcheol kirimkan itu. Dia melirik Wonwoo yang kini sedang fokus menyantap makanannya, lalu sambil berusaha tidak menarik perhatian mulai mengetik balasan.

Aku sedang makan. Jangan ganggu sekarang.

Belum sampai satu menit balasan itu terkirim, ponselnya kembali menyala menandakan adanya notifikasi masuk.

Baiklah sayang. Sampai bertemu di rumah nanti. Jangan bekerja terlalu larut.

Sebagai reaksi, Jeonghan mendengus sinis. Sayang katanya...dasar menggelikan...

"Kau benar-benar sudah jatuh cinta padanya ya kak."

Ucapan Wonwoo mengejutkan Jeonghan sampai dia buru-buru mematikan ponselnya. "A-apa maksudmu?"

"Kau sadar tidak kalau kau barusan tersenyum sendiri? Itu pesan dari Kak Seungcheol kan?" Wonwoo menunjuk ponselnya yang sudah dia letakkan di atas meja.

Jeonghan semakin saja salah tingkah. "Aku tidak tersenyum. Kau pasti berhalusinasi."

Melihat reaksi sepupunya itu, Wonwoo tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepala. "Apa salahnya sih mengakui perasaanmu sendiri? Kalau suka tidak usah disembunyikan. Yang ada kau akan menderita jika terus menahannya."

Jeonghan terdiam. Hati kecilnya seolah menyambut ucapan itu, namun pikirannya menyangkal kuat. Dia segera bangkit dari kursinya dengan cepat. "Sudahlah, aku balik duluan."

Setelah membuang bungkus makanannya, beranjaklah Jeonghan dari meja pantry menuju ruang kerjanya, meninggalkan Wonwoo sendirian. Ketika baru menutup pintu, ponselnya kembali bergetar. Namun kali ini bukan pesan teks yang masuk, melainkan panggilan telepon.

"Halo, Jun?"

"Jeonghan! Kau sudah baca chat grup alumni sekolah kita?" Jun yang menghubunginya segera menyerangnya dengan pertanyaan itu.

Jeonghan mengernyit. "Grup alumni? Belum, memang kenapa?"

Selama beberapa saat Jun tidak bersuara, lalu dia berbisik. "Ada yang mengunggah fotomu dan Seungcheol di media sosial lalu menyebar rumor tentang pernikahan kalian..."

"Rumor? Rumor apa?"

"Rumor yang kurang baik seperti bagaimana Seungcheol berselingkuh dengan sekretarisnya, dan bagaimana kau menderita selama menikah dengannya..."

My Long Time AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang