Jiwon melamun dihalaman belakang rumah suaminya. Ia menatap kosong pada kolam renang dihadapannya.
Penolakan Jisoo masih teringat jelas dipikiran Jiwon.
Jiwon salah. Jiwon merasa dirinya gagal menjadi Kakak dan pengganti orangtua yang baik untuk kedua adiknya selama ini.
Seharusnya Jiwon tidak biarkan Jisoo mengambil banyak pekerjaan, walau Jiwon tau Jisoo hanya bekerja part time.
Tapi pekerjaan yang adik nya itu ambil sangat memakan waktu.
Pagi-pagi ia harus pergi berkuliah sampai sore, setelah itu dilanjut dengan bekerja di Cafe, tengah malam nya ia bekerja juga di Perpustakaan atau Minimarket.
Dalam satu bulan, Jisoo akan mengalami demam sampai sebanyak 5 kali. Namun adiknya itu tidak merasakannya dan selalu berusaha baik-baik saja.
"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Chang Wook yang tiba-tiba memeluk nya dari belakang.
"Aniyo." Jawab Jiwon.
Chang Wook hanya mengangguk sambil memberikan senyuman.
"Kita pergi 2 hari saja cukup kan? Kau cari tempat yang bagus di Korea saja ya" ucap Jiwon yang langsung raut wajah suaminya itu berubah tanya.
"Jisoo tidak bisa ikut, Hyun Soo juga tidak mungkin kan izin dari sekolahnya hanya karena untuk liburan? Jadi kita berdua saja, tapi 2 hari cukup kan?" Jelas Jiwon.
Chang Wook tersenyum kembali lalu memeluk sang Istri.
"Eoh, 2 hari cukup daripada tidak sama sekali." Jawab Chang Wook.
***
Jiwon tengah berbaring dikamar nya, kepalanya saat ini merasa berat dan pusing. Mungkin karena terlalu banyak memikirkan adik-adiknya hingga Jiwon menjadi seperti ini.
"Kau tidak apa-apa kan jika bulan madu nya diundur? Aku benar-benar tidak enak jika harus menolak undangan nya." Ucap Chang Wook sambil berjalan dan duduk diatas kasurnya disamping Jiwon.
Laki-laki itu baru saja mendapat kan undangan makan malam dari kolega Ayah nya, yang kebetulan sempat menjadi client dirinya.
Selain undangan makan malam, Ayah nya juga mengajak ke acara anniversary universitas milik koleganya tersebut. Tempat dimana Jisoo berkuliah disana.
"Kwenchana Oppa, lagipula jika aku tidak bulan madu pun tak apa. Kita bisa menghabiskan waktu dirumah saja sudah cukup untuk ku" jawab Jiwon.
"Besok kita ke butik milik Bo Na, kau harus cantik saat menemani suami mu" ucap nya.
Jiwon terdiam.
Menemani suaminya? Itu berarti pernikahan mereka akan terungkap lebih cepat. Apalagi Chang Wook akan bertemu juga dengan Ayah nya, orang yang melarang hubungan mereka.
"Sirreoyo. Kau saja yang pergi, aku akan diam dirumah." Jawabnya sambil mengubah posisinya menjadi duduk dan sedikit membelakangi sang suami.
"Chagiya wae? Kau tidak perlu..." Ucapan Chang Wook terpotong oleh teriakan Jiwon.
"Oppa geumanhae!" Jiwon berteriak. "Kau ingin mempertaruhkan pernikahan kita yang baru saja berjalan seminggu? Kau ingin pernikahan kita hancur? Oppa, bukankah kau tau betapa melarang nya Ayah mu pada hubungan kita. Oppa, aku percaya lama kelamaan pernikahan kita akan diketahui oleh keluarga mu juga keluarga ku. Tapi tidak sekarang. Setidaknya kita harus menunggu aku mengandung anakmu. Jika seperti itu, Ayah mu tidak berhak memisahkan kita berdua. Oppa, jebal. Tolong dengarkan permintaan ku kali ini. Aku menerima dirimu bahkan sampai menikah walau tidak ada dari keluarga kita yang tau, aku tetap memilihmu. Jadi jangan pertaruhkan pernikahan ini, jangan buat diriku merasa menyesal karena menikah dengan mu." Lanjutnya, diiringi air mata yang jatuh.
Chang Wook menarik tubuh Jiwon lalu mendekap nya sangat erat.
"Mianhae. Mianhaeyo Chagiya. Na jinjja mianhae." ucap Chang Wook sendu.
***
Demi menembus kesalahan nya karena telah membuat sang istri bersedih, Chang Wook mengajak Jiwon pergi ke supermarket.
Walau hari sudah menjelang malam, tapi tak membuat jalanan sepi. Justru saat jam seperti ini jalanan sedang dipadati oleh orang yang berkendara untuk pulang dari kerja nya.
Jiwon kini tengah berbelanja bahan makanan untuk adik-adik nya dan dirinya dirumah sang suami.
Ditemani Chang Wook, laki-laki itu sabar mendorong troli belanja menyusuri setiap lorong supermarket itu.
Jika bukan istrinya, orang yang dicintainya, sudah dapat dipastikan seorang Ji Chang Wook tidak akan mau menemani wanita berbelanja.
Niatnya hanya membeli satu item, tapi malah membeli yang lain. Janji nya hanya sebentar, tapi sudah lebih dari satu jam belum juga selesai. Pikirnya seperti itu.
"Hmm sepertinya sudah semua. Ah iya, cream rambut mu bukan nya sudah sedikit lagi kan? Ayo kita cari mumpung masih disini" ucap Jiwon.
Chang Wook hanya tersenyum melihat antusias Jiwon saat berbelanja.
Selesai menghabiskan waktu satu setengah jam untuk berbelanja, pasangan suami istri baru itu terlebih dulu mampir ke sebuah restoran sushi favorit Jiwon untuk mengisi perutnya yang kelaparan.
"Uhuk uhuk.." Chang Wook terbatuk-batuk karena terlalu cepat menyuapkan berbagai sushi didepannya ke mulutnya.
"Pelan-pelan saja, tidak akan ku habiskan juga. Minum" ucap Jiwon sambil memberikan minuman pada suaminya itu.
"Kim Jiwon-ssi? Ah benar, kau Kim Jiwon dari fakultas kedokteran itu kan?" Tanya seorang laki-laki pada Jiwon.
Jiwon tersenyum kikuk melihat laki-laki yang mengenal dirinya.
Sudah 4 tahun Jiwon meninggalkan kampus nya, jadi maklum saja dirinya tidak mengingat siapa laki-laki yang menyapa nya ini.
"Mianhae, tapi siapa ya? Eum Maaf sebelumnya, aku tidak ingat" ucap Jiwon dengan dihadiahi tatapan tanya dari suaminya.
"Ah jadi benar. Na Park Seo Joon, dari fakultas bisnis. Aku dulu yang meminta bantuan mu, tapi dirimu tiba-tiba tidak masuk kampus lagi dan katanya menghilang." Ucapnya.
"Jeosonghamnida, tapi apakah kau tidak melihat kami sedang makan?" Ucap Chang Wook geram.
Pasalnya 2 tahun Jiwon bekerja dengan nya dan mengenalnya, teman laki-laki yang Chang Wook tau hanya Yoon Chan Young, Park Hyun Sik, Kim Tan, Kang Tae Joon, Lee Hyo Sin, dan Yoo Si Jin.
Walau Chang Wook hanya mengenal dekat dengan Lee Hyo Sin dan Kim Tan saja, tapi ia pernah bertemu dengan 3 teman laki-laki Jiwon yang lainnya.
Dan sekarang, saat mereka sedang asik makan tiba-tiba ada laki-laki yang mengganggu dirinya yang so asik dan so kenal dengan Jiwon.
"Ah joesonghamnida. Kendae Jiwon-ssi, apakah aku bisa meminta nomor ponsel mu. Aku masih menunggu jawaban mu sampai sekarang."
Semakin geram karena laki-laki itu meminta nomor ponsel Jiwon, istrinya. Tak segan-segan Chang Wook menarik kerah baju Seo Joon.
Jiwon langsung menarik suaminya yang terpancing emosi, "Hajima!"
"Mianhae, tapi aku tidak ingat dulu kau meminta bantuan apa. Permisi" maaf Jiwon pada Seo Joon.
Jiwon menarik tangan Chang Wook dengan kasar lalu melepaskan nya ketika mereka telah sampai di depan mobil Chang Wook.
"Apa harus dengan kekerasan? Kau tau tadi itu tempat umum. Jaga emosi mu!" Bentak Jiwon.
"Kau lupa aku berhenti kuliah 4 tahun yang lalu, sehingga aku lupa dengan teman-teman satu kampus ku. Aku bukan membela nya, tapi yang dia katakan benar. Aku baru mengingat nya, dia sempat meminta bantuan padaku waktu itu walau aku lupa apa itu." Tambah nya dengan nafas memburu.
Jiwon tatap tajam suaminya lalu masuk kedalam mobil meninggalkan Chang Wook yang masih terkejut mendengar bentakan Jiwon pertama kalinya.
Jiwon tutup matanya dengan sebelah tangan, tak terasa air matanya jatuh. Ia menyesal karena sudah membentak suaminya, tapi ia juga kesal dengan sikap kekanak-kanakan suaminya ditempat umum tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kim Sister's
FanfictionBercerita tentang Kim Jiwon yang harus berusaha untuk menghidupi kedua adiknya serta mempertahankan pernikahan nya dari ketidak restuan mertuanya. Dan Kim Jisoo yang berusaha membalaskan dendam atas apa yang terjadi pada orangtuanya dulu. 🥇Kim Jiwo...