Tigabelas

147 19 0
                                    

Jennie turun dari kamarnya di lantai 2. Ia menuju taman belakang, biasanya setiap pagi setelah sarapan Ibu nya akan rutin menyirami tanaman.

"Eomma" panggil Jennie.

Lee Ji Ah, ibu 3 anak itu menoleh pada putri nya yang memanggil. "Ada apa sayang?" Sahut nya sambil mendekati Jennie, kebetulan dirinya telah selesai menyiram tanaman pagi ini.

"Ada yang ingin aku bicarakan, apa eomma ada waktu?" Tanya Jennie, membuat sang ibu merubah raut wajahnya menjadi tanya.

Ji Ah tak menjawab, melainkan langsung membawa putri nya ke ruang kerja sang suami. Setelah sampai, ia kunci pintu ruang kerja agar tidak ada yang menggangu nya. Karena Ji Ah tau, sepertinya putrinya itu ingin membahas hal serius.

"Ada apa, sekarang katakan?" Ucap Ji Ah pada Jennie, putri ke 3 nya.

"Eomma, bukti apa yang kuat untuk menuntut seseorang atas pembunuhan yang sudah lewat beberapa tahun lalu" Jennie mulai menanyakan inti nya, membuat Ji Ah diam terkejut dengan pertanyaan Jennie.

"Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa terjadi sesuatu hm?" Jawab Ji Ah yang malah khawatir pada Jennie.

Jennie memang sengaja menanyakan hal itu pada Ibu nya. Karena Ji Ah pernah menjadi seorang Jaksa penuntut, namun dirinya sedang beristirahat sejak 3 tahun yang lalu.

***

"Habiskan sarapannya, dan jangan lupa bawa bekal yang sudah disiapkan." Ucap Jisoo pada sang adik.

Jisoo menatap lekat wajah Hyun Soo. Semenjak 2 hari lalu saat Jisoo menerima pesan berisikan gambar adik nya yang mendapatkan perundungan di kampus nya membuat Jisoo menjadi lebih khawatir. Selama ini, adik nya baik-baik saja pada semua orang disekitar nya. Tapi kenapa sekarang adik nya itu menjadi korban perundungan. Dan yang lebih parah nya adalah, adik dari kekasihnya juga ikut dalam merundung Hyun Soo, adik Jisoo satu-satunya.

"Jika ada apa-apa, segera beritahu eonnie. Jangan kau simpan sendiri." Ucap Jisoo tiba-tiba, membuat Hyun Soo menatap nya.

"Maksud ku, jika kau memiliki tugas yang susah atau apa mengenai belajar mu. Kau bilang padaku, aku akan membantu jika ada waktu." Jisoo kembali bersuara memberi alasan agar Hyun Soo tak curiga, bahwa Kakak nya mengetahui Hyun Soo mendapat perundungan.

Hyun Soo tak menjawab, ia kembali fokus pada sarapannya. Kepalanya mendadak pusing, sehingga malas untuk menjawab semua ucapan Kakak nya itu.

Selesai sarapan, Hyun Soo langsung pamit pada Jisoo dan segera pergi dari rumah nya. Jisoo hanya menghela nafas melihat keanehan adik nya hari ini.

Jisoo membereskan dahulu piring-piring bekas sarapan nya dengan sang adik tadi. Lalu segera pergi berangkat kerja, hari ini schedule nya meeting bersama para Manager lain dan CEO nya.

Sesampai di kantor, Jisoo hanya menyimpan tas diruangan nya lalu mengambil beberapa berkas dan menuju ke ruangan meeting yang berada di lantai 25. Ruang meeting khusus yang dipakai oleh para atasan-atasan perusahaan.

"Selamat pagi" sapa Jisoo dengan senyuman manis diwajahnya.

"Wah kau terlihat semangat Kim Jisoo-ssi" sahut Sehun Manager IT. Disambut tawa ringan oleh yang lainnya.

"Selamat pagi semuanya" Suho, CEO perusahaan datang bersama Irene dibelakangnya.

Para Manager langsung berdiri dari duduk nya, dan kembali duduk setelah Suho mempersilahkan untuk duduk kembali.

3 jam sudah semua tim menjelaskan pekerjaan dan target kerja nya pada CEO.

"Kim Jisoo, Kim Jennie. Kalian bisa mulai dari hari ini kan?" Ucap Suho pada dua gadis bermarga Kim itu.

"Ne Daepyonim." Jisoo menjawab sekaligus mewakili Jennie.

Jennie diberi tantangan oleh CEO nya untuk mengadakan peragaan busana bulan ini di kantor. Dan Jisoo, selaku Manager dari tim Finance akan mengatur segala pengeluaran apa saja yang dibutuhkan Jennie dan tim nya untuk acara tersebut. Dan tim lainnya, bekerja sesuai dengan jobdesk masing-masing.

***

Jiwon berjalan mendekati Seo Joon yang tiba-tiba melewat didepan rumah suaminya bersama Ha Yoon. Jiwon meminta keduanya untuk mampir terlebih dulu, dan langsung di iya kan oleh keduanya.

"Jadi kau juga salah satu tim proyek itu. Tapi kenapa kau di Seoul sekarang?" Tanya Jiwon pada Seo Joon. Ternyata Seo Joon, teman semasa kuliah nya itu adalah bagian dari tim Proyek yang sedang di kerjakan oleh suaminya.

"Ada material yang kurang, maka dari itu aku kembali ke Seoul tadi pagi dan meminta Ha Yoon menemani ku. Kebetulan Ha Yoon mengetahui mengenai material yang bagus untuk bangunan." Jawabnya.

"Eoh, Ji Daepyonim juga meminta ku untuk menemani nya. Ngomong-ngomong apakah kau , ah tidak jadi. Bukan hal penting juga" sahut Ha Yoon yang berubah menjadi gugup.

"Kenapa? Katakan saja" tanya Jiwon penasaran.

"Bukan apa-apa, lupakan. Ah sudah siang, Seo Joon-ssi bukankah kau harus segera kembali ke Anyang. Kita harus pergi sekarang agar pekerjaan cepat selesai. Hari ini pekerjaan ku sangat banyak." Jawab Ha Yoon yang langsung menarik Seo Joon keluar dari rumah Chang Wook dan membuat Jiwon bertanya-tanya.

"Apa yang ingin dia katakan, kenapa terlihat ragu seperti itu" gumam Jiwon.

Jiwon tak ingin memikirkan nya lagi, ia segera mencari Nari yang sedang bermain dengan pelayan rumah nya. Mereka memang memiliki pelayan rumah, namun biasanya tak menetap. Dan keduanya memberi jatah libur untuk pelayanan nya itu ketika Chang Wook libur bekerja. Alasannya, agar Jiwon saja yang mengurus semua pekerjaan rumah.

***

Rosé menarik tangan Hyun Soo kasar lalu mendorong gadis dibawah nya 2 tahun itu ke dinding kamar mandi di kampus. Matanya memerah, dan nafas nya membara. Sorot mata yang terlihat marah, tangan yang mengepal kuat, membuat Hyun Soo menunduk ketakutan.

"Apa yang kau katakan pada Kakak mu itu?" Tanya Rosé pelan namu terdengar tajam di indera pendengaran Hyun Soo.

Hyun Soo menggelengkan kepalanya cepat tanpa menatap Rosé.

"Tatap sunbae mu jika sedang ditanya!!" Bentak Rosé sambil mencekram dagu Hyun Soo agar gadis itu menatap dirinya.

Air mata Hyun Soo sudah mengalir, bahunya bergetar ketakutan. Dirinya lebih baik di rundung oleh Ji Hyun dan lainnya dibanding oleh Rosé. Ia hanya tak ingin Rosé mendapat masalah karena telah merundung salah satu mahasiswi dikampus. Ia tak ingin adik dari kekasih Kakak nya itu mendapat masalah dikeluarga nya karena ketahuan merundung mahasiswi baru.

Rosé menghempaskan cengkraman nya. "Kau dan Kakak mu memang sama-sama tidak tahu malu" ucapnya.

Merasa anggota keluarga nya direndahkan, membuat ketakutan Hyun Soo menghilang seketika dan menatap mata Rosé.

"Jangan pernah membawa-bawa Kakak ku. Masalah mu dengan diriku, bukan dengan Kakak ku. Aku masih tidak habis pikir, kenapa kau sangat membenci Jisoo eonnie padahal Kakak mu begitu mencintai Kakak ku. Kau harus melihat hal itu sebelum ingin membenci Kakak ku" ucap Hyun Soo pada Rosé, ia melangkah kan kakinya keluar dari kamar mandi namun sedetik kemudian tamparan mendarat dipipi mulus Hyun Soo.

Darah keluar sedikit dari ujung bibirnya, mungkin karena saking keras Rosé menamparnya sehingga menciptakan darah keluar. Ia kembali menatap Rosé dan menarik rambut blonden Kakak  sikembar itu hingga keluar suara rintihan kesakitan.

"Lepaskan!" Teriak Rosé.

"Kau sudah merendahkan Kakak ku, lalu menamparku hingga berdarah. Dan kau bilang lepaskan, aku tidak sudi melepaskan orang yang seenaknya pada ku juga keluarga ku" jawabnya masih sambil menarik rambut Rosé.

Namun adegan itu tak bertahan lama ketika ada Dosen yang memergoki nya. Akhirnya keduanya sama-sama dibawa keruang kedisplinan oleh dosen itu.

Dosen itu melemparkan buku pada meja dihadapan Rosé dan Hyun Soo. "Cepat tulis nomor wali kalian!" Ucap Choi Sooyoung Seonsaengnim, dosen yang membawa keduanya keruang kedisiplinan. Dan salah satu dosen yang mengurus para mahasiswa/i yang bermasalah.

The Kim Sister'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang