Sembilanbelas

129 21 1
                                    

Hari yang dinanti Jiwon dan Jisoo tiba. Setelah lebih dari dua bulan lamanya mengumpulkan banyak bukti kejahatan Kim Young Min, putra sulung sekaligus pewaris K&Y Group milik Kim Yong Gun, akhirnya selesai juga. Jisoo berserta pengacara nya juga sudah mengajukan gugatan ke Kejaksaan dan dibantu oleh Lee Ji Ah, istri dari Kim Young Min sekaligus Ibu dari sepupunya, Kim Jennie.

Jisoo tengah mengerjakan laporan keuangan perusahaan yang sempat tertunda karena kesibukannya mengurus masalah pribadinya.
Jisoo menyadari hal itu, sehingga hari ini dirinya akan lembur demi menyelesaikan semua pekerjaan yang sempat tertunda nya. Jika bukan karena Jisoo ingin bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang terbengkalai nya, sudah pasti gadis berusia 26 tahun itu enggan untuk berlembur sendirian.

Suara pintu ruangan Jisoo terbuka, menampakkan Kim Suho CEO nya berdiri dengan kedua tangan nya berada disaku. Ia memperhatikan Jisoo yang masih sibuk berkutat dengan tumpukan kertas diatas meja kerjanya.

Suho berdehem, ia tak bermaksud untuk mengganggu staff nya. Hanya saja memang ada yang ingin Suho katakan pada Jisoo. Suho sudah menyelesaikan masalah nya dengan Jisoo mengenai keterkaitan dengan K&Y Group. Dan sekarang, ada hal lain yang perlu Suho sampai kan pada Manager Finance Accounting nya itu.

"Apakah kau masih sibuk?"

Barulah Suho bersuara setelah 5 menit hanya memperhatikan Jisoo.

Jisoo menoleh dan menatap terkejut Suho, lalu ia anggukan kepala nya sebagai salam.

"Daepyonim, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jisoo.

"Ada yang ingin aku sampaikan. Tapi sepertinya kau sedang sibuk ya?"

"Tidak apa. Kau ingin menyampaikan apa?" Ucap Jisoo penasaran. Tak biasanya CEO nya ini yang menemuinya ke ruangan, biasanya jika ada urusan penting apapun pasti dia yang akan memanggil Jisoo untuk keruangan nya.

Suho menghela nafas pelan, "Ada yang tidak kau ketahui dari gugatan mu pada Kim Young Min-ssi" . Raut wajah Suho berubah menjadi lebih serius dan tegas.

Jisoo mengerutkan keningnya, tak mengerti apa yang di katakan CEO nya itu. Tidak ada yang diketahui dari gugatannya? Tapi apa itu? Selama 3tahun ini, Jisoo juga belajar mengenai ilmu hukum. Dirinya sedikit mengerti tentang gugatan yang diberikan nya pada Kejaksaan, Jisoo juga banyak mempelajari mengenai hukum Suap-menyuap dan hukum pembunuhan. Tapi kenapa Suho dapat mengatakan hal itu? Apa yang dia ketahui sekarang?

"Apa maksudmu?" Jawab Jisoo dengan disertai wajah penasaran.

***

"Nari-ya! Jangan berlari"

Jiwon berteriak pada anak berusia 30 bulan yang tengah berlari dihalaman rumah nya. Putri nya itu berlarian mengejar yang terus ditendang nya sendiri. Gemas, batin Jiwon.

Saat sedang asik memperhatikan putrinya sambil duduk dibangku yang tersedia, Jiwon dikejutkan dengan kedatangan Ibu mertuanya secara tiba-tiba. Jiwon bangkit dari duduk nya lalu membungkuk sedikit dan memasang wajah gugup nya.

"Eommoni, kau datang?"

Ibu mertuanya itu tak menjawab, ia malah mengalihkan pandangannya pada cucu nya yang tengah berlari. Seolah mengerti tatapan yang diberikan mertuanya, Jiwon segera berlari mendekati putrinya lalu menggendongnya dan kembali mendekat pada Ibu dari suaminya itu.

"Beri salam pada Nenek nak." Titah Jiwon pada putrinya yang berada dipangkuan.

"Kau selalu saja membiasakan putri Wook berpanas-panasan. Apa kau tidak tau? Jika debu diluar rumah itu sangat kotor, kau ini bisa mengurus anak atau tidak?" Ucap Ibu mertuanya.

Jiwon hanya menunduk sambil mengikuti Ibu mertuanya dari belakang masuk kedalam rumah nya bersama Nari yang masih dipangkuan nya.

"Eommoni, aku akan memandikan Nari dulu sebentar. Aku akan meminta pelayan membuat kan kau minum" ucap Jiwon

Tak dijawab.

Sudahlah, pikir Jiwon. Percuma juga dirinya menunggu jawaban dari Ibu mertuanya itu, lebih baik Jiwon segera membersihkan tubuh putrinya.

Dengan telaten, Jiwon mengelap seluruh tubuh putrinya itu. Sesekali ia menggelitiknya dan membuat putrinya itu tertawa. Sederhana memang, tapi hal sederhana itu membuat Jiwon bahagia.

Selesai membersihkan tubuh Nari dan mengganti kan pakaiannya, Jiwon serta Nari kembali menemui Ibu Chang Wook. Nari yang tak Jiwon gendong, berlari menuju arah Nenek nya. Ia menggoyangkan paha Nenek nya, seakan meminta untuk bermain.

"Nari-ya, kau bermain dengan Eomma saja ya. Nenek lelah, jadi tidak bisa bermain dengan mu"

Jiwon menarik Nari, membuat putrinya itu tertunduk lesu dan duduk dipangkuan Jiwon.

"Kau tinggalkan Wook untuk sementara." Ucap Ibu mertuanya tiba-tiba membuat Jiwon menoleh, meminta penjelasan.

"Nenek Wook akan datang dari Jepang besok lusa, aku tidak ingin Ibu mertuaku mengetahui hubungan kalian. Maka dari itu, besok kau tinggalkan rumah ini sementara. Karena pasti Nenek nya Wook akan kemari."

Setelah mengatakan itu, Ibu mertuanya langsung bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Jiwon dan Nari yang masih terduduk. Jiwon merasakan nafasnya terasa tercekat. Ia tidak mengerti kenapa sebegitu tidak suka nya Orangtua Ji Chang Wook padanya, padahal mereka sudah memiliki anak. Tapi tetap saja, mertua Jiwon tak menyukai nya sekalipun menyetujui diawal.

***

Plak!

Suara tamparan terdengar keras. Seseorang telah menampar pipi mulus milik Hyun Soo. Tanpa alasan yang jelas, Hyun Soo diseret kemari oleh dua orang yang ia ketahui. Siapa lagi jika bukan anak buahnya Ji Hyun. Menyebalkan, pikirnya tadi.

Tapi, saat ini walaupun Ji Hyun ada bersama Hyun Soo dan ketiga temannya dalam satu ruangan. Bukanlah Ji Hyun pelaku penamparan itu, melainkan Rosé.

Rosé menampar dengan sangat keras dan sedikit menendang kakinya tiap Hyun Soo melewati nya.

"Kalian keluar semua" ucap Rosé dingin pada kedua temannya juga Ji Hyun.

"Apa kau bilang? Tapi kenapa?"

Ji Hyun tak terima, dirinya diminta Rosé untuk membuat Hyun Soo mengikuti nya. Tapi sekarang Rosé malah mengusirnya.

"Aku bilang keluar!!"

Terkejut melihat sikap Rosé yang tak biasa. Ji Hyun tak ingin membalasnya lagi dan memilih keluar. Bukan takut, melainkan Ji Hyun masih membutuhkan Rosé.

Hyun Soo yang masih menunduk terdiam kaku. Mulut serta tangan dan kakinya seakan enggan untuk digerakkan. Ia menatap kosong sepatunya.

"Karena Kakak mu. Ayah ku hampir masuk penjara!" Ucap Rosé tajam.

"Sedari awal aku tidak menyukai Kakak mu yang berkencan dengan Kakak ku, ternyata benar. Dia melakukan itu untuk menghancurkan keluarga ku!!"

Lanjutnya disertai tangis yang sudah pecah. Rosé merubah posisinya jadi berjongkok dan memeluk kedua kakinya sambil menenggelamkan wajahnya.

Hyun Soo yang melihat itu langsung mendekati Rosé dan mengusap punggungnya. Tak ada berontakan dari Rosé, itu artinya Rosé hanya ingin meluapkan amarahnya, pikir Hyun Soo.

"Aku akan melakukan apapun untuk mu. Aku akan bilang pada Kakak ku agar tidak melibatkan Ayah mu lagi. Mianhae Rosé-ssi" ucap Hyun Soo yang masih mengusap lembut punggung Rosé.

"Padahal aku berusaha untuk menerima dia dikeluarga ku, tapi kenapa disaat aku mulai menerima nya dia melakukan hal yang membuat diriku semakin membencinya, kenapa?!!"

Ucap Rosé disela tangis nya. Tangis yang menyakitkan menurut Hyun Soo yang mendengarnya. Hingga tak sadar dirinya pun hanyu dalam kesedihan itu dan mengeluarkan air mata yang langsung dihapus secara kasar.

Tak ada yang tau dari mereka berdua, bahwa sedari tadi. Ada seseorang yang diam-diam memperhatikan nya dari awal. Dan orang ini melihat semua yang dilakukan dan dikatakan Rosé pada Hyun Soo.


To be continued

The Kim Sister'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang