Sebelas

158 21 0
                                    

Jisoo pulang lebih awal dari biasanya, ia juga membatalkan janji dengan Jennie untuk membahas tentang Ayah Jennie. Malam ini, Jisoo diundang secara khusus oleh Nyonya Park, Ibu dari kekasihnya itu untuk makan malam keluarga yang bertepatan dengan anniversary pernikahan Tuan dan Nyonya Park.

Jisoo turun dari taxi dengan membawa sebuket bunga cantik sebagai hadiah awal sederhana untuk Nyonya Park. Jisoo masuk kedalam sebuah rumah mewah milik keluarga Park setelah dibukakan pintu oleh salah satu pelayan.

"Eommoni, annyeonghaseyo" sapa Jisoo pada Nyonya Park yang sedang menata meja makan.

"Omo, Jisoo-ssi kemari. Chukae Manager Kim" balas nya sambil memeluk sekilas Jisoo. Jisoo juga langsung memberikan bunga yang dibawa nya tadi setelah Nyonya Park melepaskan pelukannya.

"Eonnie!!" Seru Lisa, adik kekasihnya yang berlari ke arah Jisoo. Lisa memeluk Jisoo sekilas lalu melepaskan nya. "Eonnie, Chukae"

"Gomawo Lisa-ssi" jawab Jisoo.

"Yak! Mana Kakak mu? Kenapa belakangan ini kau sangat jarang pulang dengan Chaeyoung, apa yang dilakukan Kakak mu dikampus hm?" Tanya Nyonya Park yang melihat hanya Lisa lah yang pulang tepat waktu.

"Mwolla, dia tadi pergi dengan Ji Hyun." Jawab Lisa acuh.

"Apa Rosé-ssi dan Ji Hyun-ssi sangat dekat?" Jisoo tiba-tiba bertanya seperti itu pada Lisa. Jisoo hanya penasaran saja.

"Eoh. Bahkan aku seperti orang asing bagi Chaengie, menyebalkan." Jawab Lisa. "Ah iya eonnie, apa kau tau. Katanya Hyun Soo mendapatkan perundungan oleh seniornya di kampus, tapi sayang aku tidak tahu siapa yang sudah merundung Hyun Soo." Ucap Lisa lagi setengah berbisik tapi masih terdengar oleh Nyonya Park.

"Mana ada dijaman sekarang yang namanya perundungan. Kau ini aneh-aneh saja." Sahut Nyonya Park. "Jisoo-ssi, abaikan saja ucapan Lisa. Pasti adik mu baik-baik saja selama dikampus nya." Tambahnya.

Jisoo hanya tersenyum mendengar kan ibu anak itu.

***

Selesai makan malam, keluarga Park serta Jisoo sedang berkumpul di ruang tengah sambil sesekali tertawa oleh celotehan dan candaan antara Lisa dan si Bungsu JiSung. Hingga tak lama terlihat Rosé yang pulang dengan wajah datar nya.

"Chaeyoung-ah kemana saja kau? Beri salam pada Jisoo dulu cepat" tegur Tuan Park.

Rosé hanya melirik sekilas Jisoo, lalu menunduk kan kepalanya sedikit memberi salam. Lalu pergi ke kamarnya mengabaikan ocehan dari Orangtuanya.

Jam menunjukkan pukul 9 malam, Jisoo berdiri dari duduknya pamit untuk ke kamar mandi namun malah berjalan kearah lantai 2. Dimana ada kamar si kembar dan si bungsu terletak.

Jisoo mengetuk pintu kamar Rosé. Ya, Jisoo mengetahui letak kamar adik-adik kekasihnya itu. Setelah 5 menit menunggu, akhirnya Rosé membukakan pintunya dengan tatapan sedikit terkejut.

"Bolehkah aku masuk?" Ucapnya disertai senyuman.

Jisoo masuk ke kamar Rosé tanpa menunggu sang punya kamar menjawab. Ia merogoh saku jas nya dan mengeluarkan ponsel lalu jari-jari nya berselancar membuka aplikasi pesan. Dan membuka pesan yang dikirimkan dari nomor tidak dikenal semalam. Jisoo mengarahkan ponselnya pada Rosé.

Rosé terkejut melihat apa yang ada didalam ponsel Jisoo. Perundungan nya pada Hyun Soo kemarin. Iya. Itu adalah gambar dirinya dan Ji Hyun serta 2 orang lainnya sedang merundung Hyun Soo di ruang latihan orkestra.

"Apa maksudmu?" Ucap Rosé.

"Aku tidak akan menyebarkan ini pada siapapun, aku juga akan menghapusnya asal kau mau janji padaku" jawab Jisoo sambil kembali memasukkan ponselnya pada saku jas.

Rosé dibuat bertanya-tanya apa maksud Jisoo.

"Aku tidak melakukan apapun, aku hanya ikut dan melihat nya. Jika kau ingin menghukum perundung adikmu, maka hukumlah Han Ji Hyun, Park Yoona, dan Kang Min-ah. Mereka yang merundung adikmu, bukan aku" ucapnya setengah takut pada Jisoo.

Rosé membayangkan bagaimana jika Kakak nya tau mengenai hal ini. Sudah dapat dipastikan ia akan diacuhkan oleh Jinyoung. Hal itu lah yang membuat dirinya tak menyukai hubungan Jinyoung dengan Jisoo. Waktu Jinyoung seakan habis oleh Jisoo, membuat Rosé sebagai adiknya tak mendapatkan kesempatan untuk bermain atau pergi bersama Kakak nya.

"Aku tidak akan melakukan apapun pada kalian. Sudah kukatakan, asal kau mau janji padaku maka kalian tak akan ku apa-apa kan. Perlakuan kalian akan ku sembunyikan. Tapi kau harus janji padaku" desak Jisoo.

"Mwo? Janji apa?!"

"Jangan pernah lagi sakiti Hyun Soo. Jika sampai itu terjadi lagi, aku tidak akan diam saja. Aku akan mengatakan pada keluarga mu bahwa kau adalah seorang perundung" jelas Jisoo lalu pergi dari kamar Rosé.

***

"Tadi ibumu datang" ucap Jiwon pada suaminya yang baru saja menyelesaikan makan malam nya.

"Ada apa eomma kesini, tidak biasanya" tanya Chang Wook.

"Mwolla, dia hanya bilang ada urusan dengan mu bukan aku." Jiwon mengambil piring bekas suaminya makan lalu segera mencucinya. Chang Wook memasang raut tanya melihat tingkah Jiwon yang tak biasa saat dia pulang bekerja.

* Flashback on *

"Eommoni kau datang, kenapa tidak memberi kabar padaku dulu" sapa Jiwon pada ibu mertuanya.

"Apa harus aku mengabarimu jika ingin kerumah putraku. Oh, apa kau takut jika aku datang kau sedang menyembunyikan sesuatu" jawabnya.

Jiwon terdiam mendengar jawaban ibu mertuanya itu. Jiwon tau, ibu mertuanya tak benar-benar menerima dan menyukai Jiwon. Hanya saja, karena Chang Wook adalah anak satu-satunya. Membuat mau tidak mau menerima hubungan Chang Wook, sekaligus menghindari berita-berita tak mengenakan yang akan menerpa keluarga nya jika kedua orang tua Chang Wook keras kepala tak menerima Jiwon.

Jiwon membawakan segelas orange juice pada Ibu mertua nya.

"Dimana Nari?" Tanya nya.

"Nari baru saja tertidur saat Ibu datang, dia lelah sehabis bermain diluar tadi" jawab Jiwon.

"Kau membiarkan cucu ku bermain diluar? Kau tidak tau banyak debu dan kotoran berterbangan jika Nari bermain diluar. Bagaimana sih kau mendidik anak, hal seperti itu saja sampai tidak tau." Ucap Ibu mertuanya dengan nada sinis.

Jiwon tak mengerti maksud dari Ibu mertuanya, bukan tak mengerti apa yang diucapkan. Melainkan tak mengerti, kenapa Ibu mertuanya masih saja tidak menyukai Jiwon. Apa karena kemiskinan dirinya membuat hal itu sulit diterima ibu mertuanya.

"Aku menggantikan terlebih dulu baju nya, lalu aku mengelap tangan, kaki, dan kepala nya dengan air hangat. Jadi aku pastikan Nari tidur dalam keadaan bersih. Ibu, tolong. Ini putriku, dan seperti inilah cara mendidik ku pada Nari. Aku tidak ingin nantinya Nari menjadi anak yang manja, tidak kuat terkena angin, debu, dan hujan. Aku tidak ingin hal itu terjadi jika Nari terus menerus bermain didalam ruangan. Mohon maaf sebelumnya Bu, Ibu tidak perlu ikut campur mengenai bagaimana aku mengurus putri kandung ku jika ibu saja masih belum menerima kami sepenuhnya." Jiwon berlari menuju ke kamar putri nya setelah mengatakan semua keganjalan dihati nya.

* Flashback off *

The Kim Sister'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang