Delapan

199 24 2
                                        

Jiwon tengah menyiapkan susu formula untuk putrinya.

Hari ini, rencananya mereka akan bermain kerumah mendiang orangtua Jiwon. Sekaligus Jiwon juga ingin berbincang banyak hal dengan Jisoo, mumpung adik nya itu masih diberi waktu libur katanya.

Setelah selesai menyiapkan segala perlengkapan Nari, mulai dari popok, baju ganti, susu, dan camilannya. Jiwon segera menyusul suami dan anaknya yang sudah menunggu dihalaman rumah Chang Wook.

Ia melihat ayah anak sedang bermain berlari-larian sambil tertawa direrumputan yang khusus Chang Wook pasang dirumah nya ketika tahu Jiwon sedang mengandung putrinya. Alasannya, agar anak-anak nya bisa belarian tanpa takut terluka jika jatuh. Ayah yang perhatian memang suaminya itu.

"Nari Appa, Nari-ya. Ayo kita berangkat sekarang." Seru Jiwon.

Chang Wook langsung mengangguk dan menggendong Nari lalu berlari kearah Jiwon. Sesekali putrinya itu tertawa dibawa Ayah nya berlari dalam gendongan nya. Jiwon hanya tersenyum menyaksikan hal itu. Hal yang tidak pernah Jiwon alami sampai detik ini bersama ayahnya.

Orangtua Jiwon sangat workaholic. Ayah nya tidak akan pulang jika belum pukul 10 atau 11 malam, dan akan berangkat sangat pagi. Hingga Jiwon kehilangan masa kecilnya bermain dengan sang Ayah. Tidak hanya Jiwon, Jisoo pun merasakan hal yang sama. Namun bedanya, ketika Jiwon sedang berada dirumah Nenek dari Ibu nya, Jisoo mendapat kesempatan bermain dengan sang Ayah diumur nya yang masih 10tahun kala itu. Dan itu hanya terjadi satu kali seumur hidup seperti nya Jisoo dapat bermain dengan Ayah nya sewaktu kecil. Berbeda dengan si bungsu Hyun Soo, yang mendapat banyak kesempatan untuk bermain dengan sang Ayah lebih banyak. Adik bungsunya itu lahir ketika Ayah nya berhasil mendirikan perusahaan nya sendiri. Jadi ya seorang Direktur tidak begitu sibuk seperti karyawan biasa, itu hanya pemikiran dari Jiwon dan Jisoo ketika tau Ayah nya lebih banyak waktu luang ketika si bungsu lahir. Namun Jiwon tetap bersyukur karena orangtua nya saling mencintai sampai akhir hayatnya, dan berkorban banyak demi masa depan ketiga putri nya.

***

Sesampainya dirumah, Jiwon langsung memasuki kamarnya dan menidurkan Nari dari pangkuan nya. Bayi kecil nya itu tertidur setelah banyak mengoceh sepanjang jalan. Lucu memang.

"Apa kalian lapar? Sepertinya Hyun Soo jarang menyetok bahan makanan, aku akan keluar dulu sebentar membeli bahan-bahan makanan." Ucap Jisoo yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Kwenchana Jisoo-ya. Kakak mu membawakan beberapa bahan makanan. Tadi kami sempat mampir dulu ke supermarket." Jawab Kakak iparnya, Chang Wook.

Jisoo hanya mengangguk.

"Jisoo-ya, jadi kapan kau bilang akan bekerja disini?" Tanya Jiwon.

"Lusa, tapi besok aku akan ke kantor dulu untuk mengurus data ku. Mungkin hanya sebentar, lalu akan kerumah orangtua nya Jinyoung" jawab Jisoo.

"Kalian benar-benar serius?" Chang Wook ikut menimbrung obrolan Kakak Beradik itu.

"Belum seserius itu Kakak Ipar, aku juga ingin fokus dulu pada karir ku disini. Aku baru saja bekerja dua tahun. Mungkin 5tahun lagi?" Jawabnya disertai tawa pukulan keras dari Jiwon mengenai tangan nya.

"Yak jangan selama itu. Setidaknya 3 tahunan lagi. Atau tidak kau bisa bertunangan dulu dengan nya. Aku akan lebih tenang jika kau sudah ada yang menanggung jawab kan" kesal Jiwon.

Jisoo hanya menjawab dengan tawa ringannya, diikuti Chang Wook yang tertawa sedikit keras dari Jisoo. Membuat Jiwon semakin kesal dan melangkahkan kakinya menuju dapur.

***

"Satu tahun lagi, bagaimana jika kita memberikan Nari adik. Sudah cukup usianya jika tahun depan kita memberikan nya adik" ucap Chang Wook asal sambil terus melihat putrinya sedang bermain boneka dengan adik iparnya, Jisoo.

The Kim Sister'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang