Satu minggu berlalu.
Jisoo semakin intens bertemu dengan Tan, hingga tak ada waktu bertemu dengan kekasihnya satu minggu ini.
Bukan tanpa alasan Jisoo rutin bertemu Tan setiap pulang kerja, dirinya hanya ingin cepat-cepat mengirim Paman nya yang bersalah ke penjara. Jisoo tidak ingin orang yang sudah menyebabkan kedua orangtuanya meninggal berlama-lama dapat bernafas bebas tanpa rasa bersalah. Tapi, karena Jisoo tidak mungkin balik membunuh pelaku nya. Akhirnya jalur hukum lah solusinya. Jisoo ingin orang itu dihukum dengan adil, tanpa melihat siapa pelaku nya itu.
Malam ini, sesuai janjinya dengan Park Hae Joon, Ayah dari kekasihnya. Jisoo akan kembali bertemu dengan keluarga Park.
Jisoo dan keluarga Park lainnya sudah berkumpul dalam satu meja makan. Memang undangan makan malam biasa yang anak-anak dan Istrinya Park Hae Joon tahu, tapi ada hal lain dibalik pertemuan nya dengan Jisoo malam ini. Jinyoung pun tak mengetahui janji sebenarnya antara Jisoo dan Hae Joon.
Selesai makan malam, yang lainnya segera beranjak menuju ruang tengah tempat berkumpul. Berbeda dengan Jisoo dan Hae Joon yang malah memisahkan diri di taman belakang rumah keluarga Park. Jisoo berdiri dibelakang Hae Joon dengan menggenggam flashdisk yang Jisoo bawa.
"Jadi, bagaimana caranya agar aku tidak terseret kasus ini?" Hae Joon buka suara setelah 10 menit terjadi keheningan diantara keduanya.
"Kau hanya perlu memberi kesaksian seperti apa yang dilakukan Kim Tan-ssi. Abeonim, aku tidak mungkin menyeret mu kedalam kasus ini. Tapi aku butuh pengakuan darimu. Bahkan aku tidak memberitahu Jinyoung masalah ini. Kita cukup selesai kan diam-diam." Jawab Jisoo.
Hae Joon berbalik menatap Jisoo, kemudia beralih menatap flashdisk yang dibawa Jisoo. "Jangan beritahu Jinyoung dan yang lainnya, aku akan membantu mu. Berikan flashdisk itu, aku akan lakukan apapun yang kau minta."
Jisoo segera memberikan flashdisk itu dengan senyum merekah. Ternyata tidak begitu sulit juga untuk Park Hae Joon membantu nya. Walau Kim Tan pernah mengatakan jika Hae Joon menyangkal, namun berkat desakan keduanya, akhirnya Hae Joon mau mengakui nya juga.
Suap! Bukankah suatu hal yang baik.
Maka dari itu, Jisoo akan mendesak orang-orang yang menerima nya untuk menjadi saksi. Saksi atas kasus suap yang dilakukan oleh Kim Young Min menggunakan uang perusahaan nya. Karena kasus itulah yang sedikit mudah Jisoo kumpulkan bukti-bukti nya, dibanding kejahatan lain yang dia lakukan.***
Jisoo baru saja sampai di rumahnya. Belum. Dirinya belum benar-benar sampai didalam rumah. Jisoo masih didalam mobil Jinyoung, kekasihnya itu menahan nya. Dengan tatapan tajam yang diberikan Jinyoung membuat Jisoo tergugup, dirinya menundukkan kepalanya tak berani menatap Jinyoung.
"Apa yang kalian bicarakan sehingga tak boleh ada yang tau?" Tanya nya yang masih menahan lengan Jisoo.
Jisoo menggelengkan kepalanya pelan. "Belum saatnya kau tahu. Jika memang sudah waktunya, aku akan beritahu mu." Jawab Jisoo pelan.
Bukan tak ingin mengatakan semua rencananya pada Jinyoung. Hanya saja, Jisoo tak ingin menambah beban pikiran kekasihnya itu jika tau Ayah nya juga terlibat. Saat Jisoo baru tau saja dirinya sudah dibuat pusing, bagaimana caranya agar Ayah kekasihnya itu tak begitu terlibat. Dirinya hanya tak mau, hubungan yang dijalani Jinyoung dan Jisoo harus kandas karena masalah Hae Joon.
"Tidak. Aku ingin tahu sekarang. Aku ini kekasih mu Kim Jisoo, Kakak mu sudah menitipkan mu padaku. Itu artinya aku harus tau apa yang sedang kau rencanakan." Desak Jinyoung yang tak sedetikpun mengalihkan pandangannya pada Jisoo. Jisoo mulai memejamkan matanya perlahan, ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan dan kembali membalas tatapan tajam Jinyoung.
"Aku tidak ingin menambah beban pikiran mu, jika memang sudah waktunya. Aku janji akan langsung memberitahu mu, kau tidak perlu bertanya pada Ayah mu lagi. Aku mohon, ini demi keluarga ku. Hmm" suara sendu juga halus keluar dari mulut Jisoo, ia meyakinkan Jinyoung untuk tidak khawatir.
Jinyoun mulai mengalihkan pandangannya kesembarang arah, tatapan nya terlihat kecewa, tangan yang tadi ia pakai untuk menahan lengan Jisoo juga mulai dikendurkan. Jinyoung membuka kunci mobilnya, diam tanpa kata apapun lagi. Karena percuma saja. Jika dirinya memaksa Jisoo untuk mengatakan keinginan tahuannya, itu akan menjadi sebuah keributan dihubungan mereka. Maka dari itu, Jinyoung kali ini memilih mengalah pada kekasihnya.
"Mianhae" ucap Jisoo sebelum dirinya benar-benar keluar dari mobil Jinyoung dan masuk kerumah nya. Tak ada pelukan atau kecupan hangat yang biasanya diberikan oleh Jinyoung ketika mengantar Jisoo pulang. Hanya ada keheningan dengan perasaan yang berbeda menyelimuti keduanya sebelum Jisoo meninggalkan mobil Jinyoung.
***
"Aawwhh..." Rintih Hyun Soo yang sedang mengobati luka nya. Luka yang didapat sore tadi karena kembali berkelahi dengan seseorang. Untung saja tak ada dosen yang melihat, membuat keduanya aman tak perlu mendatangkan orangtua atau wali.
Terdengar suara pintu terbuka, Hyun Soo langsung menyembunyikan obat luka yang dipakai nya tadi. Lengan nya ia tutup dengan sweater panjang yang dipakainya. Hyun Soo segera menatap Kakak keduanya.
Muram.
Itu yang dapat Hyun Soo lihat dari raut wajah Jisoo."Eonnie, kwenchana?" Tanya Hyun Soo hati-hati. Walau jarang sekali Jisoo marah padanya, tapi tetap saja. Hyun Soo tak ingin mengganggu mood Kakak nya itu.
Jisoo menoleh sebentar pada adiknya. Tak menjawab, Jisoo langsung memasuki kamarnya dan merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya. Ia kembali memejamkan matanya yang memanas. Air matanya mulai mengalir. Jisoo tutup mulut nya agar tak mengeluarkan suara. Sungguh. Jisoo tak tahan didiami oleh Jinyoung. Tapi dirinya juga belum ingin Jinyoung mengetahui semuanya. Oh Tuhan. Beritahu Jisoo harus melangkah bagaimana esok hari. Jisoo benar-benar kacau malam ini. Sangat kacau.
Dibalik pintu kamar Jisoo, Hyun Soo menempel kan telinganya. Berharap tahu apa yang sedang terjadi pada Jisoo. Tapi Jisoo sama sekali tak mengeluarkan suara sedikitpun, aneh pikirnya. Karena tak ingin berlama-lama membuang waktu untuk hal tak penting, Hyun Soo segera memasuki kamarnya juga. Memilih untuk tertidur karena hari sebentar lagi akan berganti.
Pukul 3 dini hari. Jisoo baru bangun dari posisi nya. Mata sembab disertai kantung mata yang menghitam. Pakaian yang ia kenakan tadi pun kusut, wajah dan rambut nya juga tak kalah kusut. Jisoo berjalan malas menuju kamar mandi, membersihkan dirinya.
30 menit setelahnya, kondisi Jisoo tak seburuk tadi. Hanya saja mata sembab nya masih ada. Tapi Jisoo abaikan. Ia keluar dari kamarnya lalu menuju dapur membuat kopi, Jisoo tak bisa kembali tidur. Matanya tak mengantuk sama sekali, maka dari itu dirinya lebih baik membuat kopi untuk menemani malam nya.
Setelah selesai, Jisoo membuka macbook nya. Ia kembali membuka dokumen yang telah dikumpulkan untuk nantinya diajukan ke kejaksaan atas kasus pembunuhan dan suap. Baru dua kasus itu yang sedang Jisoo siapkan sekarang, mungkin jika waktunya tersisa banyak. Jisoo ingin semua kejahatan nya diungkap juga, tapi Jisoo menahannya. Dua kasus ini saja belum selesai seratus persen.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Kim Sister's
FanfictionBercerita tentang Kim Jiwon yang harus berusaha untuk menghidupi kedua adiknya serta mempertahankan pernikahan nya dari ketidak restuan mertuanya. Dan Kim Jisoo yang berusaha membalaskan dendam atas apa yang terjadi pada orangtuanya dulu. 🥇Kim Jiwo...