Chapter 16: The Storm (5)

205 42 35
                                    

🌻

Jisoo mengamati Mino yang memandangi perapian untuk beberapa saat. Yeah, of course he picked his friend, what do you expect? He barely knows you and you think he wants to marry you? That's cringe. Jisoo berargumen sendiri dalam pikirannya.

Dia tahu kalau dia tidak terlalu mengenal Mino yang ditemuinya secara resmi dua kali dalam dua bulan ini. Oh, bukan. Empat kali. Dua pertemuan tanpa direncanakan, satu kali janjian, yang terakhir Jisoo sendiri yang mengambil inisiatif. Kalau komunikasi melalui telepon juga dihitung, berarti sudah lumayan banyak interaksi yang mereka lakukan. Entahlah, butuh berapa kali interaksi dilakukan agar bisa dipertimbangkan banyak dan cukup untuk mengenal seseorang?

"Jadi, apa yang terjadi dengan temanmu itu? How did she die?" Jisoo tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya karena benar-benar penasaran.

Mino mengembuskan napas panjang. "Hmmm... dia sakit."

"Sakit apa?"

Mino mengangkat alisnya. "Maaf, Jisoo-ssi, tapi aku sedang tidak mood membicarakan hal ini."

Melihat perubahan air muka Mino itu, Jisoo cepat-cepat minta maaf. Dia sedikit kecewa karena rasa penasarannya tidak terjawab. Namun, Jisoo tidak ingin memaksa. Dia mengerti. Kalau hal itu nantinya malah membuat Mino terluka—atau lebih buruk, menjauhinya—lebih baik dia tidak usah mendengar apapun.

Mino memaksakan senyum. Dia pun mengalihkan topik karena tidak ingin Jisoo merasa tidak nyaman, "Waktu main tadi, aku salah jawab, ya?" Mino menopang satu pipinya dengan punggung tangan.

"Sebenarnya tidak ada jawaban benar atau salah. That's just a game. Tapi, ya itu, kadang memang bisa membuat... yang harus menjawab agak kesusahan dan orang yang dipilih kadang bisa protes. Biasanya semakin dekat, semakin sulit."

"Oh, I see." Mino mengangguk-angguk."Now, it's your turn! Aku, Cam, dan... Jangki."

"Kenapa ada Cam?"

Mino mengedikkan bahu. "Akan lebih sulit kalau orang dekat, kan? Kau sendiri yang bilang."

"Sebentar, ada kau dan Jangki di pilihannya..."

"Yah, aku tidak tahu lelaki mana lagi yang dekat denganmu."

Jisoo pun mulai berpikir. "I will marry Cam, of course..."

"Eventho' he's gay?"

"The scenario here he's a straight!"

"Okay..."

"Terus... aku akan meniduri Jangki dan membunuhmu."

"Sebentar, kenapa kau membunuhku?!"

"Karena aku memilih meniduri Jangki."

"Kenapa kau meniduri Jangki?!"

"Karena aku memilih membunuhmu."

"Kalau begitu aku membunuhmu dan meniduri klien-ku tadi sore!"

"No, you can't do that!"

"Uh, yes, I can do that. And my answer is final."

"Ya sudah, jawabanku tadi juga final!"

"Kalau kau mau mengubahnya, aku akan mengubahnya juga." Mino mencoba melakukan penawaran.

"Tidak, aku tetap memilih membunuhmu."

"Fine!"

Jisoo menepuk bahu Mino. "Come on, it's just a game! We're not gonna fight over a silly game."

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang