Chapter 28 - Closure

173 23 47
                                    

🌻

Di detik bibirnya dan bibir Jangki menempel, benak Jisoo memutar kembali kejadian di kolam renang di mana dia mengizinkan Mino menciumnya. Ciuman pertama kalinya dengan lelaki itu yang menurutnya begitu indah sekaligus memabukkan hingga sesekali dia masih suka memikirkannya sambil tersenyum-senyum sendiri.

Kedua matanya kini menutup. Lebih mudah membayangkan kalau yang tengah menghisap bibir bawahnya sekarang adalah Mino, meski faktanya adalah Jangki. Menurutnya tidak apa-apa selagi hal itu tidak merugikan siapapun. Dia yakin, Jangki sekarang juga membayangkan seseorang yang bukan dirinya demi menghayati adegan ini. 

Leher Jisoo sebenarnya sudah pegal akibat menengadah terlalu lama. Meski begitu, dia masih bisa mempertahankan air mukanya dengan sempurna tanpa para kru ketahui bahwa dia tengah menahan sakit.

Ciuman yang rasanya berlangsung panjang akhirnya berakhir, begitu sang sutradara berseru "Cut!".

Lebih lega lagi saat mendengar kalau adegan yang sudah mereka lakukan tidak perlu diulang. Mereka kemudian diajak memonitor adegan itu kembali untuk didiskusikan bersama.

Jisoo mendengarkan komentar sang sutradara mengenai performanya dengan saksama. Jangki berdiri di sebelahnya; satu tangannya menggaruk belakang telinga sepanjang penjelasan sang sutradara. Keduanya kemudian mengutarakan pendapat mereka yang sama-sama setuju bila adegan tadi sudah cukup. Tidak kurang apapun.

Jisoo kemudian diminta berganti pakaian untuk adegan selanjutnya di mana perempuan itu nanti akan beradu peran dengan aktor-aktor pendukung lain.

Jangki duduk di kursi yang bertuliskan namanya, meminum air sembari memperhatikan Jisoo.

Senyumnya memudar saat melihat seorang kru pria mendekati Jisoo. Pertama dia menyodorkan air putih. Kemudian kembali untuk memberikan kipas tangan. Ketika sudah saatnya pengambilan gambar, kru itu menepi. Namun, matanya masih terpaku pada Jisoo. Layar ponselnya pun diarahkan padanya.

"Hei, jangan merekam sembarangan!" tepukan Jangki di bahunya, mengejutkan kru pria itu. Dimasukkan kembali ponselnya ke saku, lantas terburu-buru meninggalkan Jangki.

🌻

Selepas sang sutradara menyerukan satu kata yang artinya berhenti untuk merekam seluruh adegan, maka itu adalah sinyal bagi Mino untuk keluar dari set sebelum Jisoo melihatnya. 

Dibantingnya buket bunga ke kursi penumpang. Mesin mobil sudah dinyalakan dan kedua tangannya menggenggam kemudi, siap pergi. Namun, kemudian menimbang kembali kenapa hari ini dia rela datang memberi kejutan pada Jisoo yang resmi dikencaninya kurang lebih dua puluh hari itu. Dia merindukannya.

Menit selanjutnya, Mino termenung. Pemandangan yang dilihatnya barusan sungguh membuat panas. Dia tahu Jisoo hanya berakting, yang dia lihat barusan bukanlah Jisoo, melainkan tokoh yang hanya dimainkan oleh Jisoo. Namun, perasaannya masih belum bisa dihibur. Dia mengira kalau dia siap akan hal ini. Ternyata tidak.

Fakta bahwa bibir Jisoo yang menciumnya, juga mencium lelaki lain. Parahnya lelaki itu adalah Jangki!

Ponsel Mino tiba-tiba bergetar dengan nama Jihoon terpampang di layarnya.

"Aku menemukan satu di Downtown. Luasnya 20.000 kaki persegi. Langit-langitnya tinggi, dinding hampir seluruhnya dipasangi jendela, lantainya beton dan terbuka, ada banyak pilar, dan interiornya warna putih. Fasilitasnya ada pendingin ruangan, kamar mandi, internet, sound system dan parkir pribadi. Sewanya sembilan ribu dolar sehari." Jihoon menerangkan di seberang.

Kemarin Mino dan Jihoon seharian berkeliling mencari venue untuk fashion show-nya nanti. Seperti biasa, mencari venue yang cocok dan sesuai konsep, tidak semudah yang dikira. Kalaupun ada yang cocok, sudah ada yang mem-booking di tanggal yang Mino tentukan. Kalaupun bisa di-booking, nuansanya yang tidak pas dengan tema yang dibayangkan Mino.

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang