Chapter 38 - Back to Seoul

92 21 14
                                    

🌻

Titik-titik keringat bermunculan memenuhi kening Jisoo. Punggungnya bersandar di dinding. Bahu kirinya memikul satu tas kecil. Tangannya menjinjing tas lain. Koper kecilnya dan koper besar Mino berdiri di sebelahnya. Mino di hadapannya masih berkutat dengan kunci pintu apartemennya.

Mereka baru tiba di Seoul setelah kurang lebih tiga belas jam berada di pesawat dan sekarang berada di kawasan elit Hannam-dong.

"Kau ini bagaimana?" keluh Jisoo. Bukan apa, perempuan itu merasa perutnya begitu ngilu dan pinggangnya pegal. Kedua pahanya pun terasa nyeri. Selama di pesawat, dia sudah tak sabar ingin segera mendarat lalu mandi dan beristirahat. Apa daya ekspektasi tidak sesuai kenyataan.

Karena Mino lupa sandi apartemennya sendiri.

"Sepertinya ada yang mengganti password-ku." Jari tengah Mino menempel di layar smart lock dan lampu merah kembali menyala seperti yang sudah-sudah. Lelaki itu mendesis. Kesepuluh jarinya sudah dicoba untuk melakukan fingerprint dengan masing-masing jeda lima menit setelah lima kali melakukan batas kesalahan.

"Sebentar aku telepon Jihoon. Mungkin dia tahu." Mino menaruh ponsel ke telinganya. Senyumnya dimanis-maniskan pada Jisoo yang menatapnya galak.

"Kata Jihoon, kalau kau lupa pada sesuatu, itu artinya bagimu tidak penting." Jisoo berujar dingin. "Berarti apartemen ini tidak penting?"

"Kau bicara apa?" 

"Cepatlah, aku pusing! Di pesawat aku tidak tidur!" protes Jisoo saat menyadari Jihoon tak kunjung mengangkat panggilan Mino.

"Aku sudah menyuruhmu tidur, tapi kau tidak mau." 

"Pertemuanku dengan agensi lusa membuatku tegang!" 

"Salahmu sendiri kalau kau sekarang pusing. Siapa suruh kau tegang?" Mino tertawa kecil. Namun, terdengar seperti tawa ejekan di telinga Jisoo. Perempuan itu mendengus kesal.

"Aku menginap di hotel saja!" Dengan nada merajuk, Jisoo beranjak menarik kopernya.

"Kau kenapa, sih?" Mino buru-buru menahannya.

Jisoo menghindari Mino lantas berjalan cepat-cepat memasuki lift.

"Jisoo-ya!" panggil Mino. Lelaki itu menahan pintu lift yang ingin menutup. "Jangan pergi. Aku akan mengatasi password-nya. Kau duduk saja di lobi, ya. Minta minum pada resepsionis-nya kalau perlu."

Jisoo tidak menjawab bahkan setelah pintu lift tertutup dan sosok Mino menghilang. Perempuan itu memegangi perutnya yang semakin berulah. Dia merintih kesakitan. Ketika pintu terbuka, perempuan itu segera keluar.

Tidak seperti yang Mino sarankan, dia menolak duduk di lobi. Jisoo terus melenggang hingga berada di jalan setapak. Roda koper berputar mengikuti langkahnya.

Bermenit-menit berjalan, Jisoo tak kunjung menemukan jalan utama. Dari tadi dia hanya berputar-putar di sekitar. Ini pertama kalinya dia kemari. Tentu masih belum hapal lingkungan sekitar. 

Rasa-rasanya dia mau pingsan sebentar lagi. Tangannya gemetaran hebat dan peluhnya bercucuran. Pandangannya berkunang-kunang. Sekelompok anak yang tengah bermain di taman rasanya terbagi menjadi dua atau tiga. Jisoo pun berhenti sejenak untuk memegangi kepalanya.

Tepat pada saat itu, Mino berlari menghampirinya dari belakang dan melingkarkan sesuatu di pinggangnya sehingga pinggulnya tertutup, seraya berkata, "Kau datang bulan."

🌻

Jisoo berdiri di wastafel kamar mandi sambil menggosok-gosok noda darah di celana dalamnya. Rok denim-nya yang turut bernoda darah, diletakkan di dudukan toilet. Tubuhnya dililit handuk setelah mandi lima belas menit lalu.

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang