Chapter 21: LA Date (1)

176 35 46
                                    

🌻

Jangki sedang berganti pakaian di balik tirai ketika para kru mencarinya. Begitu mendengar pintu dibuka diiringi suara seorang kru wardrobe dan ucapan terima kasih Jisoo, lelaki itu reflek merapatkan diri ke dinding. Dari balik tirai, matanya menangkap sosok Jisoo tengah membaca satu-satu name tag dari deretan pakaian yang tergantung, lalu mencabutnya sehelai.

Langkah lelaki dengan tinggi 187 senti itu yang sudah ingin keluar dan menyapa Jisoo, seketika terhenti saat melihat Jisoo tiba-tiba menarik atasannya hingga bra merahnya terlihat. Meski perempuan itu membelakanginya, tapi tetap saja efeknya begitu dahsyat bagi seorang Jangki hingga nyaris tersedak.

Ketika Jisoo ingin menurunkan rok-nya, Jangki buru-buru berbalik. Dia tidak mau menontonnya lebih lanjut. I've seen her underwear once, I don't need to see it twice. I'm not a pervert. Dia kini menyesali kenapa harus bersembunyi dan tidak langsung keluar sebelum Jisoo membuka baju. Padahal sepertinya tadi masih sempat.

Jangki kemudian dilanda ragu untuk keluar. Teringat bahwa dia belum ada memberitahu Jisoo sama sekali perihal sang male lead, yang tak lain dan tak bukan adalah dirinya sendiri yang menjabat peran tersebut.

Selama ini dia menunda-nunda untuk memberitahu Jisoo. Meski beberapa kali berpapasan dengan Jisoo di tempat kerja, lelaki itu hanya memilih tersenyum dan menyemangatinya. Jangki terlalu takut kalau Jisoo berubah pikiran untuk bermain di series ini begitu mengetahui kalau dialah male lead-nya.

Pikiran berlebihan Jangki lenyap saat suara pintu diketuk. Jisoo yang belum selesai berpakaian, berseru meminta waktu sebelum membukanya.

"Nona Kim, maaf mengganggumu..." Terdengar suara Celia. "Jangki? I know you're here. We've been looking for you." Celia berkata ke arah tirai pembatas. Jisoo terperanjat, matanya menyalang ikut menoleh ke arah tirai. Perempuan itu sebelumnya sama sekali tidak menyadari ada tirai pembatas di sana.

Goddamn it, Celia, thank you so much! Jangki menghela napas sebelum melongok keluar dan tersenyum ke arah Jisoo. More like, senyum diiringi perasaan bersalah; aku juga tidak bangga akan hal ini; aku pun malu pada diriku sendiri, semacam itu.

"Jisoo-ya, maaf..." Jangki tidak mampu memandang ke arah Jisoo. "I've seen you taking off your... I-I mean your red bra..." Lelaki itu tergagap.

Jisoo hanya diam mematung.

"Tapi, aku tidak melihat seluruhnya, a-aku langsung berpaling saat kau membuka rok. Percayalah!" Jangki mencoba menjelaskan dengan panik.

Celia memandangi mereka berdua sambil tersenyum. Scene pertama yang akan dilakukan sebentar lagi adalah di mana Jisoo bertengkar dengan Jangki. Jadi, menurutnya hal ini sangat baik dijadikan alasan untuk Jisoo mengumpulkan mood saat berakting marah. Oh, yeah, kalau perempuan ini cerdas, dia bisa menjadikan kecelakaan kecil ini sebagai bahan bakarnya.

Dugaan Celia benar. Jisoo mengamuk saat screen test berlangsung. Perempuan itu menampar, berteriak, benar-benar berakting selayaknya perempuan dengan kejiwaan tidak seimbang. Jangki sampai kewalahan hingga mengira Jisoo marah sungguhan padanya.

Sang sutradara tersenyum puas menyaksikan itu, begitu pula dengan para kru lain. Mereka berbisik mengakui kalau Jisoo memang pandai berakting dan memuji performa-nya.

Untuk scene kedua, Jangki khawatir kalau kemarahan Jisoo padanya masih sama dan dia tidak bisa melakukan aktingnya dengan baik.

Namun, Jangki salah. Jisoo hanya perlu meminum segelas air, membaca sekali lagi dialog bagiannya. Lalu seperti tak terjadi apa-apa, dia menunjukkan keahliannya dalam bereskpresi dan kelihaian sorot matanya di mana mengharuskannya bersikap seolah merindukan lelaki itu.

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang