🌻
Sepeninggal Mino, Jisoo pun duduk di sebelah Jiyong yang tersenyum sambil menganggukkan kepala sopan.
Semula Kiko duduk di samping lelaki itu, tapi karena tadi sempat berdiri dan Cam langsung menyerobot, jadilah Jisoo sekarang duduk diapit Jiyong dan Kiko.
Jisoo berdeham seraya merapikan rambutnya lalu mencuri pandang ke arah Jiyong yang menepuk-nepuk lututnya sendiri dengan wajah seperti ingin mengatakan sesuatu. Sorot matanya lembut dari balik kacamatanya yang berbingkai persegi dengan shade kuning. Sepertinya kacamata sudah menjadi aksesoris wajib di keluarga ini.
Jisoo menemukan sedikit kemiripan di antara Mino dan Jiyong. Yang paling menonjol adalah garis rahang dan senyum mereka. Cukup mengherankan mengingat mereka adalah saudara tiri.
Diam-diam Jisoo mengamati gaya berpakaian Jiyong. Lelaki itu memakai turtleneck hitam dilapisi jaket denim putih yang dikancing sampai habis. Begitu rapi, begitu sederhana, dan tampan.
Merasa diperhatikan, Jiyong menoleh pada Jisoo. Jisoo sebenarnya sudah ingin membuang muka tapi terlanjur ketahuan. Dia pun mengulas senyum yang dibalas senyum juga oleh Jiyong. Setelah itu mereka kembali bungkam. Jiyong memainkan ponsel.
Karena terjadi keheningan di antara mereka, Jisoo sampai menguping obrolan Kiko dan Cam.
Kiko bercerita mengenai pengalaman photoshoot terseramnya ketika berada di rawa yang penuh buaya dan dia harus berpose di atas perahu kecil yang sama sekali susah diatur keseimbangannya. Selain itu, dia juga ada melakukan pemotretan dengan macan kumbang dan para kru harus menebarkan potongan daging di sekitar agar macan kumbang tersebut mau dekat-dekat dengannya.
"Aku tidak suka mendengar orang-orang yang menyepelekan model, kau tahu? Mereka ini harusnya sadar kalau setiap pekerjaan itu tak ada yang mudah. Semuanya punya kesulitan masing-masing dan setiap pekerjaan pasti ada ilmunya yang tak bisa dilakukan sembarangan." Kiko menuturkan opininya yang langsung disetujui oleh Cam.
"Kalian tadi mesra sekali. Sudah berapa lama kalian berkencan?" tanya Jiyong tiba-tiba.
"Oh, um..." Kening Jisoo berkerut mengingat-ingat, "Delapan bulan? Iya, rasanya delapan bulan. Sejak November tahun lalu."
Jiyong mengangguk-angguk. "Kata Mino kau aktor?"
"Iya, tapi aku masih baru di dunia ini, oppa. Eh, tidak apa-apa 'kan aku panggil 'oppa'? " Jisoo mendadak salah tingkah. Jiyong menggeleng.
"Aku baru menyelesaikan series April lalu dan rencananya akan tayang Agustus ini. Lusa kami mengadakan jumpa pers. Aku sudah mengundang Mino, tapi kalau oppa dan Kiko unni mau datang, silakan." Jisoo merasa telapak tangannya dingin saat mengatakan itu.
"Sayang sekali, lusa aku sudah harus kembali ke Tokyo." Jiyong memasang wajah menyesal. "Kami diwakili Mino saja, ya?"
"Oh, iya, tidak apa-apa, oppa, iya, biar Mino saja yang datang." Jisoo tanpa sadar membulatkan mata dengan kepala terangguk-angguk. Jelas sekali perempuan itu tegang.
"Kau tidak perlu sungkan denganku, Jisoo-ya. Eh, boleh 'kan aku langsung memanggilmu begitu?" Jiyong mengulang kata-kata Jisoo.
Perempuan itu tersipu dibuatnya dan hanya mengangguk.
"Soalnya, aku merasa sudah kenal denganmu dari cerita-cerita Mino selama ini," aku Jiyong.
"Mino cerita banyak tentangku? Ah..." Jisoo menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Hm, jadi, oppa tinggal di Tokyo?"
"Iya, aku tinggal dengan Kiko."
"Kata Mino, oppa punya clothing line, ya?"
"Iya, namanya Peace Minus One." Jiyong berubah antusias. Jisoo teringat Mino memiliki banyak jaket dan kaus bertuliskan nama itu tergantung di lemari. "Pasarku mulai dari kalangan menengah dan aku sudah membuka cabang di Tokyo. Aku juga mendesain sedikit-sedikit, tapi tidak seperti Mino."
![](https://img.wattpad.com/cover/216373033-288-k954497.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'aime à la Folie (ONGOING)
Fanfic"So, where did you get this dress?" "Uh, its... it's from--" "Let me guess.... you stole it! °°° Kehidupan baru menanti Jisoo, wanita 22 tahun yang bermimpi menjadi artis, sejak ia nekat mencuri gaun dari Mino, seorang desainer yang baru membuka to...