Chapter 5: Pricked

227 47 25
                                    

🌻

"Kau yang tadi ikut audisi, kan?" Jangki berpaling pada Jisoo di hadapannya.

Jisoo tadinya sudah ingin buru-buru pergi, tapi karena tiba-tiba ditanyai, dia jadi merasa tidak sopan kalau belum menjawabnya. Lagipula Jangki adalah salah satu pihak casting yang mengaudisi-nya tadi sore, Jisoo tidak ingin meninggalkan kesan buruk padanya. Lagipula bukankah ini pertanda baik?

"Iya, benar. Ternyata Anda masih ingat." Jisoo mencoba tersenyum manis. "Masalah yang melepas pakaian tadi, apakah itu mempengaruhi penampilan Saya?" tanya Jisoo.

Jangki menarik napas panjang. "Apa yang dikatakan Rob tadi lupakan saja."

"Oh, syukurlah." Jisoo merasa lega. "Saya sudah khawatir kalau kesempatan Saya hilang cuma karena menolak untuk melakukan hal itu."

"Cuma?" Jangki mengusap dagunya. "Ada audisi yang akan mendiskualifikasi peserta kalau tidak melakukan apa yang pihak casting mau. Jadi, semoga lain kali kau cukup cerdas membaca situasi. Aku tahu kau tadi ragu, makanya aku membantumu. Padahal kalau misalnya aku diam, kau pasti sudah rela melepas pakaianmu, 'kan?"

Jisoo bingung dengan kata-kata Jangki yang terkesan plin-plan. Jadi yang benar harusnya bagaimana? Apakah sekarang dia sedang mengujiku? Apa ini termasuk audisi? "Tidak. Saya tidak akan melepas pakaian Saya. Saya mempunyai prinsip. Lagipula seperti yang Saya katakan, tidak ada pemberitahuan mengenai nudity," ujar Jisoo akhirnya.

"Oh, kau harus fleksibel. Meski tidak ada pemberitahuan, semuanya tetap kembali pada pihak casting. Memang sepertinya tidak adil, tapi itulah kenyataannya." Jangki memasang ekspresi dingin.

Jisoo mengangkat kedua alisnya. "Ya, maka dari itu, Saya tetap berpegang pada prinsip. Kalau memang tidak ada pemberitahuan, Saya tidak akan melakukannya. Masih banyak audisi yang bersikap terbuka dan tidak menjebak seperti audisi yang Anda adakan. Saya tidak seputus asa itu demi menjadi artis." Aduh, aku bicara apa? Apakah jawabanku benar? Apakah cukup bijak? Apakah aku lolos audisi? Tolong ucapkan 'selamat!' Jisoo mulai panik dalam hati.

Jangki diam untuk beberapa detik. Lalu dia mengalihkan pembicaraan, "Pacarmu?" tanyanya sambil melirik ke arah Mino.

"Bukan. Kami hanya orang asing." Jisoo menggeleng cepat.

"Oh ya?" Jangki memandangi Jisoo dari atas hingga ke bawah. "Padahal kau tipenya."

"Sorry?"

"Be careful. He's a womanizer."

"I heard you, asshole!" sambar Mino yang sekarang sudah mendatangi mereka berdua.

"Iya, aku memang sengaja," sahut Jangki.

"Pergi sana! Mataku sakit melihatmu!"

"Mataku pun sepertinya akan mengeluarkan darah sebentar lagi!" Jangki menutup matanya dengan satu tangan lantas berlalu menuju meja di belakang di mana beberapa temannya sudah menunggu.

"Ya ampun, dia sassy juga..." gumam Jisoo yang masih memandangi Jangki.

"Kau mengenalnya?" tanya Mino.

Jisoo tersadar. "Ah, dia tadi salah satu pihak casting yang mengaudisi-ku." Jisoo menoleh pada Mino. "Kau sendiri kenal dia dari mana?"

Mino mendengus, terlihat malas. "Dia hanya anak yang dulu pernah sekelas denganku waktu SMA." Sambil berkata begitu, Mino menarik Jisoo ke arahnya karena seorang pelayan ingin lewat. Perlakuan Mino itu sedikit membuat Jisoo terkesiap. Keningnya sempat terantuk leher Mino. Dia mendongak ke arah Mino dan lelaki itu balas menatapnya dengan ekspresi yang biasa saja, meski tangannya masih memegang lengan Jisoo untuk beberapa detik sebelum akhirnya melepasnya. Jisoo merasa bodoh karena merasa jantungnya tadi berdebar tidak keruan. Perempuan itu pun mencoba fokus kembali.

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang