Chapter 34 - Train Wreck

140 25 23
                                    

🌻

"Kau mau menceburkanku ke laut, oppa?" Jisoo bertanya seraya menaiki undakan dengan hati-hati. Sementara Mino di belakang memegangi pundaknya sambil memberi arahan ke mana perempuan itu harus melangkah, dikarenakan kedua mata Jisoo tertutup blindfold.

"Dari mana kau tahu ini di laut?" Mino menengok ke wajah Jisoo.

"Aku tidak bisa melihat, bukan berarti telinga dan hidungku otomatis tidak berfungsi, oppa." Tangan Jisoo menggapai-gapai Mino, tapi lelaki itu lebih gesit mundur. Tawa jahilnya mengudara.

Mino sudah tidak memegangi pundaknya lagi. Entah pergi ke mana. Jisoo diam di tempat sembari menajamkan telinga. Dia bisa mendengar langkah kaki Mino. Cuping hidungnya turut bergerak. Parfum lelaki itu yang sudah sangat dia hapal baunya, samar-samar tercium.

Tangan Jisoo terangkat ke depan. Meraba-raba angin malam. Sementara Mino mengelilinginya sambil menahan tawa. Sesekali dia mencolek Jisoo. Perempuan itu protes karena lelah main-main dan mengancam ingin membuka blindfold-nya.

"Nooo... don't open it yet!" larang Mino panik.

"Aku mengantuk, oppa..." keluh Jisoo. Mulutnya menguap.

Empat puluh menit lalu, ponsel Jisoo berdering saat perempuan itu sudah terlelap. Pada dering keempat, diangkatnya panggilan yang ternyata dari Mino itu, manusia favorit kedua Jisoo setelah Cam.

"Wae?" tanya Jisoo dengan nada kepayahan.

Hari itu dia memang tidak ada syuting untuk series-nya. Selain masih disibukkan syuting, perempuan itu juga masih bekerja di tempat golf. Jadi, setelah shift-nya berakhir, Jisoo seharian membersihkan apartemen termasuk mencuci semua pakaiannya.

"Aku di bawah. Cepat kemari. Tidak usah ganti baju," sahut Mino di seberang.

Jisoo memeriksa jam di ponselnya. Ternyata masih jam sebelas. Dia memilih tidur pukul sembilan tadi. "Oke, sebentar."

"Jangan lama," perintah Mino.

"Iya, sabar, mon sherry..." Jisoo mencoba mengucapkan kata mon cheri sambil menyeret kaki ke depan wastafel.

Mino meralatnya, "It's mong sheree."

"That's what I said..."

"Tidak, tidak. Mong..." Mino mengejakannya dengan lembut, "Sheree."

"Mong... she-ree," ulang Jisoo. Diperhatikannya wajah bantalnya di pantulan cermin sembari menyalakan kran. Dia menaruh ponselnya yang sudah disetel menjadi loudspeaker itu.

"Kau sedang apa?" Sepertinya Mino mendengar suara air mengucur keluar.

"Cuci muka."

"Yah! Tidak usah! Cepat kemari! We got no time! Go, go, go!"

"Tidak, aku tidak bisa keluar dalam keadaan seperti ini. Mataku terlihat mengerikan." Jisoo kini mengelap wajahnya dengan handuk kering khusus.

"Aku sudah pernah melihat wajah polosmu, kau lupa?"

Tawa kecil Jisoo keluar, "I looked ugly, huh?"

Terdengar Mino berdecak. "Mustahil."

Jisoo memutar kedua bola mata sambil mengolesi bibirnya dengan lip balm.

"Sudah kubilang tidak usah ganti baju. Cepat ke bawah," desak Mino tak sabar.

"I have to. I'm not wearing anything." Jisoo berbohong. Jelas-jelas dia memakai celana piyama dan hoodie kesayangannya.

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang