Chapter 20: Fou d'amour

171 39 63
                                    

🌻

Mino berjalan seraya mengusap-usap celananya yang sedikit terciprat air saat buang air kecil di toilet. Saat kepalanya terangkat pemandangan yang sekarang dilihatnya bukanlah yang dia inginkan. Di depan kelas, Sulli berdiri berhadapan dengan Jangki; tak berkedip. Sementara tangan Jangki terulur entah ingin menyentuh pipi atau ingin meraih tengkuknya. Posisi wajah mereka yang begitu dekat membuat siapapun pasti mengira kalau mereka sedang bermesraan. Kepala Mino seketika mendidih. Tangannya terkepal.

"Sulli-ya!" seruan Mino membuat Sulli dan Jangki reflek mundur demi memberi jarak pada masing-masing.

Gadis berambut sepunggung itu menoleh pada Mino, "Ah, Mino-ya, aku sudah menunggumu dari tadi. Kita pulang sekarang?"

Mino menyipitkan mata pada Sulli, lalu melirik Jangki yang balas mengerling padanya. Sambil membenarkan kacamata minusnya, Jangki berlalu ke dalam kelas.

"Sebentar aku mengambil ranselku dulu..." Mino mengekor di belakang Jangki. Diperhatikannya pemuda berseragam licin itu yang kembali lanjut membersihkan whiteboard dengan gerakan begitu tenang. Hari ini memang hari piket Mino dan Jangki usai pulang sekolah.

Mino ingin sekali menanyakan apa yang Jangki lakukan tadi pada Sulli, seandainya saja anak itu tidak mendiamkannya. Namun, niat itu diurungkan. Mino masih belum terlalu mengenal Jangki. Sejauh ini, Mino hanya mengetahui kalau Jangki anak yang pintar dan tak banyak bicara. Baru masuk kelas sepuluh dua bulan lalu, tentu sebagian besar murid belum bisa akrab satu sama lain. Kecuali dengan Sulli, Mino sudah mengenalnya sejak hari pendaftaran masuk sekolah. Lagi pula Sulli berbeda. Dia anaknya ceria jadi mudah bagi Mino bisa dekat dengannya.

"Aku duluan," pamit Mino kemudian.

Jangki hanya menengok dari balik bahunya dan menyahut pendek, "Hm."

Mino menepuk bahu Sulli yang tersenyum manis pada Jangki. Perempuan bersweater putih itu menganggukkan kepala yang dibalas sama oleh Jangki.

"Kalian tadi sedang apa?" tanya Mino ingin tahu begitu mereka sudah jauh dari kelas.

"Tidak sedang apa-apa." Sulli menggeleng dengan mata membulat dan bibir sedikit manyun. "Kenapa?"

"Jangan bohong. Aku lihat kau dan dia seperti..." Mino berdeham. Ingin mengurangi kegusaran tidak berdasar pada Sulli-yang jelas bukan siapa-siapanya itu. Mino tidak ingin terlihat aneh dengan ekspresinya sekarang, maka dia memalingkan wajah ke kanan. "...seperti mau berciuman?"

"Yah! Dia hanya mengambil daun yang menempel di rambutku!" Sulli serta merta menonjok bahu Mino. "Lagi pula konyol sekali, kami baru tadi itu pertama bertemu, kenapa langsung ciuman? Kau pikir aku ini apa?"

🌻

"Bukannya di Pantai Malibu dilarang merokok?"

Ingatan yang memutar masa lalu buyar dan Mino pun membuka mata. Nampak Jisoo dengan alis berkerut sudah merebut rokok yang terselip di bibirnya.

"Aku sudah menghabiskan dua batang dan tidak ada yang menegurku." Mino menoleh ke kanan dan ke kiri; mencari-cari kalau saja ada yang mengawasinya dari tadi dan mencatat sesuatu di buku denda.

Pukul enam pagi, Mino ke belakang rumah dan berbaring di pasir dengan satu tangan menopang kepala. Menikmati angin laut dan suara deburan ombak. Sejak dikerjai Jisoo kemarin malam, lelaki itu menjadi susah fokus dengan pekerjaan. Akhirnya dia memilih mandi dan pergi tidur. Sialnya, meski sudah berkali-kali mengubah posisi, Mino tetap terjaga. Dia mengutuk godaan Jisoo yang meski hanya sebentar itu malah membuat adrenalinnya terpacu.

"Well, kau sedang beruntung. Kalau tidak, kau sudah dilempar ke tengah laut oleh petugas." Jisoo kini duduk bersila di samping Mino sembari mematikan api rokok.

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang