Chapter 25: The Truth

162 34 25
                                    

🌻

Mino memilih menemani Jisoo karena merasa tidak tega padanya bila harus ditinggal sendirian. Mana tepat di saat Jisoo menangis, anehnya seperti ikut turut berduka, gerimis tiba-tiba turun dengan deras.

"Kenapa kalau aku bersamamu pasti selalu basah-basahan?" komentar Mino seiring langkah cepat mereka yang menaiki lantai dua.

"Aku juga tidak tahu, mungkin memang musimnya?" Jisoo hanya tertawa kecil dibalik tangisnya yang sudah reda. Diusapnya wajahnya yang basah seraya membuka pintu apartemen.

"Oh... wow, your apartment is so..." Mino mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan berukuran 5x6 meter bercat abu-abu dan putih itu dengan saksama. "...cute!"

Jisoo memutar bola matanya. "It's okay, you can replace 'cute' with 'small'."

"But it is cute... cute just like you." Mino mengacak-acak rambutnya yang sedikit basah itu lalu melongok ke satu kamar yang dia yakini adalah kamar Jisoo. Ada single bed, lemari, kabinet kecil, dan meja rias di sana. Lewat mata dia memberi kode pada Jisoo agar diizinkan masuk dan perempuan itu mengiyakan.

"Kau suka ungu, ya?" tanya Mino sembari duduk di tepi kasur. Matanya terfokus ke tirai jendela yang berwarna ungu. Bantal, selimut, karpet, dan wallpaper di kamar itu juga berwarna senada. Diraihnya boneka Bubbles Powerpuff Girls yang duduk rapi di tengah kasur lalu dilemparnya bolak-balik di tangan seolah boneka itu adalah bola basket.

"Iya, aku suka ungu." Jisoo bersandar di daun pintu. Melihat Mino berada di kamarnya entah kenapa membuatnya berdebar-debar sekaligus senang. Ini pertama kalinya ada lelaki yang masuk ke kamarnya dan memperhatikan hal detail di sana. "Aku bahkan pernah mewarnai rambutku ungu setahun lalu."

Mino hanya mengangguk-angguk sekaligus mencatat di kepalanya. Perhatiannya kemudian teralih pada lemari Jisoo di depannya yang penuh sesak dengan pakaian. "Bajumu banyak sekali..."

"Ah, itu... aku sudah cerita belum kalau sebelum di Lenny's Deli aku sempat bekerja sebagai pacar bayaran?" Jisoo buru-buru melindungi lemarinya, seolah ingin menutupi sesuatu yang tidak seharusnya Mino lihat. Mino menaikkan satu alisnya dan menggeleng.

"Beberapa klien memintaku untuk menjadi pacar yang begini, dengan kepribadian seperti ini, makanya aku harus memiliki banyak baju untuk setiap kepribadian. Ada juga yang memintaku memakai rambut palsu, berkacamata... yah, uangnya memang lumayan, tapi resikonya juga mengerikan. Aku berhenti karena ada satu klien yang ingin melecehkanku," kenang Jisoo.

Mino sontak berdiri dan mendekati Jisoo dengan emosi. "Kau masih ingat wajahnya? Siapa namanya? Dia melecehkanmu bagaimana?"

Jisoo menahan geli demi melihat Mino yang memasang wajah garang, tapi tangannya memegang erat Bubbles. "Dia waktu itu memaksa ingin menciumku, aku menolak dan segera menyemprot matanya dengan pepper spray setelah itu kabur."

"Kau tidak melaporkannya?"

Jisoo menggeleng seraya mengambil handuk di gantungan. "Tidak, nanti urusannya panjang."

"Kau ini... kalau kau mendapat klien yang terlibat human trafficking bagaimana? Atau ada yang ingin mengambil organ tubuhmu? Pernah kau berpikir ke sana?"

"Tidak, yang aku pikirkan hanya uangnya..." sahut Jisoo lirih sambil menyeka rambut dan wajahnya yang basah dengan handuk.

"Kau sudah tidak ada melakukan kontak dengan para klien-mu itu 'kan?"

"Tidak ada."

"Bagus. Kalau nanti ada yang menghubungimu dan ingin menyewamu, katakan kalau kau sudah disewa sebagai pacarku dalam waktu yang lama."

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang