Chapter 42 - Ne sais pas quoi faire

118 22 34
                                    

🌻

Malam itu orang-orang yang berlalu-lalang di trotoar cukup ramai. Kafe-kafe cantik dan pertokoan di sepanjang jalan menjadi saksi Jisoo yang menyeret koper kecilnya; beserta satu tas besar; berikut tas tangan dengan wajah ditekuk. Juntaian ranting-ranting pohon di kanan jalan menyapu puncak kepalanya seakan menenangkan. Air mata Jisoo terus merembes keluar. Dadanya naik turun. Pikirannya terus mengulang-ngulang wajah dingin Mino dan kata-katanya yang sangat menusuk.

"Mino brengsek! Mino jelek! Mino ceking!" rutuk Jisoo tak terkontrol. Orang-orang yang lewat sampai kaget mendengar sumpah serapah keluar dari mulut perempuan cantik yang memakai oversized distressed sweater itu.

Jisoo mengusap pipinya dengan punggung tangan. Saat melewati sebuah kafe, tercium aroma roti panggang baru matang. Perutnya seketika berbunyi. Tanpa berpikir dua kali, kaki perempuan itu melangkah menaiki undakan sambil mengangkat kopernya dengan susah payah.

"Oso Oseyo!" Sapa pelayan perempuan berkemeja putih dan bercelemek hitam dari balik counter. Rambutnya pendek sebahu.

Jisoo tersenyum lalu mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan mencari meja. Ada sekitar sepuluh tamu di sana. Sebagian duduk di kursi tinggi menghadap tembok kaca. Sisanya di tengah. Jisoo sedang ingin menyepi, maka dia berjalan ke salah satu meja bundar di balkon yang tidak ada orang. Di sana berderet pot-pot tanaman. Warna hijaunya sedikit menenangkan Jisoo yang merasa overwhelmed.

Pelayan tadi membantu menarikkan kursi lalu menyodorkan menu.

"Maaf, ini aroma apa, ya? Roti apa?" tanya Jisoo.

"Roti Melon. Anda mau?" tawar sang pelayan ramah.

Jisoo mengangguk. Untuk minumnya dia memesan secangkir kopi. Saat sang pelayan pergi, Jisoo menyalakan ponsel yang semula dia matikan. Dia berniat ingin menelepon Heechul. Perempuan itu berharap ada notifikasi pesan atau panggilan tak terjawab dari Mino. Namun, tidak ada. Ponselnya bersih.

Jisoo mendengus geram. Lelaki itu sepertinya sudah benar-benar tidak peduli lagi padanya. Ya, sudah! Aku juga tidak peduli! Kendalikan dirimu. Jangan menelepon! Di mana harga dirimu sebagai wanita?! Jual mahal lah sedikit! Kau sudah terlalu banyak menangis di depannya!

At the same time, I wanna hug you

I wanna wrap my hands around your neck

Terdengar Pink menyanyikan lagu True Love yang menggema seantero kafe. Astaga, kenapa bisa pas begini?

Jisoo melemparkan pandangan ke taman mini di bawah sana yang dipenuhi tanaman rambat dan bunga-bunga cantik. Tanpa bisa dicegah, pikirannya melayang menuju momen-momen indah selama tinggal di apartemen Mino.

You're an asshole but I love you

And you make me so mad, I ask myself

Hampir seluruh ruangan pernah menjadi penonton bisu atas pergumulan liar mereka yang tak habis-habis. Atmosfir apartemen yang begitu mendukung; seakan serbuk cinta bertebaran di udara. Keduanya tergila-gila satu sama lain dan tak pernah ragu mengeksplor satu sama lain. Mino begitu memabukkan, setiap hari Jisoo rasanya dibuat kasmaran. Dia begitu mencintai lelaki itu dan berada di dekapannya setiap bercinta membuatnya merasa utuh.

Why I'm still here, or where could I go

You're the only love I've ever known

Mengenyampingkan pertengkaran kemarin, sebenarnya tinggal bersama Mino sangat menyenangkan. Tapi, Jisoo takut kenyamanan yang ditawarkan Mino beserta apartemen itu bisa-bisa membuatnya terlena.

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang