Chapter 23: LA Date (3)

201 35 78
                                    

🌻

Selesai mengatakan apa yang dia rasakan pada Jisoo, Mino memilih untuk mengalihkan perhatiannya pada air kolam.

Percaya atau tidak, seumur-umur ini pertama kalinya Mino harus mengucapkan sesuatu yang cukup dalam demi mendapatkan seorang wanita. Dengan wanita-wanita sebelumnya dia tidak harus seperti ini, karena begitu tahu sama-sama tertarik mereka langsung berkencan dengan mudahnya bahkan bisa langsung go all the way di hari yang sama.

Rasanya dulu dia lebih fleksibel, tapi dengan Jisoo dia menjadi aneh. Seperti sekarang, di mana benaknya mulai menerka-nerka berbagai respon yang akan diberikan Jisoo atas pengakuannya itu.

Jisoo mengernyit dengan wajah jijik. "Kau? Menyukaiku?"

Jisoo tergelak. "Kau terlalu percaya diri bila mengira kalau aku juga menyukaimu!"

Jisoo menatapnya dengan prihatin. "Aw, that's really sweet, oppa, tapi maaf, aku lebih menyukai Jangki. Kami bahkan sudah berpacaran sejak minggu lalu."

Namun, tidak ada satupun yang keluar dari mulut Jisoo.

Mino mulai dilanda panik. Jeda yang sedang berlangsung dirasa terlalu lama. Mino pun menenangkan diri sebelum akhirnya memandang Jisoo yang ternyata sedari tadi juga sedang menatapnya.

Ekspresinya tidak dapat diartikan sama sekali. Dia tidak marah, ataupun risih. Tersenyum tidak, tertawa apalagi. Respon apa ini? Apa yang dia inginkan? Why is she looking at me like that? Should I just kiss her? Am I FINALLY allowed to kiss her?

Jemari Mino terangkat memindahkan rambut basah Jisoo yang sebagian menutupi mata kirinya, lalu perlahan menyusuri garis rahangnya. Ketika Mino mendekatkan wajah, akal sehatnya sudah hilang.

Dia mengira Jisoo akan menolaknya lagi seperti yang sudah-sudah. Dia bahkan sudah siap didorong, tapi nyatanya tidak. Begitu hidung mereka bersentuhan, perempuan itu bergeming. Saat bibirnya bergerilya, perempuan itu membalas. Saat tangannya mulai menjelajah, Jisoo malah semakin merangkumnya erat.

Jisoo tidak tahu kalau Mino yang tengah mencumbunya seolah tak ada hari esok itu juga berdebar luar biasa. Darah menderu ke sekujur tubuh lelaki itu dan rasanya ada kembang api meledak-ledak di kepalanya. Yang Jisoo tahu, dia sendiri pun sudah lupa diri. Dijambaknya rambut Mino yang basah itu sama panasnya, seiring aliran listrik yang melecut setiap jengkal tubuh mereka agar terus melakukan lebih. Tanpa melepas ciuman, Jisoo membiarkan dirinya digiring Mino hingga punggungnya membentur dinding kolam. Wajah mereka saling menekan dengan kening sesekali bertubrukan disaat salah satu dari mereka terlalu bersemangat mengubah posisi kepala.

Tiba-tiba, rumah itu terang benderang diiringi teriakan histeris seorang wanita. "OMG, Honey, call the police! There are strangers having sex in our pool!"

Mendengar itu, sontak Mino dan Jisoo melepaskan ciuman mereka. Dalam hati, keduanya sama-sama mengumpat. Kepala mereka masih terasa pusing.

Jisoo membebaskan diri dari pagutan Mino dan Mino bergegas mengikutinya menaiki tangga kolam, memunguti barang-barang mereka, lalu berlari kencang menuju pagar.

"Can we stop running? I can't breathe..." Mino yang terengah-engah berhenti lalu membungkuk, meloloskan tangannya dari genggaman Jisoo dan menumpukannya di lutut. "Larimu cepat sekali... hhh..."

"Aku sudah biasa..." Jisoo ikut membungkuk mengatur napas. Keduanya kemudian bertukar pandang setelah itu tertawa.

"Sebelumnya aku tidak pernah sampai ketahuan si tuan rumah. That was the first." Jisoo berkata di balik napas pendek-pendeknya.

Je t'aime à la Folie (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang