Chapter 27

2.3K 218 44
                                    

Taehyung termenung di atas kasurnya. Kalimat yang diucapkan oleh musuh yang baru dikenal itu terngiang jelas di kepalanya.

"Kenapa sih melamun terus ?"

Taehyung memalingkan wajahnya dari jendela kamar. Lalu menatap sahabatnya yang membawa secangkir teh hangat.

"Tidak apa-apa. Aku hanya melihat suasan di luar." Ucap Taehyung sambil menerima uluran cangkir dari temannya.

Sahabatnya itu hanya mengangguk. Lalu ikut berdiri di samping Taehyung.

"Kau tau, rasanya sulit untuk percaya kalau sahabat mu sendiri berubah."

Taehyung melirik orang disampingnya. Lalu mulai sedikit tertarik dengan apa yang akan disampaikan.

"Kenapa ? Menurut ku hal itu justru mengagetkan. Saat sudah membangun tali persahabat bertahun-tahun, tiba-tiba orang yang kau banggakan berubah begitu saja. Mungkin seperti itu rasanya saat kau berubah Jim."

Jimin menatap lekat dua bola mata cokelat milik Taehyung. Lalu meminum sedikit tehnya.

"Yah, aku tau. Maafkan aku. Untuk itu aku kembali. Dan untuk itu juga aku sadar kalau persahabatan lebih penting dari apapun. Sahabat itu keluarga. Membagi suka dan dukanya. Tidak menyembunyikan apapun. Jadi, karena definisi sahabat menurut ku begitu, kenapa kau tidak berkata yang sejujurnya ? Kau masih tidak percaya padaku dan Yoongi hyung serta Jungkook ?" Tanya Jimin.

Merasa tau kemana arah pembicaraan akan berlangsung, Taehyung memalingkan wajahnya dari Jimin dan memainkan tangannya diantara sela cangkir.

"Bukan begitu. Aku kan sudah bilang. Dia tidak melakukan apapun. Dia juga tidak memiliki rencana apapun. Hanya,  jangan terlalu ikut campur kalau berurusan dengan dia."

"Jadi kau tidak ingin mengatakan yang sebenarnya ?"

Taehyung hanya menatap uap teh yang mengepul. Sungguh perasaanya dibuat gusar karena pertanyaan Jimin barusan.

"Jimin-ah. Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Dia menyuruh ku melukai diri sendiri lagi. Dan kalian sudah berhasil melarang ku. Jadi sudah tidak ada yang aku sembunyikan."

Jimin hanya mengangguk. Lalu mengambil cangkir tehnya. Taehyung yang merasakan perubahan cepat dari sahabatnya tentu tau kalau itu bukan jawaban yang diinginkan darinya.

"Jimin. Jangan marah. Aku sudah jujur." Lirih Taehyung saat melihat badan Jimin yang sudah setengahnya di luar pintu.

Jimin menampalikan wajahnya lagi saat mendengar suara bergetar dari Taehyung. Sebenarnya ia tidak tega. Tapi kenapa perasaanya mengatakan Taehyung sedang berbohong. Dan Jimin tidak suka akan hal itu.

"Aku tidak marah. Hanya ingin kau memikirkan sendiri apa yang kau sembunyikan itu."

Setelah mengatakan hal itu, Jimin pergi dari kamar Taehyung dan meningalkan sahabatnya yang menatap sendu pintu kamarnya.

"Maaf."

...

Taehyung bergegas turun ke lantai bawah saat mendapat satu panggilan tak terjawab dari Yoongi.

Tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket yang dikenakan. Udara Seoul akhir-akhir ini semakin dingin. Dan entah kenapa menimbulkan rasa sendu untuk Taehyung.

Dapat ia lihat dengan kedua netranya ada kehadiran Sejin di ruang tengah Bangtan.

Sejin tersenyum tipis ke arah Taehyung. Dan Jungkook yang melambaikan tangan dan menepuk sofa di sampingnya. Menyuruh Taehyung duduk disana.

"Maaf. Tadi aku habis mandi." Ucap Taehyung.

Yoongi melirik jam yang ada di dinding. Sudah pukul 7 malam. Apa Taehyung gila mandi di jam segini ?

We Love You Tae!  [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang