Nisa dan Vella memilih tempat makan di pinggir. Suasana kantin begitu ramai, banyak yang mengantre pesanan.
"Vella, kamu kemana aja si? Dari tadi pagi kok baru keliatan" tanya Nisa kepada Vella yang sedari tadi tidak ada di sampingnya hingga tidak masuk kelas sama sekali
Vella pun menjelaskan kepada Nisa bahwa dari tadi ia pergi ke ruang guru untuk membahas acara pelepasan yang akan di adakan satu minggu lagi. Soal ia tidak masuk kelas jam pertama, ia sudah izin kepada guru mapel dan semua yang ikut terlibat di acara pelepasan akan latihan bersama nanti
"Kamu udah nentuin lagu yang akan kamu nyanyikan nanti sama Gibran?" tanya Vella
"Belum Vell, nanti Nisa tanyain lagi sama Gibran. Lagi pula Nisa belum siap, Nisa kan gak bisa nyanyi" nada hawatir dari Nisa pun mulai terdengar di telinga Vella
"Alahh.. Pura-pura gak bisa. Kamu kan suka jadi penyanyi kamar mandi kan Nisa? Hahahahh... Hhaha.." gelak tawa dari Vella pun membuat Nisa menekukan dagunya kesal pada sahabatnya yang satu ini
___
"Gibran kemana sih, dari tadi kok gak nongol-nongol" gerutu Nisa menyusuri koridor setiap kelas yang tidak kunjung menemui Gibran
"Eh liat Gibran gak?" Berulang kali Nisa menanyakan itu kepada siswa yang ia jumpai, namun tidak ada satu pun yang mengetahuinya hingga Nisa memutuskan untuk mencarinya di luar lingkungan sekolah
"Permisi pak Bono, liat Gibran gak?" tanya Nisa kepada salah satu tukang kebun sekolah
"Saya tadi liat Gibran keluar sama temennya bertiga, saya udah cegah tapi Gibran tetap aja kekeh pergi. Mana muka mereka bertiga itu udah kayak lagi marah gitu, neng" jelas pak Bono membuat Nisa khawatir takut terjadi apa-apa saat Gibran pergi dalam keadaan emosi.
Tanpa berfikir panjang, Nisa langsung bergegas menghentikan taxi untuk mencari Gibran dan menghiraukan perkataan pak Bono yang melarangnya pergi keluar di jam sekolah
Dalam perjalanan ia sangat khawatir dan berharap kalau tidak terjadi apa-apa dengan Gibran
Mata Nisa terus menyusuri jalan berharap ada sosok pria yang sedang ia cari dari tadi dan benar saja, ia melihatnya
"Gibran...."
Langsung saja Nisa menuruni taxi yang sudah ia pinta untuk berhenti. Tidak terasa air mata Nisa menetes melihat Gibran yang terbaring lemas di jalanan, darah segar keluar begitu saja dari hidung Gibran
"Kalian Kenapa??" tanya Nisa merasa panik ketika melihat tiga temannya seperti kalah dalam perkelahian. Ya memang itu benar...
Dika dan Kaffa memasuki Taxi yang sudah Nisa berhentikan, sedangkan Gibran memasuki Taxi yang lainnya bersama Nisa
"Lo ngapain kesana tadi?" tanya Gibran dengan suara lemahnya dengan tubuhnya yang tersandar di kursi taxi yang sedang ia tumpangi
"Seharusnya aku yang nanya, ngapain kamu disitu...?" dengan nada lantang sedari meneteskan air mata Nisa mengatakan itu "...Tadinya aku nyariin kamu buat nanyain soal pelepasan, tapi setelah aku cari di sekolahan kamunya gak ada. Pasti kamu habis berantem kan, aku takut kalau kamu kenapa- napa. Kalau aku tadi gak dateng pasti keadaan kamu makin parah, apalagi jalananya sepi gitu. Lagi pula apa sih untungnya berantem berantem gitu, kamu itu-"
"Stopp! Lo berisik banget sih" ucap Gibran memotong pembicaraan Nisa yang terus mengoceh. Nisa pun terdiam dan memalingkan wajahnya ke arah lain.
Nisa dan Gibran turun dari taxi tepat di depan sekolah "Gibran, kita ke UKS. Aku obati luka kamu"
"Gak usah, gue bisa sendiri!" ketus Gibran. "Tapi Gib-" ucapan Nisa lagi-lagi terpotong
"GAK USAH! Gue bilang gak usah ya gak usah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tunggal ✔
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha kuat diatas sulitnya menjalani kehidupan dengan berjuang sendiri. Anak tunggal itu tidak mudah. harus menjadi kakak untuk diri sendiri, juga menjadi adik untuk diri sendiri. Dan yang pastinya menjadi satu-satunya harapan...