"Aduh sakit" ucap Nisa yang terus memegang kepalanya, hingga beberapa detik kemudian gadis itu tidak sadarkan diri. Gibran dan yang lainnya membelah kerumunan orang yang ingin menolong gadis itu.
Gibran segera mengangkat tubuh gadis itu ala bridal style, lalu berjalan menuju dalam rumah sakit. Matanya terus memperhatikan jalan, ia tidak sanggup melihat pinggiran mata Nisa yang bercucuran darah akibat terpental keras pada tiang.
Bughh
"KAMU APAIN ANAK SAYA?!"
Alvi memegang kerah baju pemilik mobil merah yang menabrak anaknya itu. Dengan mimik muka yang bersalah laki-laki yang sedang berhadapan dengan Alvi itu berusaha menjelaskan apa yang terjadi, namun entah kenapa lidahnya terasa kelu untuk menjelaskan itu semua.
"Sabar Om, kita gak bisa main hakim sendiri." ucap Kaffa berusaha menenangkan Alvi, namun lelaki paruh baya itu tidak mengindahkan perkataan Kaffa dan malah melayangkan beberapa pukulan di perut laki-laki yang menabrak Nisa.
"Ampun Om, saya akan tanggung jawab. Berapa uang yang Om mau, aku kasih" ucap lelaki itu susah payah.
"KURANG AJAR KAMU! Kamu pikir anak saya barang, bisa kamu bayar seenaknya?"
Bughh
Satu pukulan keras membuat lelaki itu tersungkur di trotoar.
"Udah Om, sebaiknya kita amankan ini orang. Nanti kita bahas lagi masalah tabrakan ini. Kita masih punya Nisa yang harus kita sembuhin." Ucap Vella berusaha menenangkan Alvi yang sudah tersulut emosi. Ucapan Vella yang menurut Alvi benar itu membuat Alvi pergi dari tempat itu.
"Kalian urus orang ini, jangan sampai kabur." ucap Alvi kemudian pergi dari tempat itu.
Dika merampas kunci mobil milik laki-laki itu dari tangannya dan langsung memarkirkannya di parkiran rumah sakit.
"Siapa lo?" tanya Kaffa kepada lelaki itu yang sepertinya seumuran dengannya.
"Manusia" ketus lelaki itu yang sedang menepuk celananya untuk membersihkan debu akibat sempat jatuh tadi.
"Ck, Nama lo siapa?" tanya Kaffa lagi dengan raut wajah kesal.
"Vino, kenapa sih? Udahlah gue capek, sekarang serahin mobil gue, nanti gue bayar pengobatan cewek gila tadi." ucapan Vino yang membuat Kaffa dan Vella membulatkan matanya tidak terima kalau sahabatnya itu disebut 'gila'.
"Enak aja kalau ngomong. Bialangin aja Kaf, ke Om Alvi biar cowok ini di masukin ke penjara abadi." Vella menunjuk Vino kesal.
"Apaan si, yaudah sekarang mau kemana?" gerutu Vino pasrah.
Kaffa menarik tangan Vino menuju rumah sakit, dimana Nisa dirawat.
———
Suasana rumah sakit sore ini tidak terlalu bising, hanya beberapa orang dan suster yang berlalu lalang di koridor.
"Keluarga pasien Nisa?" Seorang dokter keluar dari ruang rawat Nisa hingga mengalihkan atensi Alvi, Gibran, dkk.
"Gimana keadaan anak saya, Dok?" Alvi berjalan mendekat ke arah dokter itu, diikuti Gibran dan yang lainnya kecuali Dika yang ingin menjaga Vino agar tidak kabur dari tempat itu.
"Pasien sekarang sudah sadar dan luka di matanya sudah saya tangani. Pasien mengalami benturan cucup keras di area matanya hingga besar kemungkinan, pasien akan mengalami kebutaan. Mohon maaf, saya sudah melakukan yang terbaik untuk pasien, tapi benturan pada mata pasien akibat kecelakaan itu cukup keras." tutur Dokter itu membuat semua orang yang mendengarnya terkejut. Kecelakaan di waktu yang cepat ini ternyata memberi dampak yang sangat besar untuk gadis malang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tunggal ✔
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha kuat diatas sulitnya menjalani kehidupan dengan berjuang sendiri. Anak tunggal itu tidak mudah. harus menjadi kakak untuk diri sendiri, juga menjadi adik untuk diri sendiri. Dan yang pastinya menjadi satu-satunya harapan...